Bleach by Kubo Tite. Story was mine.
Silahkan menikmati~ I hope you like it!
Oasis di Tengah Gurun
Chapter 1 : Shocking News
"Selamat atas peresmian anda mejabat sebagai CEO Kurosaki Corp!"
"Saya yakin anda bisa menjadi penerus yang baik dan makmur."
Semua pujian terus membanjiri seorang lelaki berjas biru dongker dengan rambut orangenya yang nyentrik. Lelaki tersebut adalah Kurosaki Ichigo, lelaki muda berumur 25 tahun yang pintar dan mapan. Ia menjalankan bisnis keluarganya dengan mahir dan banyak sekali rekan bisnis yang ingin bekerja sama dengannya. Bukan hanya itu ditambah berasal dari keluarga terpandang, ia juga sangat tampan dengan proporsi tubuh yang ideal. Tak heran jika banyak perempuan yang ingin menjadi pendamping hidupnya. Walaupun sampai sekarang ia masih melajang. Padahal banyak yang mengantri ingin menjadi kekasihnya, entah wanita seperti apa yang ia cari di dunia ini.
Saat ini adalah acara peresmian dirinya menjabat sebagai CEO baru di perusahaan pakaiannya. Acara tersebut diadakan di suatu Villa mewah miliknya. Dalam acara tersebut, banyak orang penting yang merupakan rekan bisnisnya dan sekalian menjadi tempat bagi mereka bisa bekerja sama dengan Ichigo atau membujuknya agar menikahi anak perempuan mereka.
Setelah menyapa semua tamunya, ia menghampiri salah seorang bodyguard yang sedang jaga di gerbang depan,
"Apakah gadis itu sudah datang?"
Ia menengok ke kanan-kiri mencari gadis yang ditanyakam oleh Ichigo. Tidak menemukan gadis yang dicari Ichigo, alhasil ia menggelengkan kepala.
"Belum tuan."
"Begitu yasudah."
Ichigo pun berjalan ke arah balkon dan mengeluarkan HPnya untuk menelpon gadis tersebut.
"Hallo"
"Yaa?"
Ichigo menatap layar HPnya kembali, ia bingung mengapa yang mengangkat telpon tersebut seorang anak kecil.
"Halo, apa benar ini no telpon Rukia?"
"Bener kok! Tapi Mommy lagi di kamar mandi, ohya ini paman Ichigo ya? Katanya ia tak bisa hadir karena sakit perut."
"Oh begitu.. Baiklah tak apa. Kalau begitu tolong sampaikan salamku untuknya ya. Sudah dulu ya."
"Ya..! Bye paman!"
-pip-
Ichigo mematung dan pikirannya blank, mungkin ini hanya mimpi. Dirinya dan Rukia merupakan sahabat baik sejak SMP hingga keduany terpisah saat lulus SMA. Saat itu Rukia kuliah di Amerika sedangkan Ichigo di Inggris. Keduanya sibuk dan jarang mengobrol namun masih suka bertemu di Jepang jika tahun baru. Jika hal tersebut sangatlah penting pasti keduanya akan memberitahukan hal tersebut, apalagi jika keduanya menikah! Dan Ichigo berasumsi yang mengangkat telponnya tadi adalah anak Rukia.. Masalahnya di keluarga Rukia tidak ada anak kecil jadi bisa dipastitkan anak tersebut anak Rukia.
"Astaga, aku harap ini hanya mimpi."
~00~
'Aku sudah menikah Ichigo, maaf aku lupa bilang.'
'Masa hal penting seperti itu kau lupa sih,'
"Rukia…"
Ichigo membuka matanya dan ternyata itu hanyalah mimpi namun kejadian dimana anak Rukai menelponnya itu nyata.
"Ah sial sampai sekarang pun aku masih kepikiran. Heh, lebih baik aku cepat pergi ke kantor deh."
"Selamat pagi Pak Direktur!"
Semua sapaan dari pegawainya mengiringi kedatangan Ichigo hingga sampai ruang kerjanya.
-tuk tuk tuk-
Seorang lelaki masuk ke dalam dan memberikan seberkas file pada Ichigo,
"Hari ini Designer handal dari Amerika akan bekerja di perusahaan kita, orangnya sudah datang, Pak."
"Baiklah suruh dia masuk."
