Kalau Siang, Kalau Malam…

Genre : Humor, Friendship

Chara : Sasuke, Naruto, Sai, Akatsuki

Rate : T

Warning : SUPER DUPER VERY SANGAT OOC, LBY, GARING, NGALOR NGIDUL, PAKE OC, BANYAK DIALOGNYA. MOGA GA BINGUNG BACANYA!

Note : -Fic request from Uchiharuno Rin (kyknya ga sesuai yg diminta deh!)

-Inspirasi dari film "Mendadak Bencong", yang udah nonton bisa tebak sendiri gimana cerita nih fic!

-Cuma buat lucu-lucuan, yang ga suka silahkan get out!

-Oia, buat performance para Akatsuki, readers boleh suka-suka ngayal mereka kayak gimana. Author tak mampu men-describenya

KROMPYAAANG! PRAK PRAK! BRUK! JDUG! "KELUAAAARR SANAAAA!" teriak seorang ibu kost yang mengusir tiga orang pemuda. Tak cuma mengusir, dia pun dengan tidak hormatnya melempar semua barang-barang tiga pemuda itu dari rumah kostnya. (memangnya ada melempar dengan hormat?) Dan dengan tenaga supernya, ibu itu juga mendorong tiga pemuda itu sekaligus.

"Ganteng-ganteng kok kere! Huh! Kalian ga bakalan punya bini!" BLAAM! Si ibu kost itu setelah selesai dengan agresinya, dia menyumpahi tiga pemuda tadi dan membanting pintu rumah kostnya.

"Ya kalo mau ngusir ga usah pake nyumpahin dong!" teriak balik salah seorang pemuda yang satu-satunya berambut paling ngejreng dibanding kedua temannya. Karena teriakannya, mereka bertiga mendapat reward tambahan. SPLASH! Mereka disiram air cucian piring dari lantai dua rumah tersebut.

"Bleh! Bleh! Hatsyi! Pedes!" komentar pemuda berambut ngejreng tadi.

"Hweee, rambut kerenku! Makarizo abis lagi!" keluh pemuda stoic berambut pantat ayam sambil nyisir rambutnya dengan jemarinya.

"EH, GA PER…Ubh!" pemuda tadi mau memaki ibu kost lagi, namun mulutnya dibekap kedua tangan temannya.

"Jangan, Naruto! Nanti kita dapat 'hadiah' lagi!" kata pemuda yang paling langsing.

"Kamu sayang sama kita-kita kan? Jangan kamu tambah-tambahin penderitaan kita, Nar! Tolong aja nah, ya kan?" pemuda stoic itu kini berwajah super melas.

"Hhh, Sasuke! Bagaimana ini? Ini sudah yang ke enam kalinya kita diusir dari kost-kostan! Malahan kali ini ibunya lumayan sabar lagi!" pemuda langsing tadi mengeluh sambil menyandarkan kepala ke bahu pemuda yang tadi dia panggil Naruto.

"Sabar…udelmu sabar! Nenek-nenek sok seksi gitu kamu bilang sabar? Ihhh, kalo aku cewe aja, eh, ga usah gih! Kalo aku cowo kurang ajar aja, bener-bener kutarik tuh the f**k br**st-nya yang kayak sapi itu!" Naruto memencak sinis dan melirik ke arah pemuda yang menyandarinya.

"SUDAAAAHH! BELUM PERGI-PERGI JUGA! CEPETAN ANGKAT KAKI DARI WILAYAHKU! BERESIN TUH BARANG-BARANG RONGSOKAN KALIAN! MERUSAK PEMANDANGAN AJA! ATAU PERLU KUKASIH SESUATU LAGI BIAR KALIAN CEPET PERGIIII?" Nenek-nenek yang dimaksud Naruto mencerca lagi. Asal tau aja, ketika memaki dengan kata-kata ini, dia hanya menggunakan satu tarikan napas. Tapi mampu membuat tubuh tiga pemuda tadi terasa terhempas. Rambut mereka pada kaku ke belakang semua. (Kecuali Sasuke, justru seneng dia rambutnya kaku kembali tanpa makarizo)

"Buseeet dah! Tuh Nenek dengar obrolan kita kah?" kata Naruto

"Ah, udah yok! Cepetan kita pergi dari sini!" Sasuke mulai beranjak berdiri dan membereskan barang-barangnya. Kedua koleganya (?) pun ikut membantu.

