HE'S MINE
Author:Mea.k.aJaehanKimYunjae
Pairing:Yunjae
Length:1/?
Rating:T
Genre:Romance/Drama
Cast:
Kim Jaejoong
Jung Yunho
Others
DISCLAIMER:
I don't own Yunjae. They own each other but I hope I can own them at least in my dream. Okay... The plot, story and poster are mine.
WARNING!
This is YAOI fanfic means boy x boy story, so if you can't take it just leaves already. I don't wanna hear bad comments and I don't care with your comments.
Happy Read ^^
Yunho POV
"Akhirnya aku bisa pulang juga, lelah sekali" Aku berjalan melewati gang kecil menuju rumah orang tuaku.
"Sudah tiga tahun aku tidak pulang, sepertinya banyak perubahan disini dan jalan ini semakin sempit saja?" gumamku
"Aku ingin cepat sampai rumah, makan, dan tidur… beberapa hari belakangan ini lebih parah dari pada hari-hari sebelumnya, dia benar-benar kelewatan apa sih maunya… dasar, mentang-mentang bos menyiksa seenaknya" kesalku
Pekerjaan di kantor memang sangat banyak, ditambah dengan bos yang bekerja sesukanya dan hanya bisa marah-marah… Ah.. aku bosan bekerja disana, seandainya ada pekerjaan lain? Gang kecil yang ku lewati saat ini sangat gelap aku bahkan harus sedikit meraba ketika berjalan.
"Tidak! Lepaskan aku" aku mendengar seseorang bereriak
"Apa yang kau lakukan? Jangan.. kumohon.." kini terdengar suara tangisan
"Siapa disitu?" panggilku berusaha mencari asal suara itu
aku terus berusaha mencari asal suara itu, aku berjalan lurus dan menemukan seseorang yang tertunduk dan mengigil, aku berusaha mendekatinya dan mulai menguncangkan tubuhnya untuk menyadarkannya
"Hei... kau kenapa?" aku bertanya padanya namun ia tidak menjawab sama sekali.
"Lepaskan aku!" teriaknya dan menepis tanganku yang berada di kedua bahunya
"kenapa kau? Hei... sadarlah" aku mengguncangkan tubuhnya kembali dengan kuat namun dia tetap tidak sadarkan diri dan malah terdiam
"Sial.. dia pingsan, Apa yang harus kulakukan sekarang?" terpaksa aku mengangkat tubuhnya dibelakangku dan membawanya menuju rumah orang tuaku, tubuhnya sangat ringan
"Kenapa ringan sekali? Berapa lama dia tidak makan?" aku bertanya kebingungan
"Hah- susah ya jadi orang baik"
Tiba di depan rumah orang tuaku yang memang tidak terlalu jauh dari gang itu, aku mengetuk pintu itu beberapa kali dan akhirnya setelah menunggu cukup lama.. Appa keluar dengan wajah ceria melihatku
"Yunho.. kau pulang nak" sapa Appa padaku dan langsung memelukku, namun segera beliau melepas pelukkan itu setelah merasakan sesuatu dibelakangku
"Siapa dia Yunho?" Tanya Appa dengan nada bingung dan menaikkan kedua alisnya
"nanti aku ceritakan Appa, sekarang biarkan aku masuk" ucapku dan berjalan kedalam
"masuklah" Appa membuka pintu sedikit lebar dan memebiarkan aku masuk
"Appa, aku akan membawanya ke kamarku dulu.. nanti kita bicara"
"baiklah, Appa akan menunggumu di ruang tengah" jawab Appa sebelum aku berjalan menuju kamarku di lantai atas
aku langsung menuju kamarku dan membuka pintu kamarku, kamar ini sama seklai tidak berubah sejak terakhir aku tinggalkan.. masih penuh dengan warna putih. Aku membaringkan tubuhnya di ranjang dan mengambil air dingin juga handuk karena tubuhnya sedikit panas, sepertinya dia demam. Aku meletakkan handuk itu di keningnya dan mulai memperhatikan wajahnya
"ternyata seoarang wanita" ucapku pelan namun saat aku memperhatikan lebih seksama pada tubuhnya aku mulai merasa ragu karena ia terlalu tomboy untuk ukuran wanita biasa.. potongan rambutnya telalu pendek
"Mhmmm..." dia bergumam dan membuka matanya perlahan.