"Baik"
Lelaki tersebut membukakan pintu dan membuat mata Ichigo terkejut melihat sosok yang sangat ia kenal. Dulu tubuhnya sangat mungil namun sekarang sedikit tumbuh walau tetap masih kecil sih jika berhadapan dengannya. Gadis itu memiliki rambut yang pendek berwarna hitam dengan mata ungu yang eksotis membuatnya begitu cantik dan anggun.
"Saya permisi pak." Ujar lelaki tsb dan keluar meninggalkan keduanya.
-blam-
"Well, well~ Jadi kepala jeruk ini yang akan menjadi atasanku?" ujarnya dengan nada sarkastik.
Ichigo menghampirinya, "Rukia! Ternyata designer baru itu kau!"
"Heh tentu saja, kenapa?"
"Tidak aku hanya kaget saja, apa kabarmu?"
"Baik, ohya kemarin aku tidak bisa datang karena sakit perut."
"Ya aku tahu kok.." ujar Ichigo dan matanya menangkap cincin dengan berlian kecil yang cantik menghiasi jari manis di tangan kanan Rukia.
"Cincin itu.." ujar Ichigo terus memperhatikan cincin milik Rukia.
Rukia menatap cincinnya dan tersenyum lembut, "Ah.. ini dari orang yang aku sayangi dan ini sangat berharga. Kenapa? Daritadi ka uterus memperhatikannya terus."
Bagai disambar petir di siang bolong, hati Ichigo serasa hampa seketika. Entah kenapa ia tak rela semua itu terjadi. Namun ekspresinya tetap tenang tanpa memperlihatkan suatu kekecewaan.
"Oh begitu, aku hanya aneh saja dulu kau yang tomboy dan tidak mau memakai aksesoris sedikitpun kini berubah menjadi perempuan yang feminim. Hm, selamat ya." Ujar Ichigo mengulurkan tangannya.
"Ah kau ini sok formal sekali. Ok, senang bekerja sama denganmu kepala jeruk." Ujar Rukia menjabat tangannya sambil menjulurkan lidah.
Ichigo menatap wajah Rukia yang tetap cerah seperti dulu, hah andai saja ia lebih cepat.
-K-
Ichigo sedang berkeliling kantor untuk memeriksa pekerjaan tiap pegawainya terutama apa yang dilakukan Rukia sekarang. Rukia disediakan ruangan khusus untuknya sendiri dan apapun yang ia inginkan akan dipenuhi. Bukannya pilih kasih namun sudah terbukti bahwa hasil karya milik Rukia sering memenangkan lomba bergengsi ajang internasional. Bahkan banyak sekali yang ingin merekrutnya menjadi designer brand-brand top di dunia. Namun ia langsung menolaknya dan lebih memilih perusahaan milik Ichigo yang memang tak kalah mewahnya. Jika ditanya alasannya kenapa, ia menjawab ingin saja.
Ichigo melihat Rukia sedang focus bekerja dalam ruangannya. Sejak dulu Rukia memang focus dalam apa yang ia kerjakan bahkan ia sampai lupa merawat dirinya sendiri maka dari itu Ichigo sangat perhatian kepadanya.
Ichigo masuk ke dalam ruangan Rukia dan sang pemilik ruangan pun tak menyadari kehadiran Ichigo karena saking fokusnya. Ia pun berjalan sambil membawa 2 cappucino latte dan menaruhnya di atas meja.
"Bagus juga ternyata."
Rukia terkejut atas kehadiran Ichigo yang sudah ada di sampingnya,"Hei! Ketuk dulu!"
"Aku kan Direktur di sini suka-suka aku."
"Tetap saja, itu namanya tidak sopan!" peringat Rukia sambil menunjuk-nunjuk Ichigo dengan pensil.
Baru kali ini ada bawahan yang berani seperti itu pada atasannya,
"Ya ya," jawab Ichigo dengan malas.
"Heh, lalu apa yang kau mau?" tanya Rukia sambil menyilangkan lengannya di depan dada.
Sepertinya ia masih kesal karena sikap Ichigo yang seenaknya. Ichigo tau kok kalau Rukia pasti akan sebal namun ia tak merasa bersalah sama sekali, malah senang.
"Hanya ingin melihat pekerjaan bawahanku, apa dia benar bekerja atau hanya main-main saja."
