Guilty Pleasure
|Rate M|Romance, drama|
Gintama©Sorachihideaki
©Kana Harisu2018

.

.

.

[Warning. Mature Content]

.

.


"—Long, long, ago—"


Gintoki tidak ingat sama sekali apa yang ia pikirkan saat mengajak Kagura untuk tinggal Bersama. Anak itu baru berumur empat belas tahun. Masih terlalu muda untuk tinggal sendirian apalagi ia berada di sebuah planet yang tidak ia ketahui.

Lupakan fakta kalau anak itu memiliki tenaga setan yang bahkan bisa mengangkut dua puluh truk container. Di mata Gintoki, Kagura tetap perempuan polos yang bisa berakhir di pelacuran atau perdagangan manusia kapan saja.

Katakanlah jika Gintoki merasa iba. Ia kerapkali merasa harus melindungi anak itu dari segala mara bahaya. Terlebih ayah dari anak itu mempercayakan Kagura kepadanya.

Namun makin kesini perasaannya berubah. Ada hal yang tidak bisa ia terima dengan status ayah-anak itu. Ada hal yang ingin ia lakukan tapi terhalang oleh status itu pula.

Semuanya terasa rumit. Kadang Gintoki sendiri tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Gin-chan, mukamu porno. Kau lagi mimpi basah ya?"

Gintoki terhenyak ketika Kagura memanggilnya. Terlebih ketika ia mendengar dua kata kotor yang diucapkan bocah itu. Darimana dia mendapatkannya?

"Astaga, apa ini yang dilakukan anak muda jaman sekarang? Pantas saja populasi di dunia membludak tiap hari. Pasti yang mereka lakukan hanya buat anak."

"Berisik! Pengangguran tua mesum sepertimu tidak pantas mengataiku! Lagi pula papi bilang kalau pria setiap hari mimpi basah!"

"Hah? Mimpi basah apanya? Memangnya kau tahu mimpi basah itu apa?"

Kagura tertawa sinis. Dengan senyum angkuhnya dia menyilangkan kakinya sok seksi. "Tentu saja-aru. Mimpi basah kan mimpi basah-basah di bawah hujan. Pasti Gin-chan orang yang melankolis sampai-sampai pasang muka porno."

"Oi—oi, apa hubungannya melankolis dan muka porno? Itu tidak ada hubungannya, bocah, dan lagi, kau itu hanya suka memasang-masangkan kata tanpa tahu artinya—duh."

"Jadi selama ini aku salah? Dasar do-S sialan itu—dia menipuku!"

Ah … do-S itu. Dia lagi … dia lagi ….

Gintoki mendengus pelan. Ia mengacak-acak rambutnya lalu mengambil JUMP yang tergeletak di depannya.

"Kau ini, sudah berapa kali kubilang padamu untuk tidak mempercayai orang asing," Gintoki menjedah sejenak lalu menyeringai tipis, "Lagipula apa-apaan otakmu itu, gampang sekali dibodoh-bodohi orang."

"Aku kan hanya tidak tahu mimpi basah itu apa," dan Kagura pun memasang muka memelas, "Kenapa Gin-chan tidak memberitahuku saja agar aku tidak dibodoh-bodohi orang lagi?"

Kedua mata merah Gintoki melirik sekilah bocah vermillion itu. Memasang muka memelas seenak dengkulnya bahkan meminta hal yang … ah, bagaimana Gintoki mendeskripsikannya. Tidak bisa dilakukan olehnya saat ini.

Sial. Perasaan itu lagi. Rasanya Gintoki ingin menyelam saja.

"Ah Gin-chan tidak asyik! Aku mau minta do-S sialan itu saja! Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya!" seru Kagura menggebu-gebu. Dengan langkah cepatnya ia mengambil payung ungunya yang tergeletak di meja.

"Oi, mau kemana kau bocah, aku belum selesai bicara."

Langkah kagura terhenti. Perempuan berusia empat belas tahun itu menatap Gin chan-nya dengan tatapan berbinar. "Gin-chan mau mengajariku, aru ka?"

Gintoki tersedak mendengarnya. Permintaan polos yang terlalu tepat sasaran. Menyusahkan sekali.

"Oi—oi, apa-apaan permintaanmu itu, ha?—"

"Bukannya Gin chan memanggilku karena mau mengajariku?—Kau mau membodohiku lagi ya?!"