"..."
"maafkan aku, aku tidak akan melakukannya lagi" dia mulai berteriak dan menggigil sambil memeluk kedua kakinya di depan dadanya
"Eh- Hei.. tenang, aku tidak akan melakukan apapun padamu" aku menyadarkannya namun ia terus berteriak dan mendorongku.
"Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu, tenanglah" aku terus berbicara dan menenangkannya hingga kudengar dia menangis dan kembali menutup matanya
"Umma..."
"dia berbicara dalam tidurnya, lucu..." aku tertawa kecil
Perlahan ku usap kepalanya untuk memberikan sedikit kehangatan padanya. Setelah kurasa cukup tenang, aku meninggalkannya dan turun kebawah menemui Appa di ruang tengah
"Appa.." panggilku dan duduk disampingnya
"Siapa dia Yunho?" Tanya Appa padaku
"Aku juga tidak tahu Appa, aku menemukannya pingsan di jalan kecil menuju rumah"
"jangan asal membawa orang asing masuk ke rumah Yunho-ah, kau tidak tahu siapa orang itu" nasehat Appa padaku
"tapi dia kan hanya seorang gadis Appa, lagi pula aku kasihan padanya"
"baiklah.. kau ini, memang sulit jadi seorang pria.. mudah sekali takluk pada wanita" tawa Appa
"itu karena aku putramu Appa" ucapku membalasnya
"lalu.. kenapa tidak bilang kalau kau akan pulang hari ini"
"aku memang tidak pernah bilang kalau akan pulang kan.. aku mengambil cuti Appa"
"benar juga… Kenapa? Ada masalah di kantormu?"
"tidak juga, hanya ingin mengganti suasana"
"Hmm.. lebih sekarang kau tidur dan istirah, ini sudah larut malam"
"Ne.. Appa juga tidurlah, ini sudah sangat larut"
Aku berjalan kembali menuju kamarku dan merebahkan diri di sofa yang berada disisi ranjangku. Mana mungkin aku tidur disamping seorang wanita yang tidak ku kenal kan
End Yunho POV
Author POV
Langit malam mulai lelah dengan kekuasaanya dan mentari memaksanya untuk menghilang menggantinya dengan cahaya jingga menandakan hari baru telah tiba. Gorden yang membentang menutupi kaca jendela yang cukup besar itu seolah tak mampu menahan kehangatan cahaya jingga yang ingin menyeruak masuk melalui sela-sela kecil dan memaksa seorang pria terbangun oleh sinar mentari pagi yang menyentuh matanya.. terpaksa dia membuka kedua matanya dengan perlahan untuk menyesuaikan cahaya.
"Ini dimana?" gumam pria itu pelan dan melihat sekelilingnya
Pria itu sama sekali tidak mengenal tempat ia berada saat ini, ruangan yang cukup besar yang dipenuhi dengan warna putih disekelilingnya seperti rumah sakit..