"Dasar, tentu saja aku serius. Sudah, sana pergi!" Ujar Rukia mendorong Ichigo dengan paksa keluar dari ruangannya.
"Hei aku sudah meluangkan waktuku menengok bawahanku lho! Sambil bawa minuman segala! O-Oi! Rukia!"
Rukia berhasil mendorong Ichigo keluar dari ruangannya, ia menatapnya dengan mata mengancam.
"Jangan ganggu!"
-blam!-
Ichigo tercengang dengan sikap Rukia, "What the..! Heh, Dasar."
Ia tersenyum dan hendak kembali ke ruang kerjanya.
Pintu ruangan Rukia terbuka kembali dengan kepala Rukia yang mendongak keluar.
"Mana minumannya." Ujar Rukia sambil mengulurkan tangan.
Ichigo menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Dasar aneh, ini."
Rukia mengambilnya dan langsung menutup kembali ruangannya. Ichigo pun kembali ke ruangannya.
Ia merasa ada yang berbeda dengan suasana hatinya jika Rukia berada di dekatnya. Tapi apa ya? Entahlah.
-K-
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, ada yang sudah pulang dari kantor namun ada juga yang masih lembur.
Ichigo sedang berjalan menuju mobilnya yang ada di basement.
"Kukira kau sudah pulang."
Ia menengok ke belakang dan melihat Rukia berjalan ke arahnya.
"Ckckc aku ini Direktur yang rajin."
"Heh dulu saja saat pelajaran biologi kau sering bolos,"
"Sial! Aku ingat yang melapor kan kau! Gara-gara kau aku dihukum untuk membersihkan toilet selama 2 bulan. Ewh jika mengingatnya lagi itu sangat menjijikkan." ujar Ichigo lemas membayangkan kembali dirinya susah payah membersihkan toilet cowo yang sangat jorok.
"Itu kan salahmu juga, lalu perbuatanku benar karena aku memperingati hal yang baik padamu."
Ichigo menatapnya datar, "Terserah kau."
Rukia membuka pintu mobil Ichigo dan duduk di sebelah jok pengemudi.
Ichigo menatapnya bingung, "Apa yang kau lakukan? Mobilmu dimana?"
"Aku tidak bawa mobil, jadi antarkan aku pulang." Ujar Rukia sudah memasang seatbelt dan siap untuk pergi.
"Apa?! Ugh aku cape dan sekertarisku sedang sakit. Aku ingin cepat pulang kau tahu."
"Dasar manja, cepatlah ada yang menungguku pulang nih."
Ichigo ingat bahwa Rukia sudah berkeluarga bukan seperti dirinya yang JOMBLO. Jika dipikirkan kembali, ia semakin sebal.
Akhirnya Ia pun masuk ke dalam mobil dan mengemudi dengan malas, "Fine~"
Rukia tersenyum puas melihat sikap Ichigo. Ia mendengarkan musik lewat headset dan menutup matanya untuk istirahat sebentar.
Ichigo menatapnya sekilas, 'Andai saja…'
-K-
15 menit kemudian mereka sampai di depan gerbang mansion Kuchiki. Mansion berstyle Jepang kuno dengan arsitektur yang masih kokoh dan indah. Belum lagi pohon-pohon sakura yang menjulang tinggi menghiasi pekarangan mansion.
Rukia keluar dari dalam mobil lalu berjalan mendekati gerbang untuk memencet bel, tak lama gerbang terbuka. Ichigo mengintip dalamnya dan melihat anak kecil berlari ke arah gerbang.
"Mommy!"
"Ryuu, tunggu saja di dalam. Sudah ya Ichigo," ujar Rukia langsung masuk ke dalam.
Ichigo menatap anak Rukia bernama Ryuu itu langsung memeluknya sesaat ia masuk ke dalam dan gerbang pun tertutup. Ichigo menutup kaca mobilnya dan terdiam sebentar.
"Dan sekarang aku sendiri lagi, heh~ Pasti sekarang Rukia sedang bersama keluarga bahagianya makan masakan koki handalan keluarga lalu dibarengi gelak tawa manis lalu… Ah shit! ok stop. Aku benar-benar gila dan harus pulang."
Ichigo menyetir mobilnya dengan cepat bagai dikejar hantu. Ia ingin segera sampai rumah, mandi, makan lalu tidur dan melupakan semuanya.