"Astaga, apa-apaan anak ini—tidak bisakah kau tenang sedikit?" Gintoki menjedah sembari beranjak dari tempat duduknya selama ini.

Kedua kakinya melangkah mendekati Kagura. Tangannya terangkat lalu mengusap pelan puncak kepala bocah itu.

"Matta ku, aku akan mengajarimu mimpi basah tapi besok kalau kau sudah besar. Mengerti?"


.

.

.


Saat itu musim panas. Pekerjaan yang masuk ke Yorozuya tidak banyak. Kantorpun rasanya sepi karena Shinpachi mengajukan cuti liburan. Mau menjaga kakaknya dari serangan gorilla—katanya.

Kagura sendiri juga jarang berada di dalam rumah. Perempuan abnormal itu malah menghabiskan banyak waktunya di luar ruangan padahal dirinya sendiri tidak tahan panas.

Tidak ingin melewatkan kesempatan ini, Gintoki pun memesan parfait stoberi kesukaannya dengan aplikasi gojek. Mumpung kantor sedang sepi. Kapan lagi sih, Yorozuya terasa aman, tentram, dan damai seperti ini? Lagipula sudah lama ia tidak memanjakan dirinya. Walaupun tiap hari kerjaannya hanya malas-malasan tidak jelas.

BRAAKKK.

"GIN-CHAAAANNNN."

PRANG.

Yah, sampai suara kedua suara itu menyela me-time nya Gin chan yang agung. Parfait yang ia beli mahal-mahal dengan kupon gojek cashback 70% tapi maksimal 100 yen itu jatuh ke lantai dan menumpahkan seluruh isinya.

"TIDAAAAAKKKK. DEMI TUJUH BOLA NAGA YANG BISA TEGAK, KEMBALIKAN GOPAY-KUUUUUU."

"GIN-CHAAAAANNN AKU INGIN PUNYA PACARRR! GIN CHAN JADI PACARKU YAAAA!"

Dan suara nyempreng itu kembali terdengar memekakkan gendang telinga Gin san yang sudah penuh akan congek itu.

Tapi secongek-congeknya telinga Gintoki, ia tetap bisa mendengar tiga kata terakhir yang menjadi inti dari permintaan Kagura.

Apa-apaan itu?

"Oi, bocah berengsek, kau ini tidak punya sopan-santun? Lihat ini! Voucher gopay-ku hilang sia-sia!"

"Gin-chan, Gin-chan, jadi pacarku ya kumohon."

Gintoki mengernyitkan alisnya. Ia tidak paham dengan pemintaan konyol bocah ini. Pacar? Ada-ada saja.

"Astaga, apa-apaan permintaanmu ini? Kau habis mabuk sempaknya Madao ya? Sudah kubilang berapa kali, jangan main sama pengangguran—"

"—Gin-chan juga pengangguran!" Kagura mendengus lalu kembali memajukan bibirnya, berusaha merajuk Gin chan-nya itu. "Ayolah Gin-chan, do-S sialan itu bilang aku akan selamanya jadi bocah kalau tidak punya pacar. Aku ingin menjadi dewasa dengan cepat! Makanya aku ingin punya pacar!"

Ah … do-S sialan itu lagi … itu lagi ….

"Gin-chan juga tidak pernah membayar gajiku! Gin-chan sudah membuat banyak hutang! Orang yang banyak hutang tidak bisa masuk surga!"

Gintoki mengusap wajahnya kasar. Apa-apaan bocah ini? Makin aneh saja permintaannya.

"Kau ini, terlalu banyak bicara—memangnya kau tahu pacar itu apa?"

"Emmm … tidak," Kagura menggeleng cepat dengan polosnya, "Tapi pacar itu seperti Gorilla yang selalu mengejar Anego kan?"

Gintoki kembali mengusap wajahnya kasar. Kadang dia heran dengan apa yang sudah diasupkan ke otak bocah yang ada di depannya ini. Terlalu nakal dan di luar batas.

Seharusnya Gintoki yang mengajarkan itu semua.

"Bilang pada Souchiro-kun kalau kau tidak perlu punya pacar untuk jadi dewasa," Gintoki mendesah lalu mengacak rambutnya kasar, "Dan, lagi, apa-apaan itu, memintaku untuk menjadi pacarmu? Bukannya kita sudah pacaran?"


.

.

.


Entah sudah berapa lama hujan melanda Kabukichou hari ini. Rasanya Kabukichou sudah berubah menjadi desa hujan seperti di komik sebelah saking lamanya hujan melanda.

