Salju di Musim Semi
standard disclaimer applied
Cairan bening itu kembali meluncur deras tanpa permisi dari pelupuk matanya. Tak dapat berhenti, dan ini bukan untuk yang pertama kali. Namun sudah puluhan, bahkan ratusan—gadis berhelaian merah muda panjang itu menangis. Atau lebih tepatnya menangisinya—di tempat yang sama. Iris matanya kembali menatap sayu sebuah pohon yang berada tepat di depan ia berdiri. Bunga merah muda itu lepas dari dahannya—tersapu angin dan bergerak sesuai keinginan semilir lembut itu. Mahkota panjangnya kembali tersibak oleh angin sayup yang membelai lembut wajahnya. Seolah udara yang bergerak itu tahu betul bagaimana rasa sesak dan sakit itu kembali menjalar di hati gadis tersebut. Tanpa ampun!
Gadis itu memejamkan matanya, meresapi setiap hembusan angin yang menerpa paras ayunya. Memorinya kembali bermain dengan liar. Mengingat serpihan-serpihan kenangan manis yang tersimpan dengannya dulu—di tempat ini. Ya, tempat yang sama dengan pijakan kaki gadis itu sekarang. Gadis itu kembali membuka matanya dan tersenyum tipis—sangat tipis. Bahkan hampir tak terlihat, ia hanya menaikkan sedikit sudut bibirnya untuk membentuk seulas senyuman. Senyum getir untuknya—pemuda yang teramat dicintainya.
Jemari kecilnya kini beralih. Disentuhnya sebuah pahatan kecil di batang pohon itu. Pahatan yang membentuk suatu makna berarti baginya.
'Sasuke dan Sakura, selamanya'
Hanya sebuah pahatan biasa yang terbilang seperti anak kecil yang tengah di mabuk asmara dan berikrar janji untuk terus bersama. Seperti yang ada di dalam dongeng-dongeng dimana sang gadis kembali bertemu dengan pujaan hatinya di tempat itu. Tapi ini realita, Sakura tahu itu. Dan kenyataan tidak akan selalu semanis dongeng pengantar tidur, dimana akan selalu ada akhir yang bahagia.
Hatinya kembali berasa ngilu. Ada luka tak terlihat yang kembali menjalar dan menggerogoti relung perasaannya.
Bulan ini musim semi, tapi tidak untuknya. Akan selalu ada salju selama bayangan pemuda itu masih terpatri jelas di pusaran otaknya. Selama rasa cinta itu masih tertanam kuat jauh di dasar hatinya.
Angin kembali berhembus, lebih kencang dari sebelumnya. Kepalanya menoleh, ada pemuda itu di ujung sana. Viridiannya membulat, otaknya berkata kalau itu hanya halusinasi. Tapi hatinya bersikukuh mengisyaratkan untuk mendekat. Hingga akhirnya tanpa sadar, kaki jenjangnya melangkah jauh meninggalkan pohon sakura itu. Bahkan setengah berlari untuk dapat menggapai siluet pemuda yang telah menenggelamkan perasaannya.
Tangannya bergetar seraya berusaha menjangkau tubuh pemuda itu. Ingin mendekapnya dan kembali merasakan kehangatan yang tak pernah dapat lagi ia rasakan. Pemuda itu tersenyum, sangat lembut. Bibirnya bergerak, melafaskan untaian kata bermakna bagi gadis itu—Sakura.
'Aku mencintaimu, Sakura.'
Kristal suci itu kembali mengalir, menganak sungai di wajah putih gadis itu.
Kini pemuda itu menghilang, lenyap tak berbekas. Belum sempat tangan itu berhasil menjangkaunya. Pemuda itu pergi—kembali ke keberadaannya yag tak lagi ada.
"Aku juga mencintaimu, Sasuke. Sangat mencintaimu—selalu dan selamanya . . . "
Bulan ini musim semi, tapi tidak untuknya. Akan selalu ada salju di hatinya. Membeku dan semakin memebeku. Hingga saatnya nanti salju itu akan kembali mencair. Entah kapan—nanti.
~FIN~
A/N:
Nyahahahaha... entah kenapa ngebet banget untuk buat fict yang bahkan angstnya kagak kerasa ini ;;_;;
Idenya pasaran, diksi minim, kurang sana-sini dah pokoknya.. tapi aku lega karena ide yang udah di ujung otak ini berhasil aku rampungkan menjadi sebuah tulisan.. ^.^
Kalo berkenan minta review ya.. konkrit pun akan diterima dengan senang hati.. ^.^
Salam
Yoruichi Shihouin Kuchiki