-K-
"Nii-chan! Kau pulang juga kemari! Tidak biasanya~~" seru Yuzu dengan senang menyapa kakaknya yang pulang ke rumah utama.
"Kenapa Ichi-nii? Kau mulai merasa kesepian ya? Hahaha makanya cepatlah menikah dengan wanita pilihan Ayah." Ujar Karin dengan nada bully.
Ichigo menatap kedua adiknya yang menyapa kepulangannya dengan hangat serta bullyan. Ya mungkin ini yang membuat lelahnya hilang. Kehangatan keluarga.
"KAU PASTI KANGEN SAMA AKU INI KAN!? AYAHMU TERCINTA KAN ICHIGO!?"
Ichigo menatap datar Ayahnya, yang masih sama alaynya seperti dulu.
"Oyaji, kau masih sama alaynya seperti dulu. Hm, mungkin sekarang lebih. Apa kalian sudah makan?" Ichigo beralih menanyakan kedua adiknya. Menghiraukan sang ayah yang bertingkah terus mengganggunya.
"Pas sekali Nii-chan! Aku baru saja beres masak dan aku punya firasat kau pulang jadi aku masak lebihan!"
"Yasudah ayo kita makan."
"Ohh~~~ Aku sangat suka keadaan hangat seeperti ini~~ Misaki!" ujar Ayahnya sambil memeluk foto besar dengan wanita cantik bersurai orange yang terpajang di dinding ruang tengah. Wanita itu adalah istri sekaligus Ibu dari anak-anaknya, Kurosaki Misaki. Ia sudah lama meninggal, mungkin sejak Ichigo masih SD kelas 6. Misaki meninggal karena kecelakaan dan membuat keluarganya sangat terpukul terutama Ichigo. Karena saat kejadian terjadi, Ibunya bersama Ichigo dan Ichigo melihat langusng sang Ibu meninggal bersimbah darah. Ichigo dan kedua adiknya sangat marah pada orang yang menabrak Ibunya namun sang Ayah mengampuni orang tersebut. Walapun orang tersebut masuk penjara karena harus menjalani tindak pidana atas perbuatannya. Maka dari itulah sang Ayah sangat bertanggung jawab kepada ketiga anaknnya dan memastikan ketiganya bahagia.
"Ayah, ayo! kalau tidak nanti kehabisan!" seru Yuzu dari arah ruang makan.
"Ya~~"
Isshin berlari ke ruang makan dan duduk di kursi meja makan. Ia sangat senang melihat anak-anaknya tumbuh besar dengan mandiri. Terutama Ichigo yang sekarang sudah mengambil alih perusahaan miliknya.
"Ichigo, kau sangat membanggakan dan rekan-rekan bisnisku memujimu. Namun ada satu hal yang membuatku gatal jika mereka sudah membicarakan hal ini..."
Ichigo sudah tahu kelanjutannya, "Menikah? Untuk saat ini aku tidak mau."
"Kenapa?"
"Karena aku-"
"'Belum bisa move on dari Rukia.'" Sambung Karin.
Ichigo dan Isshin menatap kaget Karin. Sedangkan Karin terus melanjutkan makannya tanpa menghiraukan sikap kakak dan sang Ayah.
"BENARKAH ICHIGO?!" seru sang ayah kaget sambil menggebrak meja.
"Hei Karin seenaknya saja!"
Karin tak menghiraukan reaksi keduanya dan terus melanjutkan makan sedangkan Yuzu hanya tertawa melihat reaksi keduanya.
"Astaga, selama ini.. Pantas dari dulu kau sangat lengket dengan Rukia-chan seperti bubble gum! Aku tak menyadarinya dan memaksakanmu berjodoh dengan orang lain. Padahal dulu aku sempat mau menjodohkanmu dengan Rukia-chan lho~"
Ichigo menatap Ayahnya kaget, "SERIUS OYAJI!? LALU KENAPA!?"
"Oh itu, alasannya karena aku hanya tidak ingin memecahkan persahabatan kalian. Itu saja." Ujar Isshin dengan santai.
Ichigo menatap Ayahnya kecewa dan duduk dengan lemas,
"Haaaaaaaaaahhhhhhhhhhh. Aku melewatkan hal paling bersejarah seumur hidupku."
