Title: You, My Illusion

Cast: Jimin, Taehyung, Namjoon, Hoseok - #VMin #NamSeok FF

Lenght: Four Shoot

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]

A Little Insipred By Korean Drama "W / Two Worlds".


"Basick & INKII – In The Illusion (Ost. W / Two Worlds)

The person who I fell for
Is it really you?
Me wanting you
Is that really me?
Even in this moment
When we are holding hands
There's no feeling of assurance
To warmly wrap around us
The burning warmth only leaves behind smoke
And the smoke rises without strength
I try swallowing my excitement
But the more I try to push it down
A trap wraps around my neck
I can't see the end
But my feet go towards you again

You covered me, one more layer
The more I get to know you, the stronger the storm gets
Even the empty boasts that I yelled out
If the goal is you
It's not an empty boast anymore
But I can't catch you
No matter how much I empty out, I can't fill myself with you
There's only one thing I want
That you're not a fantasy
No, even if you are a fantasy
It'll still be the same for me

You're a strong perfume
You covered up my life
Your scent moves me
You're so close yet so far
I love you and I will have you

It's impossible to stop now
Even this moment when I'm getting far from you again
It's crueller than anything I can imagine
I need to raise the glass of goodbye some day
But I can't raise it yet
I can't cry yet
Because our puzzle hasn't been completed yet
If only I could be a monster
And swallow up everything
Please, if only I could

I can't catch you
No, maybe I already have you
I clearly saw you, felt you, touched you
Through you, who came into me
I'm locked up from head to toe
Actually, it's hard even to breathe
But I can't go on without you
Even those struggles
Whether it's a dream or reality
I don't care anymore
Wherever I go, I'm with you
I don't need anything else but you

You're a strong perfume
You covered up my life
Your scent moves me
You're so close yet so far
I love you and I will have you

My imagination creates you
And when I see you, I imagine again
On this path with no end
We're dreaming the same dream
But why can't we be together?
When can it be the same?

Like thick wine
Even if it gets deeper red
In the end, it's back to the first page
I drink but I'm not getting drunk
I love you, I have swallowed you"

.

.

.

AUTHOR POV

Park Jimin, seorang mahasiswa jurusan seni yang sangat suka melukis, sedang menjalani masa-masa terindahnya menjadi mahasiswa di Bangtan Art University, kampus khusus jurusan seni yang cukup ternama di Seoul.

Jimin begitu senang karena akhirnya bisa masuk ke kampus yang sudah diidamkannya sejak ia masih duduk di bangku SMP setelah berjuang cukup mati-matian selama dua tahun terakhir.

Jimin sudah menjadi mahasiswa disana hampir selama enam bulan.

Dan hobinya adalah berjalan berkeliling gedung kampus jika sedang tidak ada kelas, menikmati setiap sudut keindahan yang ada di gedung Bangtan Art University itu.

Memang bangunan kampus itu sangat artistik dan membuat jiwa seniman Jimin bergairah setiap melihat keindahan yang ada di kampusnya itu.

Jimin agak sulit bergaul dengan teman-teman di kelasnya karena ia masuk ke kampus itu dengan jalur beasiswa, sementara sebagian besar mahasiswa di kelasnya adalah anak-anak pengusaha yang kaya raya dan masuk ke kampus itu dengan membayar biaya yang sangat mahal per semesternya.

Jimin tipe pria yang sederhana dan tidak terlalu menyukai kemewahan, karena itu ia memilih untuk menjaga jarak dengan teman-teman sekelasnya.

Apalagi, ada beberapa teman sekelasnya yang memang menjauhinya karena ia mahasiswa beasiswa dan dianggap tidak layak bergaul dengan anak-anak konglomerat.

Jadi, sebagian besar waktu kosong Jimin di kampus dihabiskannya untuk berkeliling gedung kampus menikmati setiap keindahan yang ada.

Dan karena hobinya adalah melukis, Jimin sering meluangkan jam kosongnya untuk duduk di taman belakang kampus dan melukis keindahan yang dilihatnya disana.

.

.

.

Jung Hoseok dan Kim Namjoon, mahasiswa Bangtan Art University, satu angkatan di atas Jimin, adalah dua mahasiswa yang cukup terkenal di kampus itu karena mereka dikenal sebagai pasangan paling serasi yang ada Bangtan Art University.

Kim Namjoon, sang genius dengan senyum pipi andalannya, anak dari seorang CEO salah satu agensi entertainment terbesar di Korea Selatan.

