Mark meletakan kembali ramen yang sudah ia masak sepenuh hati dengan perasaan kesal. Ia mengutuk seseorang yang bahkan ia sendiri masih belum tahu siapa di dalam hatinya.
"Kau tidak jadi makan ramenmu?" Taeyong mengernyit heran melihat Mark yang memasang raut jengkel sambil memandangi ramen yang ada dihadapanya.
"Soulmate ku sedang memakan pie apple" ucap Mark menahan kesal.
"Ewh, perpaduan pie apple dengan ramen? tidak bisa kubayangkan" Taeyong terkekeh geli melihat ekspresi Mark yang luar biasa jengkel itu.
"Lebih baik kau cepat menemukan Soulmate-mu itu, supaya kau tidak merasakan hal seperti ini lagi" Taeyong menepuk bahu adiknya pelan
"Seoul sangat luas hyung, aku harus mencarinya kemana?" tanya Mark sambil mendengus sebal.
"Hahaha, kalau begitu terima saja nasibmu sampai takdir mempertemukan kalian." Taeyong tertawa melihat ekspresi adiknya yang tiba-tiba saja berubah menjadi terlihat amat dongkol.
"Kau enak sekali ya berbicara seperti itu. Kau pasti sangat senang ya sudah bertemu dengan Soulmate-mu" cibir Mark kepada Taeyong.
"Hahah tentu saja, kau harus menemukan Soulmate-mu dulu baru bisa senang sepertiku" ejek Taeyong kepada adiknya, kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Mark yang mendengus jengkel karna diejek seperti itu oleh kakaknya sendiri.
Mark sebenarnya sangat membenci konsep Soulmate seperti ini. Mark terus bertanya-tanya kenapa Soulmate itu harus ada, sejujurnya bagi Mark itu sangat merepotkan.
Mark selalu mengutuk nasib sialnya yang mendapatkan Soulmate yang luar biasa ceroboh. Soulmatenya itu akan selalu membuat dirinya sendiri terluka, dan pastinya Mark akan ikut merasakan sakitnya.
Soulmatenya itu sering mengiris jarinya sendiri di pagi hari, membuat Mark yang masih lelap tertidur harus memekik kaget dan merasakan jarinya terasa sangat sakit, setidaknya 5 kali dalam seminggu Mark merasakan hal itu.
Soulmatenya juga sangat suka mengacaukan acara makannya. Seperti sekarang, saat ia sedang ingin sekali memakan ramen, Soulmatenya yang entah berada dimana itu dengan se-enak jidat memakan pie apple yang membuat rasa pie apple itu langsung menyebar di dalam mulutnya, membuat ia terpaksa menggagalkan acara memakan ramennya. Seharusnya Soulmatenya itu tahu jika ia belum makan seharian, Soulmatenya itu sangat tidak peka dan tidak berperasaan.
Mark berharap agar ia segera bertemu dengan Soulmatenya itu agar semua penderitaannya segera berakhir.
"Aw!!" Mark memekik kesakitan saat merasakan rasa sakit yang tiba-tiba saja mendera jari kelingking kakinya. "Sebenarnya apa sih yang dia lakukan malam-malam seperti ini?!" Mark menggerutu kesal sambil mengusap-usap jari kelingking kakinya yang terasa ngilu.
Mark rasa ia sudah mulai membenci Soulmatenya itu bahkan sebelum ia bertemu dengannya.
.
.
.
.
Mark menatap dengan malas keluar jendela bus, hari ini Mark sangat tidak ingin pergi ke kampus sebenarnya, salah satu alasannya adalah Soulmatenya yang ceroboh itu kembali melukai dirinya sendiri. Mark dapat merasakan lututnya terasa nyeri sekali saat ia terbangun di pagi hari. Dan sekali lagi Mark mengutuk kecerobohan Soulmatenya itu yang selalu saja memberikan Mark rasa sakit.
Mark berjalan menuju kelasnya dengan tertatih-tatih, lututnya masih terasa sedikit nyeri setiap ia melangkah, sejujurnya ia sedikit khawatir juga pada Soulmatenya itu, apakah dia baik-baik saja atau tidak.
"Mark, kenapa kakimu?" tanya Jeno yang tiba-tiba saja sudah berjalan di samping Mark.
"Seperti biasa" balas Mark dengan nada sedikit kesal.
