"Nggak boleh"
"Kenapa?"
"Pokoknya nggak!"
"Yugi pelit!"
"Biarin!"
"Aku mau pergi!"
"NGGAK!"

Sugoroku memasuki kamar Atem setelah agak lama mengintip kedua cucunya berdebat.
"Ada apa, Yugi...Atem?"
"Jii-chan... Yugi nggak bolehin aku pergi keluar"
"Yugi... biarkan dia pergi..."
"Pokoknya nggak boleh! Jii-chan tahu' kan dia mau ketemu sama..."
"Tahu... tahu..." Jii-chan memotong protes Yugi. Setiap hari selalu begini. Orang tua itu sangat sabar terhadap kedua cucunya. "Yugi, kau sebagai kakak laki-laki harus bijak, dong... Tak baik menyimpan dendam lama-lama..."
Sugoroku melirik pada Atem yang berdiri sambil menggenggam kedua tangannya disamping orang tua itu. Ia menunggu keputusan.
"Pergilah... hati-hati..." senyum Sugoroku.
Atem tersenyum senang, ia memeluk dan mencium pipi Jii-chan, dan Yugi yang masih cemberut.
"Aku pergi dulu...! Dah...!" Atem keluar dari kamarnya dan menuruni tangga sambil bersenandung ceria.

"Jii-chaaaaan, masa dibolehin, sih...?" Yugi masih protes melihat adik perempuannya keluar pagar sambil berlari-lari kecil. Sugoroku hanya tersenyum melihat Atem yang bahagia.

"Sudah terlalu lama mereka menunggu saat-saat seperti ini, Selamat bersenang-senang, Pharaoh Atem..." ucapnya dalam hati.

Reinkarnasi sang pharaoh melambaikan tangan pada kekasihnya yang telah menunggunya. Ia menghampirinya,... dan memeluknya...

Berabad-abad aku harus bersabar untuk bisa memelukmu seperti ini, Pharaoh. Aku mencintaimu.

Bisik sang pendeta bermata biru itu, sambil memeluk tubuh kekasihnya dengan hangat.