Jung Hoseok, sang pria periang dan selalu terlihat ceria dengan senyum manisnya, anak dari pelukis yang cukup terkenal di Korea Selatan.

Mereka disebut sebagai "Romeo & Juliette" di Bangtan Art University karena mereka terlihat sangat serasi.

Karena ayah Hoseok adalah pelukis terkenal, Hoseok juga terkadang senang melukis, dan Namjoon selalu dengan setia menemani Hoseok melukis.

Sore itu angin bertiup cukup sejuk, membuat Hoseok sangat ingin duduk di taman, menikmati angin sore yang sejuk setelah menyelesaikan kelasnya yang cukup memusingkan.

"Namjoon a, ayo temani aku ke taman belakang kampus ya~ Aku ingin melukis pemandangan disana sambil menikmati angin sore yang sejuk ini~ Oke?" sahut Hoseok sambil meletakkan kepalanya di bahu Namjoon dari belakang.

Namjoon tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Ide bagus~ Kau bisa melukis dan aku akan tertidur pulas disampingmu. Kelas hari ini benar-benar membuatku mengantuk, huft~"

"Huuuu~ Jangan tertidur... Temani aku ngobrol ya~" rengek Hoseok.

Namjoon selalu tertawa setiap melihat kekasihnya itu merengek atau melakukan aegyo dihadapannya.

"Araseo~ Kajja.." sahut Namjoon sambil mengacak pelan rambut Hoseok yang berwarna coklat keemasan itu.

Hoseok segera menggandeng lengan Namjoon dan mereka ebrdua berjalan menuju taman belakang kampus.

"Uh? Pria mungil itu ada lagi disana..." sahut Hoseok setibanya mereka di taman belakang kampus, melihat Jimin sedang melukis disana seorang diri.

"Haruskah kita pergi meninggalkannya sendirian? Atau mencoba menyapanya kali ini?" tanya Namjoon.

Namjoon dan Hoseok sudah seringkali melihat Jimin seorang diri di taman belakang kampus itu, dan mereka merasa tidak enak jika mengganggunya, makanya selama ini mereka selalu tidak jadi ke taman itu setiap mereka melihat Jimin ada disana.

"Bukankah dia mahasiswa baru yang masuk lewat jalur beasiswa itu?" tanya Hoseok.

"Sepertinya iya... Makanya kudengar dia tidak punya teman.. Kau tahu sendiri kan bagaimana kelakuan mahasiswa angkatan baru tahun ini? Mereka terlalu membanggakan kekayaan orang tua mereka, cih..." sahut Namjoon, yang memang berasal dari keluarga kaya raya namun selalu rendah hati.

Hoseok menganggukan kepalanya. "Aku juga muak melihat betapa sombongnya mahasiswa angkatan baru tahun ini..."

"Kalau begitu, haruskah kita menghampirinya?" tanya Namjoon sambil menatap wajah Hoseok.

"Aku rasa itu ide bagus, Namjoon a... Siapa tahu ia bisa berteman baik dengan kita... Pasti sedih rasanya jika tidak memiliki teman sama sekali.." sahut Hoseok.

"Aigoooo~ Betapa lembutnya hati kekasihku ini.." sahut Namjoon sambil tersenyum, sambil mengacak-acak pelan poni Hoseok.

Hoseok tersenyum mendengar ucapan Namjoon.

"Aku bersyukur memiliki kekasih sebaik dirimu, Jung Hoseok..." sahut Namjoon sambil mencubit pelan pipi Hoseok.

Mereka berdua pun menghampiri Jimin yang sedang asik melukis dengan penuh konsentrasi.

Kedatangan Namjoon dan Hoseok sangat mengejutkan Jimin yang tengah fokus melukis itu.

"Annyeong, anak baru..." sapa Hoseok sambil tersenyum.

Namjoon hanya tersenyum sambil mengangkat tangan kanannya, menyapa Jimin.

"Uh? Ne~ Uhm... Kalian siapa?" tanya Jimin yang kebingungan dengan sapaan Namjoon dan Hoseok yang sangat tiba-tiba itu.

"Kau tak mengenal kami? Whoaaa~ Kau benar-benar penyendiri rupanya..." sahut Hoseok.

"Uh?" Jimin kebingungan.

"Hahaha~ Kami ini pasangan kekasih yang paling populer di kampus ini, makanya aneh saja jika kau bahkan tidak mengenal kami.. Kami satu angkatan diatasmu..." sahut Hoseok, tertawa melihat ekspresi kebingungan yang terlihat lucu di wajah Jimin yang polos itu.