"Apa ini rumah sakit? Kenapa aku bisa ada disini?" gumam pria itu lagi meyakinkan dirinya dan berusaha mendudukan tubuhnya di ranjang
Namun lemari pakaian yang berada di hadapannya dan juga ranjang yang terlalu besar untuk ukuran ranjang rumah sakit membuatnya sedikit ragu dengan pikirannya sebelumnya. Pria itu kembali melihat sekelilingnya dan tatapannya terhenti pada bagian kiri tubuhnya, matanya membesar melihat seorang pria lain yang sedang tertidur disana.. ketakuan mulai melanda dirinya
"….." pria itu berteriak yang berhasil membangunkan Yunho yang sedang lelap dalam tidurnya
"Ada apa? apa yang terjadi?" panik Yunho
"Siapa kau? apa yang kau lakukan padaku?" teriak pria itu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut ditangannya
Mendengar suara lembut disisi kamarnya, akhirnya Yunho tersadar dan melihat seseorang yang dikiranya seorang wanita itu menatapnya ketakutan yang menutupi hampir seluruh tubuhnya dengan selimut yang ada di ranjang
"aku tidak akan melakukan apa-apa padamu, tenanglah" tenang Yunho pada orang itu dan berjalan mendekatinya
"Siapa kau?" tanyanya masih dengan wajah yang penuh ketakutan
"aku Jung Yunho.. kemarin malam aku melihatmu pingsan dijalan saat akan pulang ke rumah, jadi aku membawamu pulang"
"kau bukan orang jahat kan?" tanyanya lagi
"tidak, aku orang baik-baik… percayalah padaku" senyum Yunho padanya
Pria itu mulai melepas kain selimut yang melingkar ditubuhnya namun tetap merapatkan tubuhnya bersandar ke diding disebelahnya dan menatap Yunho perlahan
"Siapa namamu?" Tanya Yunho dengan senyum diwajahnya
"Kim.. Kim Jaejoong" ucap Jaejoong perlahan namun masih dapat ditangkap oleh Yunho
"Kim Jaejoong?.. Eh.. kau seorang pria?" Tanya Yunho kaget
"Ne.. aku seorang pria, maaf mengecewakanmu" jawab Jaejoong malu
"aku yang bodoh tidak bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan" jawab Yunho dengan wajah memerah
"boleh aku duduk disini?" Tanya Yunho menunjuk kesisi ranjagnya
"bo.. boleh" jawab Jaejoong gugup
"boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Yunho lagi setelah mendudukan tubuhnya di ranjang
"A.. Apa?" Tanya Jaejoong menatapnya
"Apa yang kau lakukan di jalan kecil dan gelap seperti itu?"
"Ak.. aku tidak punya tempat tinggal, Umma meninggal dan rumah kami disita"
"Appa mu?"
"aku tidak tahu Appa dimana, sejak kecil aku tidak pernah melihat Appa"
"Lalu sekarang bagaimana?"
"Aku tidak tahu, aku tidak punya rumah.. aku takut…" ucap Jaejoong mulai menggigil ketakutan
"Apa yang kau takutkan?" Tanya Yunho ragu
"karena wajahku orang-orang selalu mengira aku wanita dan-" ucap Jaejoong mulai tertahan dengan air matanya
"jangan diteruskan, aku mengerti" balas Yunho melihat pria yang begitu rapuh yang kini ada dihadapannya
"boleh aku memelukmu" tanyanya yang berhasil membuat Jaejoong terkaget dan menatapnya tajam
"aku tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin menenangkanmu" Jaejoong hanya mengangguk dan membiarkan tangan hangat itu melingkar ditubuhnya
"kau tahu, kau bisa menceritakan apapun padaku.. karena mulai hari ini kita teman" ucap Yunho lagi
"Teman?" Tanya Jaejoong menatap Yunho penuh harap
"Ne.. teman, aku akan menjadi temanmu dan kau bisa menceritakan apa pun padaku" senyum Yunho
"tidak hanya teman, bahkan dia akan menjadi saudaramu Yun" suara bass yang sangat Yunho kenal itu terdengar dari belakang tubuhnya
"Appa" ucap Yunho merenggangkan pelukannya di tubuh Jaejoong dan menatap Appanya
"Apa maksud Appa?" bingung Yunho
"karena mulai hari ini aku akan mengangkatnya sebagai anakku" ucap pria setengah baya itu berjalan mendekati kedua pria muda dihadapannya
"Appa serius?" takjub Yunho
"aku serius Yunho-ah, kau mau kan Kim Jaejoong"
"Ak.. Aku.."