Tobi Takaya Azzam

Present

Kalau Siang, Kalau Malam

(Part 1 : Kenalan dong!)

"Hhhh…Jadi?" Tanya si pemuda kurus yang belakangan ini diketahui bernama Sai.

"Kita kemana?" Naruto menyambung pertanyaan Sai.

"Aku dah ga tau lagi…" jawab Sasuke lesu.

"Aah, Sasuke! Selama ini kan kamu yang nyariin kita kost-kostan!" rengek Naruto.

"Ya tapi ga selamanya aku tau mana-mana aja tempat kost-kostan! Kalo tau aja, kita ga bakal lontang-lantung kayak gini! Udah pasti aku kasih tau di mana kostan lain yang aku tau!"

"Andai kamu tau, kurasa tetep aja percuma, Sas! Aku pikir paling kita diusir lagi! Hhhh, pemuda-pemuda kayak kita ini lah yang sering dituntut dan dibenci masyarakat…" lagi-lagi Sai menghela nafas.

"Maksud lo?" Naruto dan Sasuke bertanya bersamaan.

"Yah, maksudnya dituntut kerja. Itu sudah pasti dan itu memang wajib untuk lelaki seumuran kita. Kalo dibenci, karena persepsi mereka para pemuda yang belum mendapat pekerjaan di umur segini dianggap pemalas."

"Bener juga kamu, Sai! Emang 'Sai' kamu!" disaat begini Naruto sempat-sempatnya bercanda memelesetkan nama temannya itu.

"Jadi, kita mau kemana dulu nih?" Sasuke mencoba mengajak kedua temannya berunding.

"Kita ke taman kota aja dulu gih! Aku sering ke situ kalo suntuk ga da kerjaan" ajak Naruto.

"Emang kamu ga punya kerjaan kan?" tanya Sasuke innocent.

"Sembarangan lo pantat ayam! Aku sering kerja serabutan sambil cari-cari kerjaan tetap!"

"Ya itu maksudku!" Sasuke cuma nyengir kuda.

Malam harinya…

"Uuh, sepatu yei baru ya? Pasti mahal tuh!"

"Ah, eke cuma reparasi dikit kok!"

"Aduh, eke lupa bawa lipstick lagi!"

"Eh, yei semalem dapet berapa?"

"Eke stand by di sana ya! Chau, emuaaach!"

Begitulah cuplikan dari keramaian di taman kota itu, di mana di salah satu pondokan ada tiga pemuda malang tadi siang sedang menikmati mimpinya. Namun karena merasa terusik oleh hadirnya para banci kota, terpaksa salah seorang di antara mereka bangun. "Ugh, bising! Eh, udah malem rupanya! Woi, woi, bangun weh!" Sasuke yang bangun lebih dulu berusaha membangunkan temannya yang belakangan ini diketahui Naruto paling sulit untuk dibangunkan. Setelah mereka berdua bangun, ekspresi mereka tak jauh beda dengan Sasuke.

"Gah, dah malem ternyata! Duh, perutku laper lagi! Cari makan yok!" ajak Naruto seenaknya. Ajakannya itu hanya dibalas dengan tatapan melas no jutsu milik Sai dan Sasuke yang di-combine dengan kompaknya.

"Ke, kenapa kalian natap aku gitu?" Naruto bergidik ngeliatnya.

"Mata ini sedang mencoba mengajak otakmu mengerti, Naruto…" jawab Sasuke dengan nada datar dan terasa menyebalkan bagi Naruto.