Bahkan sampai jam menunjuk tengah malam pun, hujan belum berhenti. Malah justru semakin parah karena disertai dengan petir yang menggelegar sana-sini.

Gintoki mengubah posisi tidurnya entah ke sekian kalinya. Jam weker justaway yang berisik itu semakin tidak bisa membuatnya tidur. Rasanya ingin sekali ia menghancurkan jam bodoh itu.

Satu domba. Dua domba. Tiga domba. Gintoki mungkin bodoh. Tapi dia putus asa karena tidak bisa tidur akhirnya menghitung domba saja.

"Gin-chan …"

Suara nyempreng itu terdengar. Gintoki tahu siapa yang memanggilnya. Ia juga tahu apa yang bakal pemilik suara itu lakukan. Satu hal yang bisa ia lakukan hanya pura-pura tidur agar tidak semakin terjebak.

"Gin-chan … aku tidak bisa tidur-aru."

Suara itu kembali terdengar, namun tetap saja, Gintoki masih enggan membalas. Ia masih tahan dengan sikap pura-puranya itu.

"Gin-chan aku tidur di sini ya," dan apa yang selama ini dalam bayangannya itu pun terjadi. Kagura meringsek masuk ke dalam futon-nya.

"Oi, Kagura, kembali ke habitatmu sana. Disini sempit."

Tidak ada suara. Tidak ada pergerakan. Kagura yang biasanya agresif dan responsif itu malah cenderung pasif ketika Gintoki menyuruhnya untuk pergi.

Rasanya sedikit aneh memang. Tapi Gintoki tidak ingin ambil pusing karena dia ingin cepat-cepat tidur supaya tidak melakukan hal aneh.

Ah ya, kalian tahu? Hubungan pria dan wanita yang melibatkan aktivitas fisik di ranjang. Tapi Gintoki jelas tidak akan melakukannya ke Kagura karena perempuan itu masih bocah. Yang benar saja.

Bisa-bisa ia digorok oleh botak itu. Gintoki jelas tidak ingin mati sebelum ia menjadi raja bajak laut.

Namun yang namanya realita itu tidak sesuai harapan. Perempuan yang tidur di samping Gintoki itu malah merapatkan tubuhnya, melingkarkan sebelah tangannya yang kurus, bahkan ikut membenamkan wajahnya di punggung kekar Gintoki.

"Ada apa hm? Apa kau sedang kesurupan Annabelle?"

Sebuah gelengan terasa. Kagura semakin merapatkan pelukannya tak peduli kalau pria yang ada di depannya itu bisa mati karena tenaga yato-nya.

"Apa ini karena pattsuan masih cherry boy? Bocah itu, sudah kubilang untuk berhenti jadi wibu masih saja ngidol."

Kagura menggeleng lagi. Sepertinya perempuan itu sedang tidak ingin bicara.

Gintoki mendesah berat. Ia pun membalikkan tubuhnya lalu menatap perempuan yang sedang memeluknya itu.

Tubuhnya kecil sekali. Nyaris tidak ada bedanya dengan pertama kali mereka bertemu. Hanya saja di beberapa tempat tubuhnya itu membesar.

Seperti di dada contohnya.

"Apa yang kau lihat-aru?" ucap sinis Kagura sembari menutip dadanya.

"T—tidak ada," sanggah Gintoki cepat, "Lagipula apa-apaan itu? Tidur dengan bahan minim. Tidak kedinginan apa?"

Kagura tidak menjawab. Ia hanya diam dan malah semakin menempelkan tubuhnya ke tubuh Gintoki.

Gintoki yang melihat sikap Kagura yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat itu hanya bisa mendesah pasrah. Perempuan memang aneh. Memiliki perasaan rumit yang bahkan perempuan itu sendiri tidak bisa memahami.

"Sudahlah, tidur saja. Besok kita harus bangun pagi-pagi—"

"—Gin-chan, kalau aku cerita ini kau marah tidak?"

Suara Kagura kembali menyela. Gintoki hanya bisa menatap datar puncak kepala perempuan itu. "Memangnya cerita apa? Kau habis ngebom Edo ya?"

"Bukan, bukan itu," sanggah Kagura cepat, "Gin-chan harus janji dulu tidak akan marah."

'Ya, ya, ya, aku janji. Dasar bocah."