"kau akan jadi saudaraku Jae.. akhirnya aku tidak menjadi anak tunggal lagi dan tertahan dengan hanya pria tua di rumah ini" tawa Yunho kegirangan yang langsung memberikan panggilan sayang untuk saudaranya itu
"apa maksud perkataanmu barusan, Hah-" ucap Appa Yunho memukul kepala anaknya itu lalu menatap Jaejoong
"Jae.." gumam Jaejoong pelan
"panggil aku Appa mulai hari ini, Na?" ucapnya pada Jaejoong
"Ne.. A.. ppa"
"suaramu pelan sekali Jaejoong.."
"dia masih belum terbiasa Appa" jawab Yunho
"berarti mulai hari ini Jaejoong akan tinggal di rumah kita kan Appa?" tambahnya
"Ya.." senyum pria setengah baya itu pada kedua anaknya
"Kamsahamnida" gumam Jaejoong pelan yang membuat dua pria dihadapannya tersenyum menatapnya lembut
End Author POV
Yunho POV
Sejak kehadiran Jaejoong di rumah ini banyak hal mulai berubah, bahkan aku rela pulang pergi dari tempat kerjaku dan kembali ke rumah ini -bukan rumahku disana- setiap hari agar aku bisa menghabiskan banyak waktu dengan Jaejoong. Walaupun sebenarnya jarak dari tempat kerjaku dengan rumah Appa tidaklah harus menghabiskan waktu satu harian tapi aku memilih untuk membeli rumah disana agar lebih dekat dan tidak telalu lelah, dan sekarang semua berubah dengan hadirnya Jaejoong dalam kehidupan kami.
Appa sangat mengayanginya, perlakuan Appa pada Jaejoong sama sekali tidak berbeda dengan perlakuan Appa padaku. Appa benar-benar menyayangi Jaejoong seperti anaknya sendiri, aku bangga pada Appa. Sejak itu juga aku memiliki teman sekamar dan tidak tidur sendirian dikamar yang cukup besar ini.. selain karena Jaejoong yang selalu merasa takut jika tidur sendirian, juga karena di rumah ini hanya ada dua kamar tidur, yang satu untuk Appa dan Umma dan satu lagi untukku..
Dan satu hal yang perlu kalian semua ketahui bahwa, sejak kehadiran Jaejoong rumah ini lebih layak dikatakan sebagai rumah… yah, apa yang kalian harapkan dari dua atau seorang pria yang tinggal sendiri.. tentu bukan sesuatu yang indah bukan?.. Jaejoong mengubah rumah ini menjadi lebih ceria dan hidup, setiap pagi Jaejoong akan bangun lebih awal dan membersihkan rumah terlebih dahulu lalu membuat sarapan untuk kami, siapa yang menyangka seorang pria dapat memasak, ditambah masakan Jaejoong benar-benar sangat enak, bahkan masakan Umma yang sejak lama tidak kurasakan kalah dengan masakannya.