Jeno tergelak mendengar nada bicara Mark yang terdengar dongkol itu, ia merangkul Mark dan menepuk-nepuk pundaknya pelan "Lebih baik segera kau temukan Soulmatemu itu, supaya kau tidak lagi merasakan apa yang dia rasakan"
Mark mendengus "Aku juga sedang usaha mencarinya! Lihat saja nanti, saat aku bertemu dengannya aku akan mengomelinya habis-habisan"
"Hahaha Mark, Mark. Ku beri tahu ya, kau tidak akan bisa marah kepada Soulmatemu" ucap Jeno sambil terkekeh "Aku tidak bisa marah kepada Jaemin"
"Itu karna Jaemin tidak pernah memberikanmu masalah, berbeda dengan Soulmateku!" sungut Mark kesal.
"Hahaha benar juga"
"Jaeminku sangat manis dan tidak banyak tingkah" ucap Jeno sambil tersenyum bangga.
"Ya, ya, ya, terserahmu saja" balas Mark acuh.
Mereka berdua berjalan beriringan hingga memasuki kelas.
Mark melepaskan rangkulan Jeno dan mendudukan dirinya disamping seorang pemuda yang sedang asik membaca komik. Mark melirik sekilas ke arah pemuda itu dan mengernyit heran, pasalnya ia tidak pernah melihat pemuda itu berada dikelas ini.
Mungkin karna merasa tengah diperhatikan, pemuda itu menoleh ke arah Mark secara tiba-tiba dan membuat Mark terlonjak kaget. "Ada apa?" tanya pemuda itu dengan raut wajah keheranan.
"Tidak, aku hanya tidak pernah melihatmu selama aku berada di kelas ini" ucap Mark dengan ragu-ragu.
"Benarkah? Aku sudah mengikuti kelas ini sedari masuk kuliah." balas pemuda itu lagi.
Tiba-tiba ponsel pemuda itu berdering menandakan ada panggilan yang masuk, pemuda itu segera menjawab panggilan itu. "Halo Jaem? "
"Apa?! benarkah?!" Pemuda itu lantas menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan raut wajah terkejut.
"Aku salah masuk kelas ternyata!" Mark terus mengamati pemuda itu sambil terkekeh geli. Bisa-bisanya dia salah masuk kelas seperti ini.
"Iya-iya, aku akan akan segera kesana. Sisakan tempat untukku!" pemuda itu memutuskan panggilannya dan segera membereskan barang-barangnya dengan terburu-buru.
"Aisshh kenapa bisa salah kelas sih?! dasar bodoh" gerutu pemuda itu.
"Tidak mengherankan kan jika aku tidak pernah melihatmu. Kau salah kelas" ucap Mark sambil sedikit tertawa sedangkan pemuda itu hanya meringis menahan malu.
"Hahaha, kau benar. Memalukan sekali, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa" ucap Pemuda itu sambil berlari keluar dengan terburu-buru.
Gubrakk!!!
Semua orang yang berada di kelas itu langsung menengok ke sumber suara. Ternyata, pemuda tadi berlari hingga tubuhnya menabrak pintu. Seluruh penghuni kelas tertawa geli melihat bagaimana pemuda itu berusaha bangkit sambil memegangi kepalanya yang tadi terbentur cukup keras, tapi berbeda dengan Mark. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya berdenyut nyeri seperti habis terbentur. Ia memegangi kepalanya dengan kuat sehingga membuat Jeno yang duduk disebelahnya langsung merasa khawatir. "Mark! kau tak apa?!"
"Tidak tahu, kepalaku sakit sekali astaga" ucap Mark sambil memegangi kepalanya yang masih saja berdenyut sakit.
"Kenapa?"
"Sepertinya Soulmateku membuat ulah lagi. Mungkin ia habis membenturkan sendiri kepalanya ke tembok, atau-" Mark tidak menyelesaikan kalimatnya setelah ia menyadari sesuatu. Mark melebarkan matanya dan menatap Jeno dengan pandangan tidak percaya.
"Apa?! kenapa?!" tanya Jeno penasaran. Tapi sedetik kemudian Jeno membekap mulutnya sendiri dan menatap Mark dengan pandangan terkejut "Pemuda yang menabrak pintu tadi... "
"Dia Soulmateku??!"
.
.
.
.
tbc