"Uh? Jinjja? Uhm... Mianhae, sunbae..." Jimin segera berdiri dan membungkukan tubuhnya, meminta maaf sekaligus menyapa kedua seniornya itu.

"Gwenchana... Hehehe.." sahut Hoseok dan Namjoon bersamaan.

"Ngomong-ngomong, ada apa mencariku?" tanya Jimin yang masih agak kebingungan.

"Kami sering melihatmu sendirian disini... Jadi kami bermaksud menyapamu.." sahut Namjoon.

"Aaaah..." sahut Jimin sambil membuka lebar mulutnya.

"Aku dengar cerita-cerita yang beredar... Karena kau mahasiswa beasiswa jadi kau agak terbuang di kelasmu... Karena itukah kau sering menyendiri?" tanya Hoseok.

Jimin tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Kurang lebihnya seperti itu..."

"Bersabarlah... Aku juga muak melihat kelakuan teman-teman seangkatanmu yang terlalu membanggakan harta orang tua mereka itu.. Ckckck.." gerutu Namjoon.

"Kalian juga mahasiswa beasiswa, sunbae?" tanya Jimin, lagi-lagi dengan wajah lugunya.

Namjoon dan Hoseok tertawa bersamaan.

"Yaaa~ Neo jinjja kyeoptaaa~ Aigoo~" sahut Hoseok sambil mengacak pelan rambut Jimin sambil tersenyum.

"Uh?" Jimin lagi-lagi memasang ekspresi lugunya.

"Kau cari tahu saja latar belakang keluarga kami, tapi jangan terkejut ya.. Kenalkan, namaku Kim Namjoon.."

"Aku Jung Hoseok~ Senang berkenalan denganmu.. Siapa namamu?"

"Aaah.. Park Jimin imnida... Mannaseo pangawoyo~" sahut Jimin sambil membungkukan tubuhnya.

"Jimin? Nama yang lucu.. Ah, Jimin a~ Aku rasa kita bisa berteman.. Otte?" tanya Hoseok sambil tersenyum.

"Ne?" Jimin membelalakan kedua bola mata kecilnya. "Jinjja, sunbae?"

Namjoon menganggukan kepalanya.

"Panggil saja aku Hoseok hyeong dan dia Namjoon hyeong agar kita bisa lebih akrab.." sahut Hoseok.

"Ah~ Araseo... Hyeong..." sahut Jimin, masih agak canggung harus memanggil merek dengan sebutan hyeong.

"Kau suka melukis? Whoaaa~ Lukisanmu bagus, Jimin a!" sahut Hoseok ketika tatapannya tertuju kepada lukisan Jimin.

Jimin menggaruk kepalanya sambil tersenyum karena merasa malu dengan lukisannya dan merasa bingung harus bagaimana menanggapi pujian Hoseok.

"Ayah Hoseok seorang pelukis terkenal... Makanya sedikit banyak ia juga suka melukis dan ia sering melihatmu sedang melukis disini.. Aku rasa kalian bisa berbincang-bincang membicarakan lukisan sementara aku tertidur disamping Hoseok... Hahaha~" sahut Namjoon sambil tersenyum.

"Pelukis terkenal? Nugu?" Jimin sangat antusias mendengar ucapan Namjoon.

"Nama tenarnya? Jangan terkejut ya!" sahut Hoseok.

Jimin menganggukan kepalanya sambil menatap Hoseok dengan tatapan penuh antusias.

"Vincent Jung..." sahut Hoseok dengan ekspresi penuh kebanggaan ketika menyebutkan nama ayahnya yang sangat terkenal itu.

Jimin langsung membelalakan kedua bola matanya. "Whoaaa~ Jinjja, sunbae? Uh.. Maksudku, jinjja, hyeong?"

Hoseok dan Namjoon menganggukkan kepala mereka bersamaan.

"Itu salah satu pelukis favoritku!" Jimin begitu antusias mendengar siapa ayah Hoseok.

"Aku rasa kita bisa bersahabat dengan baik, Jimin a~" sahut Hoseok sambil menepuk pelan bahu Jimin.

Dan dari situlah persahabatan mereka dimulai.

.

.

.

"Kau memang luar biasa... Mahasiswa beasiswa sepertimu bisa dekat dengan kedua senior terkenal itu? Cih~ Cara kotor apa yang kau lakukan untuk menarik perhatian mereka?"

