Because We Are FamilyChapter 1 : Awal Baru

"Huwaaa!!! " terdengar teriakan seseorang dari sebuah kamar besar.

Dap dap dap

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Sepertinya dua orang.

Brak

"Gempa! " teriak orang yang masuk pertama kali

"Kak Taufan... Hiks... Hiks" ucap pemuda yang di panggil gempa itu.

Taufan pun langsung memeluk adik kecilnya yang hanya berbeda satu tahun.

"Udah... Udah... Kenapa? Mimpi buruk lagi? " tanya Taufan.

"Hiks hiks... Kak Hali... " anggukan samar di barengi gumaman itu membuat sosok di balik pintu sedikit tersentak.

Sosok di belakang pintu itu mendekat dan mengatakan sesuatu.

"Kakak udah gak marah kok, kakak juga mau minta maaf karena nyuekin kamu" ucap sosok itu, atau Halilintar.

Gempa mulai tenang dan melepaskan pelukannya pada Taufan lalu memeluk Halilintar, yang di peluk hanya bisa mengelus punggungnya.

Lama kelaman Gempa tertidur di pelukan Halilintar. Halilintar yang melihatnya hanya menidurkan Gempa di kasurnya.

"Kau tau, dia sepertinya masih trauma, di tambah penyakitnya... Aku tak yakin kita bisa membiarkannya sekolah lagi... Apalagi berbeda sekolah dengan kita dan tanpa pengawasan seperti yang dia inginkan. " jelas Taufan

Yap. Beberapa hari lalu Gempa sempat memintanya agar di sekolahkan di sekolahan umum, karena katanya ia bosan hanya home schooling di rumahnya.

"Hn" Halilintar hanya membalasnya dengan gumaman tak jelas yang sangat mengesalkan di kuping Taufan.

"Baiklah Halilintar-sama yang selalu benar apa yang harus kita lakukan? " tanya Taufan

"Kupikir kita harus menyekolahkannya di sekolah yang berbeda. " ucap Halilintar

"Baik-... NANI!!! Kau bercanda?! " tanya Taufan

"Tidak" balas Hali dengan wajah datar

"Aku akan setuju kalau di sekolahin bareng aku aja.! " ucap Taufan ngegas lagi

"Baiklah kalau kau menyekolahkannya di sekolah umum" ucap Hali dengan seringai sambil meninggalkan Taufan

Sedangkan Taufan lagi loading

1%

25%

30%

50%

78%

100%

Complete

"HALILINTAR-NII!!! AWAS KAMU" Teriak Taufan sambil mengejar Halilintar

(Author : Otak Taufan lemot amat -_-)

Ternyata Taufan baru sadar kalau Hali menjebaknya agar dia setuju untuk menyekolahkan Gempa di tempat umum.

Saat Taufan sudah keluar dari kamar, Gempa membuka matanya dan tersenyum.

"Kak Hali menepati janjinya"

Saat pagi hari, ruang makan hening karena Taufan yang masih marah karena Halilintar mengabulkan permintaan adik kecilnya.

"Kau akan sekolah" ucap Halilintar, walau tanpa menyebutkan namanya, mereka tau mengarah pada siapa

"Yeay" pekik Gempa ceria

"Tapi satu sekolahan dengan kami" lanjut Taufan

"Baik... " ucap Gempa lebih ceria

Taufan dan Hali hampir tersedak jika saja sedang makan, tapi mereka sudah selesai. Adiknya saja kemarin mati matian ingin beda sekolah, tapi sekarang di bilang baik. Tolong jangan bilang Matahari terbit dari arah barat.

"Tapi... " Gempa angkat suara lagi "kak Taufan pura pura gak kenal denganku" lanjutnya sambil tersenyum jail

Baru saja Taufan ingin perotes Hali langsung berkata

"Bagus. Sekolah hari ini, setelah sarapan, jangan nangis kalau di bully" ucapnya dengan wajah datar dan langsung pergi keluar.

"Semoga senang di Kantor! " teriak Gempa dari dalam rumah.

Iya. Halilintar yang saat itu baru berusia 20 tahun telah menjadi penerus perusahaan ayahnya, yaitu perusahaan Element.

"Huh" Taufan menghela nafas. "ayo berangkat. "

Gempa mengangguk semangat sembari memakai tasnya dan pergi bersama Taufan.

Setelah sampai di depan gerbang mereka berhenti.

"Nah, kau belok kanan ya Gem. Jaga diri baik baik. Kita beda gedung" ucap Taufan

Gempa hanya mengangguk senang lalu pergi ke gedung yang berbeda. Taufan hanya menatap adiknya dengan tatapan khawatir.

Puk

Seseorang menepuk pundak Taufan, yang membuat pemuda itu menoleh.

"Oh, Kaizo. Tumben datang pagi" sapa Taufan kurang semangat.

"Si Laksamana menyuruhku. Omong omong, itu adikmu kan? " tanya Kaizo

"Iya, aku khawatir. Traumanya belum hilang secara total. " Taufan kembali menoleh ke Gedung kelas 8

"Tenang saja, pasti hilang kok traumanya. Aku juga bisa menyuruh adikku, si landak untuk menjaganya" ucap Kaizo

"Terima kasih motivasinya Kapten" ucap Taufan dengan nada mengejek

Mereka pun pergi ke gedung sebelah sembari melakukan percakapan singkat.