"Yunnie.. bangun" kurasakan tangan lembutnya mengguncang-guncangkan tubuhku untuk membangunkanku
"Yunnie-ah" ucapnya pelan dan memelas namun aku sengaja tidak membuka mataku.. aku suka menggodanya seperti ini dan lucunya dia tidak pernah sadar
"Yun… Ah-" kutarik tubuhnya dalam pelukanku dan menatapnya lembut
"Yunnie.." ucapnya malu dan mengalihkan perhatiannya dari wajahku
"Mhmm..." gumamku kembali menutup mataku dan menghirup harum tubuhnya dalam pelukanku
"le..paskan tanganmu" ucapnya mencoba meraih tanganku yang melingkar sempurna ditubuhnya
"tidak mau" manjaku
"Yunnie…" Jaejoong menatapku dan memajukan bibirnya
"salahmu sendiri" manjaku lagi
"salahku?" tanyanya menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk kirinya
"kenapa kau cepat sekali menghilang? saat aku terbangun kau sudah tidak ada" manjaku lagi dan menguatkan pelukanku ditubuhnya
"aku kan harus membersihkan rumah dan membuat sarapan Yunnie"
"itu bisa dikerjakan nanti, ini kan hari libur.. kau bisa bangun lebih lama bukan":
"aku sudah terbiasa untuk bangun lebih awal Yunnie-ah" balasnya mencoba melepaskan pelukanku lagi
"aku tidak peduli, sebagai hukuman kau harus temani aku disini sampai nanti siang" paksaku dan kembali membawanya dalam pelukanku
Mungkin terdengar aneh bagi beberapa orang, tapi entah magnet apa yang terdapat dalam tubuh Jaejoong yang memaksaku untuk selalu berada didekatnya, bahkan hanya selang beberapa hari sejak kehadirannya di rumah ini, aku dapat langsung mengakrabkan diri dengannya dan mulai sering memeluk tubuhnya yang mungil dan beberapa hal yangsebenarnya cukup aneh dilakukan pada orang yang baru dikenal, ditambah dia adalah laki-laki sama sepertiku… tapi hal itu tidak berlaku untuk seorang Kim Jaejoong
Tingkahnya yang lucu dan menggemaskan membuatku lupa bahwa Jaejoong adalah seorang pria sama sepertiku, semua hal yang Jajeoong lakukan membuatku ingin selalu berada disisinya dan melindunginya, hingga akhirnya aku menyadari satu hal.. Aku telah mencintainya.. Aku mencintai seorang Kim Jaejoong.. dan aku sangat menikmati setiap kebersamaan kami, apalagi Jaejoong tidak pernah menolak semua perlakuanku padanya.
Aku menatap wajahnya yang terus tertunduk dan tak mau menatapku, wajahnya yang memerah karena malu adalah hal yang paling menyenangkan untuk dilihat di pagi hari. Jaejoong sama sekali tidak bisa bergerak dalam pelukanku, aku terus saja menatapnya dan menghirup harum tubuhnya yang selalu menggodaku hingga suara dehaman yang cukup keras membangunkanku…
"Apa lagi yang kau lakukan pada Jaejoong, Yunho?" Tanya Appa dengan wajah yang menyeramkan
"aku tidak melakukan apa-apa, hanya memeluknya" seperti mengambil kesempatan dalam kelengahanku menjawab pertanyaan dari Appa, dengan cepat Jaejoong melepas pelukanku di tubuhnya dan berlari keluar kamar kami.
"cepat bangun Yunho, kau ini.. setiap hari libur pasti selalu malas-malasan"
"aku hanya mengikutimu Appa" balasku dan langsung berlari ke toilet untuk membersihakn tubuhku sekaligus menghindari amukkan Appa
"cepat bersihkan dirimu, Jaejoong sudah menyiapkan sarapan" teriak Appa dari kamarku
"Ne, sebentar lagi akau turun"
Kehidupan keluarga yang sudah lama tidak kurasakan kini telah kembali, sejak kematian Umma 10 tahun yang lalu.. Appa dan aku benar-benar jarang menujukkan kedekatan seperti ini. Tapi sekarang semua berubah, dan ini berkat Jaejoong.. dia adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk kami, untuk memberikan kebahagiaan kepada dua orang pria yang menyedihkan
Setelah siap, aku berjalan menuju ruang makan.. tak lupa mencium sekilas wajah malaikat itu yang sedang sibuk mengatur makanan di meja makan, kebiasaan yang sering aku lakukan sejak sebulan yang lalu dan aku langsung duduk dikursiku
"harum sekali Joongie, kau memang pitar memasak" pujiku padanya