"Kau benar-benar tidak tahu malu, Park Jimin... Kau pikir kau sederajat dengan kedua sunbae kita itu?"

Cacian dan sindiran menjadi sering terdengar di telinga Jimin setelah hampir sebulan ia dekat dengan Namjoon dan Hoseok.

"Gwenchana, Jimin a~ Jangan didengarkan.. Mereka itu memang sampah, cih!" gerutu Hoseok siang itu ketika tidak sengaja melihat beberapa teman seangkatan Jimin sedang menyerang Jimin dengan perkataan-perkataan tajam.

Beberapa mahasiswa yang sedang merutuki Jimin segera kabur ketakutan melihat Hoseok menghampiri mereka sambil berbicara seperti itu.

Awal persahabatan Jimin dengan kedua seniornya itu memang cukup berat karena Jimin menerima sangat banyak cacian dan sindiran, namun setelah Hoseok dan Namjoon sering memarahi teman-teman seangkatan Jimin yang sirik pada Jimin itu, situasi lambat laun menjadi tenang.

Tanpa terasa persahabatan Jimin dengan Namjoon dan Hoseok sudah berjalan enam bulan lamanya. Dan Jimin sangat menyukai kedua sahabat barunya itu karena mereka tidak sombong seperti teman-teman seangkatannya.

Baru saja suasana agak tenang di sekitar Jimin, ujian akhir semester tiba dan Jimin mendapat nilai terbaik di kelasnya, membuat beberapa mahasiswa yang tidak menyukainya menyindir dirinya.

Namjoon dan Hoseok sedang ada tour ke Jeju Island dengan teman-teman seangkatannya sehingga tidak ada yang bisa dijadikan Jimin sebagai tempat curhat dari kesedihannya akibat sindiran teman-teman seangkatannya.

"Aku tak tahu bagaimana ia mendapat nilai bagus, tapi orang miskin seperti dia makanannya tidak akan sehat, lalu darimana kecerdasannya?"

"Menyogok dosen? Apa ia mengajak dosen tidur bersama sehingga nilainya bisa sebagus itu?"

"Ia pasti menggoda para dosen sehingga nilainya bisa bagus!"

Dan ejekan-ejekan yang didengarnya kali ini benar-benar menyakiti hati Jimin.

Jimin berlari menerjang hujan ke rumahnya. Ia tinggal sendirian di sebuah rumah kecil peninggalan ayahnya yang meninggal dua tahun yang lalu.

Ibunya bercerai dengan ayahnya tiga tahun yang lalu dan menghilang begitu saja tanpa kabar setelah ibunya pergi dari rumah.

Jimin masuk ke dalam kamarnya.

Tepat ketika Jimin masuk ke dalam kamarnya, petir bergemuruh di luar sana dan listrik mendadak padam.

"Hujan deras, listrik mati, cih! Sepertinya semua yang ada di dunia ini begitu suka menyudutkanku sendirian seperti ini..." gerutu Jimin dalam isak tangisnya.

Jimin teringat pertanyaan Namjoon dan Hoseok beberapa saat yang lalu, ketika Jimin mengatakan begitu suka melihat hubungan cinta antara Namjoon dan Hoseok.

Hoseok dan Namjoon bertanya mengapa Jimin tidak mencari kekasih, setidaknya jika Jimin punya kekasih maka ada yang akan selalu menjaga dan melindunginya, selalu menyayanginya.

"Jadwal kuliah kami tidak selalu sama dengan jadwalmu, kalau kau punya kekasih, kan akan selalu ada yang menemanimu ketika kami sedang tidak bisa menemanimu, Jimin a~" sahut Hoseok saat itu.

"Benar kata mereka... Di saat-saat seperti ini, aku memang membutuhkan sesosok pria yang bisa menjagaku, menenangkanku dan melindungiku.. Tapi aku tidak tahu harus mencari dimana pria yang sesuai dengan keinginanku..." gumam Jimin sambil menghapus air matanya.

Jimin, yang dibesarkan dalam kegagalan rumah tangga kedua orang tuanya, yang sering melihat kekerasan rumah tangga sejak kecil, memiliki standart yang begitu tinggi terhadap pasangan hidupnya karena ia ingin pasangannya nanti tidak akan pernah mengecewakan dan menyakitinya.

Setelah tangisnya mereda, Jimin mengambil sebuah lilin dan korek api, lalu duduk di sebuah kursi kayu dan mengambil kain kanvas serta cat air miliknya.