"Ckckck jangan sedih Ichigo, masih ada kesempatan."
"Kesempatan apa Oyaji? Menunggunya cerai dulu begitu?"
Isshin menatap anaknya dengan bingung, "Cerai? Siapa?"
"Tentu saja Rukia dan suaminya! Aku tahu kok mereka menikah di Amerika dan sekarang punya anak.."
"Kau terlambat Ichi-nii, kau payah." Ujar Karin lalu meneguk air putih di gelasnya.
Isshin menatap Ichigo lekat-lekat, "Aku tak menyangka bahwa sikap sok tahumu masih melekat sampai sekarang, Ichigo. Mungkin aku kurang memberikan rasa cinta kasihku padamu."
"Ugh, sudahlah aku tak perduli." Ujar Ichigo melanjutkan makannya.
Isshin menerawang jauh dan berpikir lalu tersenyum, "Astaga! Aku ingat! Hahahahaha!"
"Apa yang lucu Oyaji? Begitu senangnya melihat anakmu depresi hah?"
Karin dan Yuzu sudah selesai makan dan menuju ruang tengah meninggalkan mereka berdua.
Isshin berhenti tertawa dan menatap anaknya, "Kau pikir Rukia type yang seperti itu? Ckckck, aku dengar curhatan kakeknya sampai sekrang dia tidak mau dijodohkan. Walau pernah sih sekali, tapi tetap tidak berjalan mulus. Jadi mana mungkin dia punya suami."
"Heh? Lalu anaknya?!"
"Itu anak kakaknya. Sebelum meninggal, Hisana melahirkan seorang anak laki-laki. Lalu yang mengurusnya sekarang adalah Rukia."
Ichigo terdiam mencoba mencerna omongan ayahnya yang sok tahu. Sepertinya dia sadar kalau kesoktahuannya menurun dari sang ayah.
"Kau bercanda."
"Jika tak percaya tanyakan saja langsung."
"Ok! Besok aku langsung tanya!"
Ichigo berjalan ke arah dapur.
"Kau mau ngapain?" tanya Isshin.
"Cuci piring!"
-K-
"Keluar!"
-BLAM!-
Ichigo mematung di depan ruang kerja Rukia. Untuk kedua kalinya dia diusir oleh bawahannya sendiri. Kurang baik apa coba, seorang Direktur datang dengan ramah ingin melihat pekerjaan bawahannya dan peduli padanya. Namun yang ia dapat hanyalah teriakan dan makian. Bagaikan dirinya seorang pencuri. Menyedihkan.
"Rukia, ada yang mau aku bicarakan! Woi! Hei!"
-tok tok tok tok!-
-Syut-
Ia melihat selembar kertas melewati bawah pintu pas jatuh dekat kaki Ichigo. Ia langsung mengambil kertas tersebut dan membacanya.
'KETUK LAGI DAN AKU KETUK KEPALAMU DENGAN KANVAS! PERGI KERJAKAN KERJAANMU JERUK BUSUK!
Ps: jam 12 di kafetaria.'
Ichigo tersenyum, walaupun dia mengumpat dan mengancamnya tapi dia tetap meluangkan waktu untuk dirinya. Ya memang begitulah Rukia.
"Baiklah~ Aku tunggu!"
Ichigo memasukkan kertas tersebut ke dalam saku jasnya dan kembali ke ruang kerja. Ia tak sabar menunggu jam12 tiba.
-K-
Tepat pukul 12 siang, dimana jam makan siang dimulai. Sesuai dengan janji, Ichigo bergegas menuju kafetaria. Sesampainya di sana, ia melihat Rukia sedang duduk sambil meminum teh panas dan bento yang dia bawa sendiri.
"Bento mewah yang sama seperti dulu." Melihat tumpukan bento berwarna hitam dengan design koi berwarna ungu terang menghiasi.
"Sudahlah kepala jeruk jangan banyak omong, cepatlah aku sibuk nih."
"Hei aku juga sibuk!"
"Ckckck, makanya cepat."
"Apa yang cepat? Kau saja masih makan." Ujar Ichigo melihat Rukia masih melahap bento miliknya.
Karyawan yang lain menatap mereka berdua. Antara keduanya begitu mencolok atau bento Rukia yang luar biasa mewah.
