First Time

.

.

.

.

.

MarkChan/MarkHyuck

Cast : Mark Lee, Lee Haechan, NCT, Other.

Rate : T

Warn! : BxB, tidak jelas, typo, dll.


Enjoy~

Dingin. Itulah yang dirasakan bocah berkulit tan, yang bernama asli Lee Donghyuck━atau biasa disebut Haechan tersebut. Ia merapatkan jaket yang ia kenakan lalu menggosok-gosokan kedua telapak tangannya guna menghangatkan tubuhnya. Hari ini sehari sebelum hari raya natal dimulai. Yup, ia dan keluarganya akan melaksanakan kebaktian malam di Gereja dekat rumahnya. Haechan mendengus pelan, kenapa tidak pagi hari saja? Apa keluarganya lupa bahwa ia tidak tahan dengan hawa dingin?

"Haechan, ayo!" Terdengar teriakan ayah memanggil dirinya,

"Iya ayah!" Haechan buru-buru menarik zipper jaketnya lalu bergegas menuju tempat keluarganya berkumpul.

.

.

.

Gereja

Haechan menyenderkan punggungnya di kursi, ia sedang menunggu orang tuanya selesai mengobrol dengan jemaah lain. Ia melirik ke arah kirinya, mendapati seorang anak laki-laki yang seumuran━atau diatasnya setahun. Sedang memajatkan doa.

"Em.. hai?" sapa Haechan seusai pemuda tersebut selesai berdoa.

Pemuda itu menengok kearahnya, lalu tersenyum simpul. "Hai..?"

Deg.

Haechan terpaku melihat pemuda tersebut, bukan, bukan terpesona dengan dirinya. Ia kaget dengan pemuda tersebut, kosong, seperti tidak memiliki kepribadian, layaknya boneka hidup. Haechan melihatnya dari sorot matanya, atau kalau ingin perumpamaan yang kasar, Haechan akan bilang : 'tidak memiliki hasrat untuk hidup' tapi bukan berarti pemuda ini ingin mengakhiri hidupnya. Bukan seperti itu, ini lebih rumit.

Haechan tersenyum gugup, "A-ah maaf menganggu, aku hanya bosan saja." Ia berdehem pelan, menyembunyikan kegugupannya "Namaku Lee Donghyuck, kau bisa memanggilku Haechan. Dan namamu?" tanyanya.

"Minhyung," Jawabnya sambil memberi jeda, "Lee Minhyung, kau bisa memanggilku Mark." Pemuda tersebut━Mark menghela napasnya saat seusai menyebutkan kata'Mark'. Haechan menganggukan kepalanya, "Baiklah Mark, sepertinya obrolan kita hanya bisa sampai sini. Aku akan pulang. Jaa." Haechan menundukkan kepalanya sejenak.

Mark tersenyum lagi, "Dah Haechan, kuharap kita akan bertemu lagi di masa depan."

.

.

.

.

.

"DONGHYUCK!"

Teriakan ibunya sukses membuat Haechan langsung duduk terbangun, ia menghirup oksigen cepat-cepat. Ia melirik jam dinding, jam 8. Dua jam lagi ia harus ada di asrama kampusnya, maklum, mahasiswa baru.

"Mimpi itu lagi.." Lirihnya pelan, entahlah sejak ia akan masuk perguruan tinggi, mimpi itu selalu datang, ia tidak tahu apa maksud dari mimpi itu.

Haechan menggelengkan kepalanya, ia membereskan kasur dan beranjak mempersiapkan diri untuk berkemas.

.

.

.

.

Seoul University

Haechan mengetok pintu asrama yang ia yakini adalah kamarnya, 127, itu nomornya. Ia dengar dari kepala asrama bahwa dirinya akan sekamar dengan kakak tingkatnya.

Haechan menguap, melirik jam tangannya, jam 10 malam. Ya memang saat ia sampai di asrma, banyak keperluan yang harus ia kerjakan, dan baru selesai jam segini.

Cklek

.

.

.

Deg!

Pintu itu terbuka dan menampilakan sesosok pemuda yang keliatan baru bangun tidur, Haechan membulatkan matanya saat menatap wajah pemuda tersebut.

Bagaimana tidak?

Dihadapannya adalah Mark Lee, Mark yang ia temui 9 tahun lalu di Gereja.

"Ha-halo" Haechan membungkukkan badannya dengan gugup.

"Ah, kau mahasiswa baru itu ya? Silahkan masuk, untuk perkenalan nanti pagi saja ya? Aku sangat kelelahan." Ujar Mark sambil membuka pintu lebih lebar.

Haechan mengangguk, ia meletakkan barang-barang ditempat yang kosong lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

.

.

.

20 menit berlalu dan Haechan sudah selesai mandi, ia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia mengerinyitkan dahinya, melihat Mark yang sedang menatap dan berjalan kearahnya.

"S-sunbae!?" Pekik Haechan saat tiba-tiba Mark memeluknya.

"Ssst, biarlah seperti ini dulu sebentar." Mark menelusupkan kepalanya ke ceruk leher Haechan, menghirup aroma tubuh itu.

"Haechan kau tahu tidak?" Marrk memeluk lebih erat tubuh Haechan, "Aku- aku sangat senang dapat melihatmu lagi. Tuhan menjawab doaku selama ini.. terimakasih, Haechan. Ku harap kau bisa mengulurkan tanganmu saat aku jatuh nanti." Mark melonggarkan pelukannya.

"Maaf Haechan, tapi kuharap kau tidak membahas ini besok-besok, ya? Kita akan membahas ini dilain waktu, hanya kita berdua." Secara tidak sadar Haechan menganggukan kepalanya.

Tiba-tiba Haechan merasakan sakit akibat pukulan di daerah tengkuknya.

Dan semua menjadi hitam.


HAYO HAYO SI MARK ITU KENAPA HAYO?

Maaf banget untuk chap ini banyak yang berasa dikebut, soalnya saya ga tahan buat dipublish. Btw ini juga Cuma sehari ngetiknya /heh.

InsyaAllah chapter selanjutnya akan lebih detailed.

Untuk bagian di Gereja, karena saya bukan yang ahli kalau ada salah tolong dikasih tau yaa. Biar saya koreksi.

Terimakasih~