"Ya, ya! Aku ngerti! Makasih!" Naruto tersenyum setan, tak lupa hiasan kerutan urat di dahinya.

"Jadi, selanjutnya kita mau ngapain lagi?" Sai mencoba mencairkan suasana.

"Tunggu rejeki dan nasib yang akan menghampiri kita" kali ini Sasuke yang bicara seenaknya. Dia kembali merebahkan tubuhnya.

"Alahmak! Rejeki mah dicari, bukan ditunggu!" Naruto reflek berkomentar.

"Eh, ada lagi! Waktu aku SMP, aku nungguin perayaan ultah temen-temenku per bulannya. Nah, lho, nungguin rejeki juga kan namanya!"

"Temeee! Asal aja kamu tuh ngomong ya! Pantes hidupmu sekarang gini, lha di waktu remajanya aja suka cari enaknya sendiri!"

"Eh, kalo ngomong tuh liat diri dong! Kayak kamu sekarang hidup sukses aja!"

"Udah cukup! Kalian berdua ini! di saat begini mestinya kita berpikir dan bekerja sama gimana langkah kita selanjutnya! Harusnya kita menghemat energi yang sedikit yang saat ini kita punya! Jangan malah dibuang-buang buat debat ga karuan gini!" Sai mulai ikutan naik emosi.

"Yah namanya juga lagi laper, Sai. Bawaan…" Naruto bernada lebih pelan karena merasa bersalah.

"Oia, BTW, sebenernya tadi aku bangun gara-gara keramaian di taman ini. Coba liat deh di area sana, banyak cewe kan! Kayaknya nih taman sering dipake ngumpul buat para PSK" Sasuke menunjuk ke salah satu area yang bagi penglihatannya banyak cewe-cewe lagi ngumpul.

"Ih, serem ah!" tubuh Naruto bergetar seperti orang sehabis buang air kecil.

"Feelingku ga enak nih! Kita cepetan pergi yok!" usul Sai

Ketika mereka baru setengah jalan untuk pergi dari taman kota itu, mereka melihat ada mobil hitam elegan model Lamborghini Murciélago LP640 (mobil idaman author X3) berhenti dan bertengger dengan manisnya beberapa meter dari hadapan mereka. Sesaat kemudian, keluarlah dari mobil itu dua orang yang bagi penglihatan mereka adalah wanita.

Dilihat dari kaki…Mulus!

Dilihat dari bodi…Sexy!

Dilihat dari rambut…Lurus!

Dilihat dari wajah…Naughty!

Kedua makhluk sexy itu menatap tiga pemuda yang dengan mubazirnya mereka membuang saliva hingga mencapai 3 m3. Aih, apa ini! Seorang Hokage, Pangeran Uchiha, dan ANBU Root tergoda cuma karena hal ini? Ckck! Lanjut, kedua makhluk itu berjalan meninggalkan mereka dengan lenggak-lenggok khas sambil terkikik.

"Ah, ah…jangan! Aku tak mau tergoda lebih dari ini!" kata Sai menutupi wajahnya. (Telaaat!)

"Buseeet! Itu…itu…itu malaikat dari mana?" Naruto masih terpana menatap kepergian yang dimaksud.

"…" Sasuke hanya diam menunduk dan menutupi hidungnya. Kemudian berjalan cepat, pergi dari tempat itu.

"Woi, Sas! Tungguin kita dong!" Naruto dan Sai menyusul.

Di tempat lain, tepatnya di suatu emperan toko, mereka beristirahat lagi. Menurut usul Sai, sudah terlalu malam untuk melanjutkan perjalanan (yang ga jelas tujuannya). Maka mereka akan melanjutkan esok hari, berharap malam ini bisa sedikit mengumpulkan energi untuk mencari pekerjaan besok. Malangnyaaa! Udah gitu, pada malam itu tengah hujan lagi! Aduhai, tak patut! Perut lapar, haus, pikiran suntuk, tubuh lelah dan kedinginan.