'Dan saat aku ingin bertanya, lidahku kelu. Shit. Apa yang harus aku tanya dulu? "Apakah kau sudah berkeluarga?" Bagaimana kalau dia jawab iya. Lalu aku jawab apa? Selamat? Oh shit bukan. Apa aku tanya, "anak siapa itu?" Aku benar-benar tidak sopan jika seperti itu dan kedengaran ikut Ayah sudah memberitahukan siapa anak itu sih tapi tetap saja aku penasaran. Apa aku tanya saja, "kau sudah punya suami?" Hah.. Itu sama saja dengan pertanyaan awal. ARGH SIAL! Sudahlah!'
"Rukia, kau sudah punya anak ya?"
'Aku harap ada lubang di sebelahku. Ingin mati saja rasanya, shit.' ujar Ichigo dalam hati
Rukia menatap Ichigo serius dan menghentikan makannya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap angkuh Ichigo , "Ya, lalu kenapa?"
"Oh begitu, tidak. Aku hanya penasaran saja soalnya yang mengangkat telponku itu anak kecil. Jadi, kau sudah berkeluarga sekarang?"
Rukia menatapnya, "Jika aku jawab iya?"
Ichigo menyesal menanyakan hal itu pada Rukia. Memang benar, mencari tahu sesuatu kadang tidak membawakan hasil yang menyenangkan. Sial padahal ia berharap ucapan Isshin itu benar tapi ternyata salah! Runtuh sudah harapannya untuk.. Untuk apa? Tunggu.. Kenapa menyesal? Ada yang aneh dengan diriku..
Ia menatap Rukia dan menyadari sesuatu, "Tunggu, sepertinya ada yang aneh. Heh. Sudah ya Rukia."
"Hm? Ok. "
Ichigo berjalan meninggalkan Rukia. Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri.
Rukia menatap Ichigo, "Ckckck apa yang kau mau sih kepala jeruk? Tentu saja aku belum punya suami. Ah kau memang kepala jeruk,"
Rukia melanjutkan makannya dan menatap jam tangan, "Hm sudah jam segini, Ryuu sudah dijemput belum ya? Coba aku telpon deh."
-K-
Sebuah mobil melaju cepat menyusuri jalanan, Ichigo masih berkelut dengan pikirannya dengan pernyataan Rukia tadi. Ia baru saja menyadarinya! Selama ini dia menyukai Rukia. Oh bodohnya ketidakpekaan ini. Tapi kenapa bisa dia menyukai Rukia? Padahal ia menganggapnya sahabat baik saja. Heh apa ini yang namanya temen jadi demen?
Tak lama, mobilnya berhenti di Starlight Academy, sekolah elite dari TK-SMA dimana kedua adiknya bersekolah. Ia kemari untuk menjemput Yuzu yang tiba-tiba sakit.
Mobilnya memasuki kawasan sekolah, para penjaga sekolah sudah kenal dengan Ichigo karena Ichigo salah satu orang yang menanamkan sahamnya di sekolah ini. Sehingga dirinya sangat berpengaruh di sekolah ini. Ia keluar dari mobil dan keadaan sekolah sedang ramai jadi dirinya sangat menarik perhatian anak-anak, terutama anak perempuan. Ya bisa dikatakan Ichigo memiliki wajah tampan, badan tinggi dan bagus, serta tajir. Siapa yang tidak kepincut olehnya?
Karena khawatir Ichigo langsung menuju ruang UKS dimana Yuzu berada. Biasanya dia pasti menyapa kepala sekolah dulu tapi ini sangatlah urgent! Maaf kepsek, adikku lebih penting!
Akhirnya ia sampai. Ichigo membuka pintu ruang UKS dan menuju kasur dimana Yuzu terbaring.
"Yuzu!"
Karin menatap Ichigo yang sedari tadi duduk menemani Yuzu.
"Ichi-nii, maagnya kambuh!"
"Obatnya?"
"Habis.."
"Kenapa ga bilang?! Yasudah, aku bawa Yuzu ke rumah sakit. Karin kau lanjutkan-"
"Aku harus ikut!" seru Karin tak mau meninggalkan kembarannya tsb.
"Karin, kau harus tetap sekolah." Ujar Ichigo dengan mata serius lalu menggendong Yuzu.