"ini hanya masakan yang biasa aku buat Yunnie" jawabnya dan duduk disiku
"tetap saja kalau kau yang membuatnya akan terasa spesial" balasku menatapnya sekilas dan mulai memasukan makanan ke mulutku
"berhentilah menggodanya Yunho" ucap Appa
"aku hanya berkata jujur Appa"
"ya.. semua perkataan jujurmu memiliki tujuan yang sama" ejek Appa padaku
":aku hanya mengikutimu Appa" balasku
"Aish… kau ini selalu bisa menjawab semua uncapanku"
"aku hanya mengikutimu Appa" tawaku
"Oh… istriku, lihatlah anakmu sekarang, dia telah berani melawan Appanya sendiri"
"Ak-" aku baru saja akan membalas perkataan Appa sebelum aku mendenganrkan tawa renyah disisi tubuhku
"Yah.. Kim Jaejoong, mengapa kau malah ikut menertawaiku?" Tanya Appa pura-pura marah
"Appa sangat lucu" tawa Jaejoong menutup mulutnya dengan tangannya
"dua anakku menghinaku, apa salahku Tuhan" rajuk Appa
"itu karena kami sayang Appa" ucapku dan Jaejoong bersamaan dan kemabli tertawa
Pagi yang menyenangkan, kami memakan semua makanan yang terdapat di meja makan hingga habis tak tersisa. Hingga terdengar suara seseorang mengetuk pintu depan rumah
"aku yang akan membukanya" ucapku dan beranjak menuju pintu depan
Aku membuka pintu depan rumah kami dan aku melihat dua orang dengan seragam dinas yang kurasa seragam polisi, juga seseorang dengan jas hitam dan tas hitam ditangan kanannya, dan terakhir sepasang orang tua mungkin suami istri.. sepertinya usia mereka sama dengan Appa
"Maaf.. apakah benar ini rumah keluarga Jung?" Tanya pria berjas hitam itu
"benar.. aku anaknya Jung Yunho, ada perlu apa dengan Appa?" tanyaku balik
"boleh kami masuk dan berbicara di dalam?" tanyanya lagi
"baiklah.. silahkan masuk" ucapku dan membuka pintu cukup besar dan mempersilahkan mereka masuk
"aku memanggil Appa dulu, kami baru saja selesai sarapan"
"Maaf merepotkan" ucap orang berjas hitam itu lagi sedangkan yang lain hanya diam tanpa menatapku
"Siapa orang-orang itu" gumamku dan berjalan menuju ruang makan untuk memanggil Appa
"Appa.. ada yang mencarimu?" ucapku pada Appa
"Siapa Yunho?"
"aku juga tidak tahu Appa, sepertinya ada polisi diantara mereka" jawabku menggaruk-garuk kepalaku
"Polisi? Kau yakin Yunho"
"Umm.. aku yakin Appa"
"baiklah, Appa akan temui mereka.. kalian ikut Appa"
"baik Appa" aku langsung mengenggam lengan Jaejoong dan membawanya berjalan disisiku mengikuti Appa dari belakang
"Selamat pagi" sapa Appa yang membuat mereka berpaling kearah kami
"Selamat pagi" balas pria berjas hitam itu dan aku melihat wajah pasangan suami istri itu sepertinya sangat senang dengan senyum menjijikkan diwajah mereka
"Yunnie.." kurasakan Jaejoong menguatkan genggaman tangannya dan bersembunyi dibelakangku
"kau kenapa Joongie?"
"Yunnie aku takut"
"takut apa?" tanyaku bingung
"Yunnie." Kurasakan tubuhnya mulai menggigil.. aku langsung membawanya dalam pelukanku dan kami duduk disamping Appa
"jangan takut, aku disini Joongie" tenangku padanya dan aku kembali memperhatikan dua orang itu yang masih saja memiliki senyum licik diwajahnya
"Maaf mengganggu Anda pagi-pagi tuan Jung.. Langsung saja, kami kemari untuk mengambil Kim Jaejoong kembali"
"mengambil Kim Jaejoong kembali? Apa maksud Anda tuan?" kaget Appa
"Ya.. Kim Jaejoong adalah keponakan kami, setelah kematian ibunya hak asuh atasnya ada ditangan kami dan kami punya bukti untuk itu" balas pria yang dari tadi hanya diam itu dengan cepat
"benar tuan Jung, aku adalah pengacara keluarga Kim dan ini adalah bukti-buktinya" ucap pria berjas hitam itu lagi dan menyerahkan sebuah amplop coklat yang cukup besar kepada Appa
Appa langsung membuka amplop coklat itu dan melihat isinya yang terdiri dari beberapa surat resmi milik Negara dengan stempel dari resmi dan materai, semuanya terlihat sangat asli.. tidak mungkin ini nyata kan? Apa Jaejoong harus pergi?