Saat mereka terlelap tidur, mobil hitam tadi menghampiri mereka. Kemudian, turunlah salah satu makhluk yang dilihat mereka tadi. Makhluk itu mendekati jasad ketiga pemuda yang tergolek lemah tak berdaya. Tengah memperhatikan dengan iba wajah mereka yang pucat (kalo Sai, udah pucat, tambah pucat lagi, apa tuh sebutannya?) dan pipi yang cekung tanda kelaparan. Lalu, makhluk itu mencoba mencabut nyawa, eh, mencoba membangunkan mereka.

"Hei, Hei! Bangun! Kenapa tidur di sini, hn?" panggilnya lembut.

Lagi-lagi Sasuke bangun lebih awal, "Ah, nggghh, gangguan lagi…" dia kemudian beranjak duduk dan, "Wohohoho, malaikat yang tadi! Nar, Sai, bangun! Cepetan! Buruan rasain mimpiku yang satu ini!" Sasuke teriak blo'on, membuat makhluk itu heran.

"Aaaaah!" Naruto dan Sai yang telah bangun ikut-ikutan teriak histeris seperti ketemu superstar.

"Aduh, kalian ini! Kenapa ribut-ribut begitu, hn? Hahaha, ya sudah! Sebenarnya aku cuma mau tanya, kenapa kalian bisa tidur di sini? Ehm, maaf, memangnya rumah kalian di mana, hn?"

"…" ketiga pemuda itu hanya diam dengan raut sedih dan saling melempar pandangan. Selain itu, mereka merasa malu. Makhluk itu pun hanya mengerutkan keningnya. Dalam acara diem-dieman itu, akhirnya Sai yang mencoba memberanikan diri untuk bicara, "A, anu, mba…kita bertiga ga punya tempat tinggal. Baru tadi siang kami diusir dari kostan. Sekarang kami ga tau selanjutnya mesti kemana" ujarnya tanpa mengada-ada. Sedang Naruto dan Sasuke berharap dan berdoa dalam hati agar makhluk itu dapat menolong mereka dari keterpurukan.

"Kalau begitu kalian ikut aku saja, hn?" makhluk itu tersenyum dengan manisnya, mampu membuat tiga pemuda dihadapannya klepek-klepek.

"YEEEIII!" tiga pemuda tersebut bersorak girang. Bisa-bisanya mereka ga curiga dengan orang yang baru dikenal. Udah gitu pertemuan awalnya di taman yang dianggap Sasuke perkumpulan para PSK lagi! Hahaha, namanya juga hidup sudah di ujung tanduk, wajar aja ga mikir jauh ke depan. Lanjut, mereka bertiga diajak masuk ke mobilnya. Maka, mereka berjumpa lagi dengan makhluk yang satunya. "Hai!" sapa si makhluk lain begitu mereka masuk mobil.

"Ha, haaaii…" mereka menjawab dengan suara rendah karena malu-malu.

"Hihihi, ternyata kalau dilihat dari dekat, jauh lebih manis, ya!" katanya. Mereka hanya tertunduk tanpa berani melihat wajah si makhluk.

"Hei, kenapa kalian diam saja, hn? Ayo perkenalkan diri kalian!" ujar makhluk yang mengajak mereka tadi. Saat ini dia yang menyetir mobilnya. Tiga pemuda tadi tersentak dan saling melempar suruhan, 'Kamu aja nah! Kamu aja nah!' begitu. Akhirnya Naruto lah yang pertama. "A, aku, U, Uzumaki Naruto!" ujarnya gugup. Selanjutnya, "Aku…Uchiha…Sasuke", kemudian disusul, "Aku Sai. Sa, salam kenal!"

"Hnnn, namanya manis juga, cocok dengan wajahnya, hn!" komentar si makhluk yang menyetir.