Jimin memejamkan kedua matanya, membayangkan sosok seperti apakah yang menjadi pria idamannya.

Tangan Jimin terus bergerak sementara benaknya terus mengimajinasikan sosok pria idamannya, tipe idealnya.

Satu setengah jam kemudian, lukisan itupun terbentuk.

Sesosok pria yang begitu tampan terbentuk di kanvas itu, sebuah maha karya dari seorang Park Jimin. Sesosok pria yang menjadi gambaran tipe idaman sang pelukisnya.

Pria itu berhidung sangat mancung, bibirnya begitu sexy dan indah, matanya terlihat sangat indah dan memancarkan pesona yang luar biasa, rambutnya yang diwarnai dengan warna coklat tua dan poninya yang terjatuh dengan indah di dahinya, serta alis mata yang tebal, benar-benar membuat lukisan itu terlihat begitu sempurna.

Sesosok pria yang begitu sempurna, yang menjadi sosok yang begitu dicintai Jimin setelah Jimin sendiri terkagum melihat hasil karyanya itu.

Jimin menggantungkan lukisan itu di kamarnya dan terus tersenyum memandangi lukisan itu.

Dengan anehnya detak jantung Jimin menjadi cepat ketika memandangi lukisan hasil karyanya itu.

"Whoaaaa~ Jantungku berdebar kencang... Aku rasa aku benar-benar jatuh cinta pada lukisanku itu..." gumam Jimin sambil terus memandangi lukisan itu.

"Ah, bagaimana jika lukisan ini kuberi nama?" gumam Jimin.

Jimin segera mengambil sebuah spidol permanent dan menuliskan sebuah nama di bawah lukisan itu.

V.

"V untuk kata Victory~ Ketampanannya akan memenangkan hati banyak orang, kan?" sahut Jimin kepada dirinya sendiri.

"Huft~ Dimanakah aku bisa menemukan pria setampan ini di dunia nyata?" gumam Jimin lagi sambil memejamkan matanya yang terasa lelah setelah menangis dan melukis.

.

.

.

"Hyeong~ Aku sudah menemukan pria yang kucintai!" sahut Jimin dengan penuh antusias ketika Hoseok dan Namjoon mengajaknya bertemu di rumah Hoseok.

Namjoon dan Hoseok membeli cukup banyak oleh-oleh untuk Jimin dari Jeju Island dan segera mengajak Jimin bertemu di rumah Hoseok setelah mereka kembali dari Jeju island.

Jimin sangat terpukau ketika memasuki rumah Hoseok yang begitu besar dan mewah, apalagi rumah Hoseok dipenuhi lukisan-lukisan indah hasil karya ayah Hoseok.

"Jinjja? Siapa pria itu?" Hoseok begitu antusias mendengar ucapan Jimin.

"Ooooooh~ Park Jimin sudah bernajak dewasa rupanya?" sahut Namjoon menggoda Jimin yang bertubuh mungil itu.

"Hyeooong~ Tubuhku memang agak kecil jika dibanding kalian tapi usia kita kan hanya berbeda setahun.." sahut Jimin sambil memajukan bibirnya.

Namjoon tertawa melihat reaksi Jimin.

"Siapa pria itu, Jimin a? Mahasiswa di kampus kita kah?" Hoseok terus penasaran dengan pria yang dicintai sahabatnya itu.

Jimin menggelengkan kepalanya. "Bukan di kampus kita~"

"Lalu?" Hoseok menatap Jimin.

Jimin mengeluarkan handphonenya dan menunjukkan foto di galeri handphonenya.

Foto lukisan V.

Jimin sengaja memfoto lukisan itu dan dijadikan wallpaper handphonenya.

"Yaaaaaa~ Park Jimin! Inikah lukisan... Huft~ Kukira pria sungguhan.." gerutu Hoseok setelah melihat foto lukisan V.

Jimin tersenyum. "Tapi itu benar-benar tipe idealku~"

"Tapi lukisan itu terlihat sangat tampan dan indah, Jimin a.. Siapa yang melukisnya?" tanya Namjoon.

"Aku~ Hehehe~ Aku melukisnya sambil membayangkan kira-kira seperti apa sosok pria yang menjadi tipe idamanku~" sahut Jimin sambil tersenyum.

"Karyamu sangat indah, Jimin a~ Semakin aku melihatnya, aku juga menyukai pria dalam lukisanmu itu.. Namjoon a, kau mendapat saingan, hahaha~" sahut Hoseok.