Jaejoong membenamkan wajahnya dalam pelukanku dan menggelengkan kepalanya cepat, tubunya yang gemetaran sangat terasa dalam pelukannku, jika benar mereka berdua adalah keluarga Joongie, lalu kenapa Joongie begitu terkesan sangat ketakutan… aku mulai merasakan keanehan
"Joongie.." panggilku mencoba membawanya menatapku
"Yunnie.. takut" balasnya tetap membenamkan wajahnya didadaku dan memelukku semakin erat
"takut apa?" tanyaku bingung
"Yunnie.." kurasakan basah dibagian dadaku dan tubuh Jaejoong mulai berhenti menggigil
"Joongie…" panggilku lagi namun tidak ada jawaban lalu aku coba membawa wajahnya menatapku
"Joongieeee….!" teriaku melihatnya pingsan dalam pelukanku
"Jaejoong!" teriak Appa disisiku
"Yunho bawa Jaejoong ke kamar sekarang" perintah Appa dan aku langsung membawa Jaejoong dalam pelukkanku, masih dapat kulihat sedikit guratan kecewa di wajah pasangan itu
"Maaf tuan, sepertinya pembicaraan ini harus ditunda dulu, kita dapat membahasnya dilain waktu… dengan tidak mengurangi rasa hormat saya mohon Anda semua datang lagi lain waktu" masih kudengar ucapan Appa dan mereka semua pergi
Kubaringkan tubuh Jaejoong di ranjang dan mengusap rambut halusnya menanti hingga malaikat cantik ini membuka kedua matanya untuk menatapku
"bagaimana keadaannya Yunho?" Tanya Appa dan duduk disisiku
"entahlah Appa, sejak tadi Joongie selalu mengatakan takut dan takut, aku tidak tahu apa yang dia takutkan"
"sepertinya ini ada hubungannya dengan dua orang dari keluarga Kim itu, Yunho"
"apa benar mereka-" tanyaku ragu
"ya, bukti yang mereka tunjukkan sah.. Jaejoong berada dalam hak asuh mereka"
"tapi kenapa Joongie sepertinya tidak menyukai hal itu dan Joongie tidak pernah menceritakan hal ini?"
"Appa juga tidak mengerti Yunho, kita akan menanyakannya nanti pada Jaejoong"
"lalu… Apa itu berarti Joongie… dia akan pergi Appa?" tanyaku takut mendengar apa yang akan diucapkan Appa
"Yunho.. kita tidak bisa melakukan apa-apa, bukti yang mereka tunjukkan sah Yunho, mereka yang memiliki hak untuk mengasuh Jaejoong"
"tapi kenapa baru sekarang mereka muncul, disaat aku kembali merasakan kehangatan keluarga?" teriaku berusaha menahan air mataku mengalir membasahi pipiku, ini pertama kalinya aku kembali menangis setelah kematian Umma 10 tahun yang lalu
"Maafkan Appa Yunho, Appa tidak bisa melakukan apa-apa" ucap Appa memeluk tubuhku
"kenapa semua orang selalu pergi Appa, kenapa mereka selalu meninggalkan kita?" tanyaku tanpa mengharap jawaban pasti
Tidak pernah aku menjadi selemah ini, menangis dalam pelukkan Appa seperti anak kecil yang kehilangan mainannya karena diambil oleh anak lain yang jahat padanya. Kehadiran Jaejoong sangat berarti bagiku, Jaejoong mendapatkan posisi tertinggi dalam hatiku.. Dia yang mengubahku. Dia yang mengerti akan diriku.. lalu dengan mudah mereka mengambil kebahagiaan ini.