"Oh, iya! Sekarang giliran kami. Perkenalkan, aku Konan. Kalian boleh memanggilku dengan sebutan Tante. Kalau yang sedang menyetir ini, namanya Deidei Hime. Kalian boleh memanggilnya Frau Deidei, atau kalau merasa susah panggil saja Frau D…Hihihi! Dia ini sepupuku loh!"

"Ehm, ada yang ingin kusampaikan. Mungkin kalau sudah di tempat kami tinggal pada awalnya kalian merasa risih, tapi…kuharap kalian bisa segera beradaptasi, hn…" kata makhluk yang disebut Frau D itu.

"Memangnya di tempat Frau D dan Tante Konan kenapa?" tanya Naruto penasaran

"Eeehh, tidak ada apa-apa sih. Penghuni lain yang tinggal bersama kami ramah-ramah kok! Hanya saja…"

Setelah sampai…

"HAAAAAIIII!" sapa para penghuni yang dimaksud Tante Konan begitu tiga pemuda itu masuk ke suatu rumah yang besar, dan menemui mereka yang sedang mengaso ria di sofa.

"Aduh, Konan! Yei dapet di mana tuh bronis?" ujar salah satu dari mereka yang warna kulitnya paling beda sendiri.

"Sembarangan! Memangnya mereka makanan? Hehehe, iya nih! Aku sama Deidei nemu di pinggir jalan."

"Edeuhdeuh, kok bisa sih?" kata penghuni lain yang rambutnya paling kelimis juga dandanan menor.

"Aku kasian nih sama mereka. Katanya mereka baru diusir dari kostan. Daripada selanjutnya mereka ga jelas tujuannya, aku bawa aja deh ke sini, hn" jelas Frau D tanpa ada tersirat nada mengejek dalam kata-katanya. Sedang objek yang dijelaskan daritadi cuma menunduk seperti dihukum di depan kelas. Tiba-tiba…

"Hai, ganteng! Namamu siapa?" melesat seorang penghuni lain yang mencolek dagu Sasuke. Rambutnya yang panjang sengaja diurai-uraikan.

"Gah, Ochie-chan curaaaang! Kita-kita aja belum pada nyentuh!" sorak teman-temannya yang di sofa.

"Ya udah, ya udah! Kalian semua pada kenalan dulu gih, hn!" Frau D geli melihat tingkah teman-temannya. Maka dimulailah sesi acara introduction with para bencong.

"Eke Misake, the Sweet Blue! Gwahahaha!" ujarnya sambil tertawa dengan suara aslinya.

"Eke Hinda, the Youngman's Blood Lover!" ketika dia mengatakan ini, si tiga pemuda polos tersebut mau copot jantungnya karena ngeri.

"Kalo eke Ochie, the Snake Dancer!" katanya sambil melempar sparkling eyes ke Sasuke berkali-kali. (ati-ati oi! Anak orang bisa buta nanti!)

"Eh, yang lainnya pada kemana ya?" tanya Tante Konan

"Masih ada lagi?" reflek tiga pemuda tersebut dengan depresi.

"Kalo Kuzuka…biasa, lagi ngitung duit tuh di kamar, hn! Kalo Saori lagi main domino sama Chiita di ruang tengah. Aku panggilkan ya, hn!" Frau D hendak pergi tapi kedua lengan dan kakinya ditahan tiga pemuda, "JANGAN!" pinta mereka dengan posisi Naruto bersimpuh sambil memegang kaki Frau D, Sasuke menahan lengan kanan dan Sai menahan lengan kiri Frau D. (lebay ah!)

"Lho, kenapa?" Frau D heran dan kaget di pegangi begitu. Teman-temannya yang lain iri melihat dirinya dibegitukan.

"Ga, ga usah, Frau D! Besok-besok aja gih! Lagipula ini sudah malam, sebenarnya kita lelah. Mohon maaf, Frau D!" kata Sai.