"Aigooo~" gumam Namjoon sambil mengacak rambut Hoseok.

Jimin tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya itu. Membayangkan bagaimana jika sosok V menjadi nyata dan melakukan hal itu kepadanya.

.

.

.

Malam itu petir kembali bergemuruh dan listrik mendadak padam lagi.

Membuat Jimin terbangun dari tidurnya dan menggerutu karena kegelapan pekat menyelimutinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 11.55 PM.

Jimin terus mengusap kedua matanya karena baru terbangun sehingga rasanya jiwanya belum sepenuhnya ikut bangun bersamanya.

Jimin menyalakan handphonenya untuk meneranginya dari kegelapan dan ia berniat mencari lilin untuk menerangi kamarnya.

Namun, tepat ketika pukul 00.00 AM, sesuatu yang tidak masuk akal terjadi.

Lukisan V!

Lukisan V memancarkan sinar yang begitu terang!

Jimin terlonjak melihatnya.

Ia tidak pernah memberikan lampu di bingkai lukisan itu!

Bagaimana bisa lukisan itu tiba-tiba menyala?

Jimin, dengan ketakutan, sambil terus mengusap matanya, menganggap apakah ia belum sepenuhnya sadar dari tidurnya dan sedang berhalusinasi, berjalan menghampiri lukisan itu.

Dan Jimin terlonjak sekali lagi ketika melihat lukisan itu!

Jimin melukis sosok V tampak samping, namun kali ini yang terlihat dihadapannya adalah sosok V yang tengah memandang ke arah Jimin, sambil tersenyum!

.

-TBC-


Note: Lagi-lagi FF yang gaje tercipta wkwkw XD

Lagi asik nonton drama "W / Two Worlds" trus denger lagu Ost. nya yang "Basick & INKII – In The Illusion" enak banget lagunya. Search di eyang gugel baca terjemahan liriknya, eh tau-tau ada ide lewat lagi waks #EfekKebanyakanNontonDrakor

FF Four Shoot ini saya garap tiba-tiba di tengah kesibukan saya (ciye gaya banget ya bahasanya, sibuk, wkwkw) menggarap FF "You Are Pretty, My Blonde", "Our Youth (yang baru akan saya post setelah Kill Me, Heal Me end)", dan "Once Again, Can I?", jadi mohon dimaafkan kalo ceritanya absurd lagi hehehe :)

Semoga FF ini bisa menghibur kalian semua ya :) Selamat menunggu lanjutannya, thx udah nyempetin baca, dan jangan lupa reviewnya :)

Btw, lukisan yang digambar Jimin itu visualisasinya seperti foto Taehyung di cover FF ini ya :) What a manhwa character that comes to the real world banget itu foto Taehyung yang di cover :) Kepikiran juga seandainya bukan Lee Jongsuk yang jadi pemeran utama Drama Korea "W", kayaknya Taehyung cocok banget tuh jadi pemeran utama drama korea itu :)

Okelah kalau begitu, see u all in next chapter and in my others ff /deep bows/

Btw, FF ini memang sedikit terinspirasi dari drama korea "W".
Dan FF ini sudah saya tamatkan (saya ngetik chapter terakhir ff ini) di tanggal 30 Agustus 2016 pukul 10.55 AM, ketika saya post chapter 1 di akun saya sekarang ini.
Jadi intinya setelah saya menamatkan pengetikan ff ini, langsung saya post chapter 1 nya, dan sisa chapter berikutnya tetap saya post 1 chapter per minggu biar saya punya waktu buat cek typing eror dulu sebelum post 3 chapter lanjutannnya.
Dan itu artinya, ketika ff ini saya tamatkan, drama "W" belum sampai end dan baru di episode 11. Tapi ending FF ini baru akan saya post di tanggal 20 September 2016 (karena insya allah akan saya post 1 chapter tiap hari selasa).

Jadi, kalau ternyata ending FF saya ini mirip sama ending drama "W" (yang saya aja belum bisa nebak itu drama kira2 endingnya nanti gimana antara Kang Cheol sama Yeon Soo nya), mohon dimaafkan dan jangan dituduh saya plagiatin drama "W" itu ya.. /deep bows/

Karena asli, untuk FF ini memang terinspirasi dari drama "W" tapi semua alur cerita dari awal sampe endingnya 100% dari hasil pemikiran saya sendiri :)