"Appa.. apa yang bisa kita lakukan?"
"Yunho.."
"Appa ku mohon, aku tidak bisa kehilangan Joongie.. Aku.. Aku mencintainya Appa" dengan semua kekuatan yang aku miliki akhirnya aku mengatakan rahasiaku pada Appa
"Yunho!" kaget Appa dan segera melepaskan pelukannya ditubuhku
"Mian.. Appa" ucapku tertunduk
"tatap Appa Yunho" ucap Appa membawa wajahku untuk menatapnya
"kau serius dengan apa yang kau katakana barusan Yunho"
"Miah Appa… Mianhae"
"Aku tidak meminta kata maaf Yunho, Aku bertanya.. Apa kau serius dengan ucapanmu barusan?"
"Aku.. Aku serius Appa, Aku mencintai Joongie"
"sejak kapan Yunho?"
"aku tidak tahu sejak kapan, perasaan ini muncul begitu saja"
"baguslah" senyum Appa padaku
"Appa?" kagetku
"Appa sangat berharap kau dan Jaejoong tetap bersama walau nanti Appa meninggal, dia sangat rapuh Yunho-ah dan hanya kau yang bisa melindunginya"
"Appa…"
"dan rasa cinta yang kau rasakan cukup menjadi penjaganya" senyum Appa padaku
"Gomawo Appa" aku kembali memeluk tubuh Appa
"Appa menyayangi kalian berdua dan… Appa mendapatkan ide dengan pengakuanmu barusan Yunho" Appa tersenyum licik sambil mengangkat kedua alisnya padaku
"Ide apa, Appa?"
"Iya.. ide untuk mempertahankan Jaejoong untuk selalu bersama kita"
"Apa?" riangku
"hanya ada satu cara untuk mempertahankannya Yunho, yaitu… dengan menikahinya"
"menikahi Joongie, Appa!" kagetku
"ya, kau sudah cukup umur untuk menikah Yunho dan Jaejoong juga sudah dewasa untuk dapat menentukan jalan hidupnya sendiri, dengan menikahinya kau memiliki kekuasaan hukum untuk 'mengasuh' Jaejoong dan menjaganya melebihi kekuasaan yang dimiliki keluarga Kim"
"Appa benar, tapi.. bagaimana dengan Joongie, apa dia akan setuju?"
"melihat dari sikapnya kepada orang-orang itu dan kedekatannya denganmu, Appa yakin Jaejoong pasti akan setuju"
"tapi-"
"Tidak! jangan.. kumohon lepaskan aku.. Umma.. Umma…" kudengar suara teriakan dari samping tubuhku
"Joongie.. Joongie.. bangun.. ada apa?" paksaku membangunkannya dan mengguncang-guncangkan tubuhnya kuat
"Umma.. Umma…"
"Joongie bangunlah.. kumohon" eluhku tak tahan melihatnya menderita seperti ini
"Umma!" teriaknya dan membuka lebar kedua matanya, ada sedikit bulir air disudut matanya yang membuat napasku tertahan
"Joongie-ah" ucapku mencoba menyadarkannya
"Yun… nie" balasnya menatapku perlahan
"Joongie.." ku usap bulir air di sudut matanya itu dan memeluknya
"kenapa kau berteriak seperti itu Jaejoong?" Tanya Appa tiba-tiba
"Appa.." ucapnya sedikit merenggangkan pelukannya di tubuhku
"Aku.. bermimpi" tambahnya
"Apa ada hubungannya dengan orang-orang tadi Jaejoong?" Tanya Appa lagi
"Appa.." balasku menolak untuk membahasnya disaat seperti ini
"Mereka…"
-TBC-
Silahkan komentar apa aja ^^