"Oh, benar juga! Konan, anterin mereka gih ke kamarnya, hn! Tuh, ikutin Tante Konan, hn!" Frau D mempersilahkan tiga pemuda tanpa melepaskan senyum dan keramahan. Tapi, ketika mereka akan beranjak mengikuti Tante Konan, sentak Misake, Hinda dan Ochie berteriak, "Oooii! Kita belum tau nama yei semua!". Yang diteriaki menoleh pelan-pelan dan sweat drop. Dengan posisi berbaris, mereka memberi tau nama masing-masing, "Sai!" kata Sai kemudian berjalan cepat menghampiri Tante Konan, "Naruto!" begitu juga tindakan Naruto tak beda dengan Sai. "Sasuke!" dia pun mengekori Naruto.

"Eh, yang terakhir tadi paling cakep yah!" kata Ochie.

"Bener juga! Jadi pengen tau gimana rasanya!" Hinda menjilat dan menggigit bibir bawahnya dengan gaya sensual.

"Ngerasa ga sih kalo Sasuke mirip seseorang?" hanya Misake yang tidak berkomentar nafsu.

"?" Hinda dan Ochie memandangi Misake, kemudian mengangkat bahu.

Sementara si tiga pemuda pendatang baru sudah sampai di kamar mereka, "Kalau mau mandi, kamar mandinya sudah ada di dalam kamar kok! Aku tinggal dulu ya! Dah ganteng!" pamit Tante Konan dengan genitnya, tak lupa dia memberi salam colek untuk masing-masing dagu si tiga pemuda. Setelah itu, si tiga pemuda bergegas akan mandi. Namun terjadi perseteruan antara Sasuke dan Naruto untuk lebih dulu mandi. Seperti biasa, Sai sebagai pengadil. Menurut kebijakan Sai, lebih baik mandi bersama mengingat sudah larut malam dan tubuh perlu untuk segera istirahat. Pada awalnya sudah pasti ditolak, tapi akhirnya mereka mengakui juga kebijakan Sai tersebut.

Perseteruan belum berakhir sampai disitu. Lagi-lagi ada saja bahan untuk bertengkar. Rebutan masuk ke bath tub lah, rebutan shower lah, rebutan shampoo lah. Teriakan dan ejekan terdengar bersahut-sahutan, "TEME! AKU DULUAN!"…"DOBE! AKU YANG DULUAN!"…"BAKA TEME! KUSO CHICKEN'S BUTT HAIR!"…"AHO DOBE! USURATONKACHI!"…dan Bla Bla Bla. Sai sepertinya sudah tak mampu menjadi penengah. Dirinya pasrah meringkuk di bawah shower sambil menutup telinga. Sampai akhirnya kedua temannya merasa capek, barulah dia berani masuk ke bath tub dan bergabung dengan temannya.

"Aah, sesama laki-laki baru bisa dibilang teman ketika sudah mandi bersama, ya!" katanya bermaksud untuk memecah suasana yang beku. Namun, "GAK!" disemprot langsung oleh Sasuke dan Naruto.

Sai merasa agak kecewa, "Jangan gitu dong! Iya, iya deh! Omonganku tadi cuma bercanda kok! Kita ini tetap teman kan, meski ga mandi bareng. Aku kan tadi berusaha kasih saran aja untuk kebaikan kita, ya mandi bareng gini maksudku kan ga jahat. Lagian sih, kalian ini dikit-dikit berantem…"

"Nah, lho, niat kita-kita pengen cepet jadinya lama gini kan! Gara-gara kamu sih!" Naruto nyolot.

"Kok aku sih? Kan kalian yang berantem! Aku ga ikut-ikutan!" Sai tak terima. Tapi tetap bersikap tenang, "Udah deh! Nikmatin aja! Kita ini kan teman! Apa-apa harus dinikmati sama-sama. Selama ini kan bukannya kita sudah seperti itu? Ga ada salahnya toh menjalin keakraban lebih dalam, salah satunya dengan mandi bareng gini! Yah?" Sai tersenyum khas dan merangkul kedua temannya. Bermaksud merayu. Kedua temannya luluh juga, mereka membalas senyum dan rangkulan Sai. Kemudian berpelukan. (Wadoh! Kalo diterusin bisa jadi Yaoi murni nih! Lagi naked, di bath tub bareng, pelukan pula! ==') Lalu, waktu demi waktu, sambil mandi, mereka berbincang-bincang. "Ga kusangka kita bisa di sarang banci gini!" kata Naruto.

