Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.
Fate
[ Fate determines who enters your life, your actions decide who stays ]
"Kudengar wanitamu berselingkuh." Naruto memutar pelan gelas kaca berisikan alkohol di tangannya sebelum meminumnya habis dalam satu tenggakan.
"Aku juga mendengar kabar yang sama mengenaimu," sahut pria bersurai hitam di sebelah Naruto, sambil tersenyum sinis. Ia menghisap kuat batang rokok yang terselip di jemarinya lalu bersandar pada punggung kursi.
Mereka bertemu tepatnya 3 tahun yang lalu, di sebuah bar yang terletak dua blok ke arah utara dari apartemen tempat Naruto tinggal. Pertemuan mereka, bukanlah sebuah pertemuan manis pada umumnya. Si pirang yang mabuk berat, tidak sengaja menumpahkan minumannya dan mengotori pakaian Sasuke. Tidak terima begitu saja, Sasuke yang juga dibawah pengaruh alkohol segera menarik kerah baju Naruto dan menghajarnya habis-habisan. Perkelahian mereka di luar bar berlangsung cukup lama, memar dan darah sudah dipastikan menghiasi wajah mereka masing-masing. Jika saja saat itu polisi tidak datang, entah cacat permanen apa yang akan selalu menghiasi tubuh mereka nantinya.
"Aku tidak habis pikir Hinata meninggalkanku untuk pria sepertinya," ungkap Naruto sedikit menunduk, mencoba mengutarakan seluruh rasa kecewa di hatinya kepada pria bersurai hitam itu.
"Kiba?" tanya Sasuke datar.
Kini mereka memiliki hubungan yang cukup baik, setiap minggunya mereka akan bertemu sekedar untuk berbicara mengenai pekerjaan, kehidupan mereka masing-masing, atau hanya untuk minum bersama dan menghabiskan waktu.
Naruto bergumam mengiyakan. "Lalu, bagaimana dengan Sakura? Siapa pria beruntung yang mampu merebutnya darimu?"
"Tidak usah berpura-pura, kau sudah tahu siapa pria itu aku tidak ingin membahasnya lagi." Sasuke mengangkat gelas miliknya lalu menenggak seluruh isinya hingga tandas.
"Wanita membuatku gila." Naruto menghembuskan asap putih tipis yang berasal dari mulutnya perlahan. "Mungkin aku harus beralih berkencan dengan seorang pria?" ujarnya datar menatap ke arah langit-langit ruangan yang dipenuhi oleh kepulan asap putih tipis.
"Ide yang sangat konyol." Sasuke tertawa, lalu ia mengetukan jarinya ke atas meja, terlihat berpikir sebelum menoleh ke arah Naruto sambil memamerkan seringai tipisnya. "Tapi mungkin kau benar."
"Aku tahu," sahut Naruto datar. Iris birunya melirik sekilas ke arah Sasuke, memperhatikan wajah tampan berkulit pucat yang sedikit memerah karena efek alkohol.
Meskipun sedikit tidak percaya, dan juga merasa aneh, Naruto tidak memungkiri jika sebenarnya ia merasa senang saat pria bersurai hitam itu setuju dengan perkataannya.
"Kurasa malam ini sudah cukup larut," ujar Sasuke seraya bangkit dari atas kursi. "Aku akan pulang." Ia merogoh saku celananya lalu meninggalkan beberapa lembar uang di atas meja sebelum melangkah ke arah pintu yang terletak tidak jauh dari tempatnya duduk.
"Hey Teme–!" panggil Naruto ketika pria bersurai hitam tersebut berada di ambang pintu. "Bagaimana jika kau denganku saja? Berkencan?"
"Apa itu sebuah tantangan?" sahut Sasuke cepat, namun ia sama sekali tidak menoleh.
Naruto menaikan sebelah alisnya sembari menghisap batang rokok. "Mungkin," sahutnya.
"Untuk mendapatkanku tidak akan semudah itu, Dobe," ujar Sasuke memamerkan senyuman sinis di bibirnya. "Sampai jumpa."
"Sampai jumpa," balas Naruto pelan, menahan senyuman di bibirnya ketika punggung pria bersurai hitam tersebut menghilang dari balik pintu. "Dasar pria aneh, ak—"
"Kau terlihat sangat senang malam ini," sela seseorang dari arah belakang.
Naruto menoleh ke arah belakang, iris birunya mengamati sesosok pria yang mengenakan seragam bartender berwarna hitam dari seberang meja. "Kau dengar?"
"Tentu saja," sahut Bartender itu santai melangkah mendekat, menyambar rokok yang berada di tangan Naruto lalu menghisapnya. "Aku tidak tuli."
"Bagaimana menurutmu?" tanya Naruto menaikan segaris alis.
"Kau gila."
Alis Naruto mengeryit. "Oh ayolah Shika, seharusnya kau mendukung sahabatmu ini," protesnya tidak terima.
"Aku tidak peduli dengan siapa kau berkencan. Entah pria ataupun wanita, tetapi jika Sasuke." Shikamaru terdiam sesaat sebelum melempar rokok milik Naruto yang terselip di jemarinya ke dalam tempat sampah. "Sudahlah lupakan saja."
"Lain waktu, kau harus berkenalan dengannya Shika, jadi kau tahu seperti apa Sasuke itu. Dia tidak seburuk yang kau bayangkan!" ujar Naruto memamerkan cengiran miliknya. "Mungkin wajahnya nampak arogan tapi sebenarnya dia me—"
"Tidak perlu." Shikamaru menolak dengan tegas. "Aku sudah mengenalnya lebih dari cukup, kau selalu membawa pria itu ke sini setiap minggunya."
"Sasuke hanya mengenalmu sebagai bartender, bukan sebagai sahabatku," balas Naruto lagi.
"Akan jauh lebih baik, jika seperti itu," sahut Shikamaru datar.
"Ck, merepotkan sekali." Naruto mengacak rambut pirangnya asal lalu bangkit dari atas kursi. "Aku mau pulang, sampai jumpa besok!"
"Hey! Kau belum membayar minumanmu!" Shikamaru berteriak, namun Naruto hanya tertawa dan melambaikan tangannya ke atas.
.
Continued