Gempa melangkah menuju kelas barunya. Ia melihat kelas masih kosong dan hanya terlihat seorang gadis berkucir dua dan gadis berhijab merah muda.

"Halo" sapa Gempa

"Eh? Murid baru ya? " tanya sang gadis berhijab itu sembari mendekat pada Gempa. "kenalkan aku Yaya dan ini temanku Ying"

"Namaku Gempa" ucap Gempa sedikit ragu.

"Nama yang unik. Aku KM kelas ini" ucapnya lagi

"iya. Dia KM, anggota terhormat OSIS, ketua ekskul musik, wakil ketua ekskul KRM (Kelompok Remaja Muslim) SMP Rintis, murid berprestasi sepertiku, dan anak yang populer sepertiku juga" tambah Ying dengan cerewet

Yaya hanya memandang Ying dengan tatapan apa-maksudmu-Ying?, dan yang di tatap hanya tersenyum.

"Kalian sahabat ya? " tanya Gempa mendadak

"Iya kami sahabat, kenapa kamu bisa tau? " ucap Yaya heran

"Dari kedekatan kalian dan kese– ah, sudahlah tak penting. Ngomong ngomong kenapa kelas masih sepi? " tanya Gempa mengubah topik. Ia takut kembalu trauma.

"Ini masih jam setengah enam, apa yang kau harapkan? " tanya Ying

"Dari jadwal yang aku baca masuk jam 6, kenapa mereka belum datang? " tanya Gempa lagi

Hening selama 5 menit

"1...2..." Yaya mulai berhitung "3"

Dap Dap Dap

"Tadi kucingnya lucu ya? "

"Game yang kemarin sudah tamat belum? "

"Kamu liat film semalam gak? "

Banyak orang tiba tiba masuk. Itu membuat Gempa kaget dan membeku di tempat. Dan hal itu berlangsung sekitar 5 menit

Plok Plok

Yaya menepuk tangannya guna mengambil alih perhatian. "kita mempunyai murid baru. " ujarnya

"Wah... Siapa ya murid baru itu? "

"Yang berdiri di situ bukan sih? "

"Ganteng gak yah? "

"Jadi pegal gak duduk duduk"

Wajar mereka tak tahu, karena Gempa membelakangi mereka.

"Ayo perkenalkan dirimu" ucap Yaya

Gempa tetap bergeming di tempatnya. Ia sedikit kaku. Ia menjadi... Takut?

Semua orang hanya diam.

"Mungkin dia hanya ingin memperkenalkan diri saat di suruh bu Guru" ucap seseorang dengan rambut acak acakan, Adudu.

"Iya, mungkin saja dia itu pemalu" lanjut seseorang lagi bermata violet, Probe.

Gempa menggertakan giginya. Belum apa apa sudah takut, batinnya. Ia pun membalikkan diri dengan senyum ramahnya.

"Namaku Gempa, salam kenal"

"Halo Gempa, aku Thorn! Salam kenal" ucap Thorn sambil menjulurkan tangannya yang langsung di ambil oleh Gempa.

"Aku Solar" ucap pemuda di samping Thorn.

Saat ada yang ingin berkenalan lagi tiba tiba bel berbunyi. Mereka pun langsung duduk di kursi masing masing.

Seorang guru berpenampilan seperti Super Hero masuk ke dalam kelas.

"Baiklah murid murid kebenaran... Kita kedatangan murid barus sepertinya. Sekarang silahkan maju" ucap guru itu

Gempa maju kedepan dengan hati hati. Setelah sampai dia menghadap kedepan.

"Nama saya Gempa, salam kenal" ucapnya dengan senyum manisnya

"Ada yang ingin di tanyakan? " tanya Guru itu

"Berapa umurmu? " tanya seorang perempuan berambut ikal

"14 tahun" balas Gempa

"Apa nama kepanjanganmu? " tanya seorang laki laki yang berambut kemerah merahan

"Entahlah, sepertinya tidak ada. Kakak kakakku tak pernah memberitahu" ucap Gempa asal

"Kamu berapa bersaudara? " tanya seorang lelaki yang duduk paling depan

"Tiga bersaudara. Aku paling bungsu. " jelas Gempa

"Kamu kelas apa? " tanya Probe

Seketika kelas hening. Gempa berpikir 'bukankah sudah jelas? Aku ini kelas 8F'

"Hahaha... Mungkin kita harus biarkan anak murid kebenaran yabg baru ini berkeliling sembari mendapatkan penjelasan dari... " sejenak guru itu berpikir lalu menunjuk seseorang " Solar! "

Sedangkan yang di tunjuk langsung kaget dan akhirnya menghembuskan nafas pasrah.

TBC

HaloHalo.

Ini Author Newbie. Gak berpengalaman :'

Kebetulan di sini Author pakai nama Pena dan teman teman author gak tau dan gak punya ffn, jadi Author bisa ngebacot sepuasnya /plak/

Tapi Author gak punya ide untuk ngobrol... Jadi... idah sampai sini aja :v