"Ho'oh! Iiewh, apalagi aku risih banget tuh sama banci yang namanya Ochie kalo ga salah! Apaan tuh tiba-tiba nyolek daguku!" sambung Sasuke.

"Naksir dia sama kamu!" Sai terkikik. "Eh, kalo ini sarang banci…berarti Tante Konan dan Frau D banci juga dong!"

"Masashi? (Kishimoto kale!) Menurutku, mereka ga nampak seperti banci! Kan ada juga tuh cewe-cewe yang suka temenan sama banci, bahkan kerjanya collab lagi!" Naruto menyangkal.

"Hei, ada juga kok banci yang fisiknya perfect abis kayak cewe!" Sai menambahkan argumentasi lain untuk meyakinkan.

"Ah, jangan ngomong gitu nah! Bikin kecewa hati aja!" Naruto memanyunkan bibir.

"Napa? Kamu naksir? Yang mana?" tanya Sasuke penasaran.

"Sejak pertama ngeliat, aku langsung terpesona sama Frau D! Buset, tuh cewe, eh tau cewe atau cowo…dia tuh amboi nian! Rambutnya blonde, panjang, lurus, bodinya oke punya! Awalnya aku langsung mikir dia cocok sama aku! Rambut kita sama-sama cerah! Ckakakak! Semoga dia cewe!"

"Ciiiee, Naruto naksir Frau D ternyata!" Sai dan Sasuke menggoda.

"Huh? Kenapa sih? Ga boleh?" Naruto blushing dan sebal.

"Ga gitu. Ehm, kalo dia banci gimana? Tetap naksir?" ujar Sai.

"Taulah, kayaknya aku tetep naksir deh! Abisnya aku kaga nahan tuh kalo liat dia! Perfect!" Naruto menerawang sambil senyum-senyum.

"Lagian kalo dia cewe, paling kaga mau sama kamu, Nar!" Sasuke rese'.

"Apaan kamu! Cari ribut lagi ya! Suka-suka dong! Aku naksir dia ga ngarep dibalas kok! Jadi fans aja dah cukup! Aku mah tau diri, aku ini bukan siapa-siapa, aku ini cuma orang buangan yang ditolong dia! Ga usah nyindir gitu napa sih?" Naruto naik darah mendengar perkataan Sasuke tadi.

"Ok, ok! Gomen!" Sasuke tidak menggubris.

Setelah agak lama, akhirnya mereka menyudahi mandi mereka, membenahi diri, dan segera tidur. Dari luar kamar mereka, tepatnya di balik pintu, nampak seseorang sedang mendekatkan telinganya ke pintu itu. Ekspresi tak suka terpancar meski setengah wajahnya tertutup cadar.

Esok paginya…

Tok tok tok! Seseorang mengetuk pintu kamar si tiga pemuda, "Sasuke, Naruto, Sai! Bangun sayang! Sudah pagi! Ayo kita sarapan!" ternyata Tante Konan. Oh, gaya bicaranya seperti seorang ibu yang membangunkan anak-anaknya! Yang dipanggil bergegas bangun tanpa merajuk minta perpanjangan waktu untuk tidur seperti kebanyakan. Bagaimana tidak? Sedari kemarin perut mereka belum terisi apa-apa. (kalau saja dalam keadaan biasa, perlu waktu beberapa jam untuk bisa membangunkan salah satu dari mereka, apalagi jika dalam perut kenyang hati senang pikiran tenang, tinggal siapin peti aja tuh!).

Sampainya di ruang makan, mereka disambut lagi oleh ketiga banci yang tadi malam mereka berkenalan. "HAAAIII!" sapa mereka dengan riangnya.