Sebuah jari kelingking kecil teracung tepat di depan wajah Gintoki. Kagura yang masih menyembunyikan wajahnya itu malah memberikan kelingkingnya ketimbang menceritakan apa yang ia tawarkan tadi.

Gintoki hanya bisa memutar bola matanya malas. Ia pun membalas kelingking itu dengan tautan kelingkingnya.

"Ada apa, hm?" tanya Gintoki yang sudah tidak sabar.

"Kemarin aku sedang berjalan-jalan di sekitar Yoshiwara, lalu tiba-tiba aku bertemu sadis."

Gintoki masih diam. Sebelah tangannya tergerak untuk mengusap pelan surai jingga itu.

Sejak kapan sepanjang ini? Gintoki masih ingat kalau rambut Kagura hanya sepanjang bahu. Bukan sepanjang punggung.

"Sadis bilang kalau aku tidak boleh ada di sini karena ini bukan tempat untuk anak kecil."

Tentu saja. Lagipula untuk apa bocah seperti kagura bermain di Yoshiwara sendirian? Gintoki ingin sekali memberondong perempuan itu dengan seribu satu pertanyaan. Tapi Gintoki lebih suka mendengar cerita keseluruhannya dulu.

"Lalu aku bertanya, 'memangnya kau sudah dewasa?!' dan dia menjawab 'jelas, aku bahkan bisa melakukan ini dan itu'."

Gintoki belum terlihat akan bicara. Tapi ia punya firasat buruk tentang hal ini.

" Aku bertanya apa yang sadis maksud tentang ini dan itu. Dia tidak menjawab tapi dia bilang dia akan mengajariku."

"Mengajari apa?" tanya Gintoki datar.

"Mengajari ini dan itu. Sadis bilang dia akan mengajariku. Lalu dia menarik tanganku dan mencium bibirku."

"Rasanya aneh Gin chan. Sadis bahkan menarik pingganggu juga. Bahkan lidahnya—"

"—oi, apa-apaan itu? Mencium?"

"Iya, memangnya kenapa Gin-chan?"

Gintoki mendesah berat, menahan emosinya yang kian detik kian menanas.

Dari dulu ia selalu mengawasi bocah sofa itu. Benar sekali dugaannya. Bocah itu doyan main sosor-sosor saja. Berengsek sekali.

"Dengarkan aku, Kagura," Gintoki mengubah posisi mereka dengan sedikit menunduk agar bisa melihat wajah Kagura, "Kau ingat apa selalu kukatakan padamu?"

"Jangan percaya orang asing," jawab Kagura lirih.

"Benar sekali, ingat itu baik-baik" Gintoki menepuk pelan puncak kepala Kagura, lalu menangkup rahang Kagura dengan sebelah tangannya "Dan satu lagi, hanya aku yang boleh melakukan ini padamu."

Gintoki mengecup singkat bibir Kagura. Hanya mengecup tidak ada yang lain.

"Hanya aku juga yang boleh melakukan ini padamu."

Gintoki mengecup kembali bibir Kagura. Namun ia memberikan sedikit pagutan pada bibir itu. Ia bahkan juga melingkarkan kedua tangan kekarnya di pinggang Kagura.

"G—gin-chan—"

"—Ini juga. Hanya aku yang boleh melakukannya."

Gintoki mengecup lagi bibir Kagura, memasukkan lidahnya cepat, lalu memagut panas bibir Kagura dengan tempo progresif. Tangannya yang bertengger di pinggang Kagura itu mengerat perlahan, menipiskan jarak yang ada di antara mereka hingga tidak ada yang menghalangi kecuali fabrik pakaian mereka.

Kagura melenguh pelan. Kedua tangannya meremas pelan kimono putih tipis milik Gintoki. Rambutnya yang panjang itu semakin berantakan karena gerakan Gintoki yang kasar.

"Lalu, itu yang soda-kun maksud, hanya boleh aku yang mengajarimu. Kau mengerti?"


.

.

.

.

.


An.

Ada yang kenal aq '3' ?

Terakhir kali aku nangkring di fandom ini 2 tahun lalu. Setelah itu, aku kejeblos sama dunia perkipopan. Lupa sama gantengnya gintoki yang kek om om suger dedy.

Terus akhir-akhir ini nonton gintama yang arc silver soul. Astaga aku baper. :'''

Dulu aku okikagu hardshipper. Akhir-akhir ini doyan ginkagu. Omg, they are so kyoooot. Apalagi aku doyan age gap relationship.

Ada yang sepaham sama aq?