'Ugh…dia lagi!' batin si Teme. Dia dan Naruto terdiam sejenak menahan rasa mual, tapi Sai segera menarik lengan mereka untuk duduk.

"Nah, semua sudah lengkap, hn! Ayo kita…" ucapan Frau D terputus ketika salah satu personil dari para waria tersebut mengundurkan diri (?).

"Maaf, Dei! Aku ga bisa ikut sarapan, tiba-tiba perutku mual…" katanya sambil menutup mulutnya.

"Loh, kalau begitu seharusnya kau perlu sarapan dong! Biar perutnya ga kosong!" Tante Konan memberikan perhatian padanya.

"Ya, sudah, sudah, kalo memang tak bisa ga usah dipaksa, Chiita! Istirahatlah…hn" kata Frau D, "Oke! Sambil sarapan, kita kenalan dulu yuk sama temen-temen baru kita, hn!" Frau D memberi isyarat kepada si tiga pemuda untuk memperkenalkan diri mereka lagi.

"Ha, halo, Aku Uzumaki Naruto…" dan lagi-lagi Naruto yang lebih dulu.

"Aku Uchiha Sasuke…"

"Aku Sai. Hai semua!" dibanding kedua temannya, dia yang bersikap paling ramah.

Para waria yang menyaksikannya tersenyum girang, terutama yang mereka kenal tadi malam. Kecuali ada dua orang yang tidak tersenyum dan malah asik saja makan roti, "Hei, sebutkan nama kalian berdua dong!" kata Tante Konan agak sebal karena mereka cuek.

"Saori…" kata seorang dari mereka yang sedang mengoles selai strawberry ke rotinya. Dia hanya tersenyum simpul.

"Kuzuka…" yang ini cuek abis. Dia memutarkan bola matanya.

"Oh, yang tadi ga jadi sarapan namanya siapa?" Sai seperti sudah kerasan, mencoba basa-basi.

"Chiita…" jawab Frau D singkat.

'Ga penting banget sih Sai itu pake nanya segala!' batin kedua temannya yang sedari tadi sudah sarapan.

Di salah satu kamar di rumah itu…

"Uh, apa benar itu Sasuke? Kok bisa sih dia di sini? Paen coba? Bisa gawat ini kalo dia sampe tau aku!" waria yang bernama Chiita bermonolog, "Hhh, sebisa mungkin aku harus menghindarinya" dia merebahkan diri ke tempat tidur, sesaat kemudian dia membuka laci di samping ranjangnya. Mengambil sebuah buku untuk mencari seuah foto yang dia sisipkan di sana, "Sasuke…" ujarnya sambil memandangi foto tersebut, "Lama aku tak melihatmu untuk sekian lama. Tak kusangka kau bisa sampai sini. Apa yang terjadi denganmu, adikku?"

Beberapa menit kemudian, mereka yang di ruang makan sudah selesai sarapan. Tiga sekawan itu, yang tentu saja beranggotakan Sasuke, Naruto dan Sai kembali ke kamar mereka. (eh, tadi dah sarapan duluan ya begitu bangun? Wakh, mandinya author lupa! CPD! Ah, anggep aja mereka pemuda jorok yah! Gampang kan?). Belum lama mereka berada di kamar mereka, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ketika Naruto membukanya, ternyata itu adalah waria yang bernama Kuzuka. Tanpa persetujuan penghuni kamar, dia nyelonong masuk.

"Ada yang ingin kubicarakan dengan kalian" katanya dengan nada sinis.

~TCB~

(Tunggu Cerita Berikutnya)

A/N : Wohoho… Aneh kan?

Iiih, KaJol banget yak! Adoooh! Udah gitu pake chappie lagi!

Hhh, moga readers kaga bosen ya! Eh, terutama buat Rin! Kalo ga keberatan, baca fic ini mpe selesai yah! Plis! *muka ngarep*

Yodah, reviewnya dooong! xD