Karin hanya bisa diam jika kakaknya sudah serius seperti itu. Namun bagaimanapun juga ia sangat khawatir dengan Yuzu. Ia harus selalu di sisi Yuzu dan melindunginya. Tapi untuk saat ini ia tak mau buat masalah dengan Ichigo. Lebih baik ia mengikuti perkataan kakaknya tersebut.
Ichigo keluar sambil menggendong Yuzu ala tuan putri, membuat anak-anak perempuan iri.
"Enaknya punya kakak yang ganteng dan bisa diandalkan!"
"Bukan hanya ganteng, dia juga seorang Direktur dan sayang keluarga. Buktinya dikala dirinya sibuk dia masih menyempatkan waktunya untuk menjemput Yuzu-chan."
"Iya.. keren ya.. dan aku dengar dia belum menikah, padahal banyak yang mengantri ini menjadi pendamping hidupnya. Aku berharap aku bisa bersamanya~"
"Sama!"
Semua gossip melayang di udara seketika membuat sekolah ramai akan kedatangan Ichigo. Bisa dikatakan orang tua anak-anak yang bersekolah di sini merupakan rekan bisnis Ichigo sehingga mereka tahu tentang Ichigo dan keluarganya.
Ichigo sampai di mobilnya dan langsung membaringkan Yuzu di jok belakang lalu menyelimutinya. Ia bergegas duduk di depan dan menyalakan mobil.
"Tunggu!"
Ichigo terhenti dan melihat seorang anak lelaki berambut hitam memberikan lucky charm berwarna merah padanya.
"Ini punyamu tadi jatuh," ujar anak lelaki itu sambil mengembalikannya pada Ichigo.
Ichigo tersenyum dan mengusap kepala anak lelaki tersebut, "Terima kasih ya, barang ini sangat berharga bagiku. Ah, Maaf aku harus buru-buru, adikku sedang sakit soalnya. Sampai jumpa."
"Iya sama-sama, semoga adikmu cepat sembuh ya." Ujarnya sambil tersenyum lebar dan berlari ke arah mobil jemputannya.
Ichigo melihatnya menaiki mobil limusin hitam dibantu sang butler dan maid, "Anak bangsawan yang baik hati."
Ia langsung menancapkan gasnya dan melaju dengan kencang.
-K-
"YUZU!" seru Isshin langsunng masuk ke dalam kamar rawat dimana Yuzu berada.
Yuzu menoleh sambil memakan buah-buahan, "Oh ayah!"
Isshin langsung memeluknya, "Syukurlah kau baik-baik saja! Aku sangat khawatir saat mendengar kau masuk rumah sakit! Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah masih sakit?"
"Aku sudah membaik Ayah hehehe, jangan khawatir.." ujar Yuzu dengan senyuman lembut terulas di bibirnya.
"Huhuhu tetap saja aku khawatir…"
Ichigo baru kembali dari wc dan melihat ayahnya sudah ada di situ, jangankan lihat dia sudah tahu karena mendengar terikan ayahnya tadi. Ya walaupun ini rumah sakit miliknya. Tapi tetap saja suaranya itu benar-benar mengganggu.
"Oh Ichigo, biar aku saja yang menjaga Yuzu. Kau balik lagi ke kantor sana."
Ichigo mendengar telponnya berbunyi, "Ya baik.". Ichigo memakai jasnya kembali dan menghampiri Yuzu, "Cepat sembuh ya."
"Arigatou nii-chan.." ujar Yuzu sambil tersenyum.
Ichigo tersenyum dan mengusap kepalanya, "Cepat sembuh ya, Oyaji aku balik dulu."
"Ya hati-hati."
Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Semua orang yang bekerja di rumah sakit langsung membungkuk untuk menghormatinya. Ichigo juga ikut membungkuk untuk membalas mereka, seketika matanya menangkap seorang gadis yang duduk di kursi roda sedang berusaha mengambil kalung yang ada di hadapannya.
"Ah!"
"Awas!"
-buk!-
Gadis itu membuka matanya perlahan dan melihat Ichigo menangkap dirinya sehingga ia tak jadi tersungkur ke lantai.
"Ma-maaf!" ujar gadis itu merasa bersalah dan berusaha berdiri namun apa daya ia tidak bisa.
Ichigo membantunya untuk kembali ke kursi roda lalu membersihkan pakaian gadis tersebut. Gadis itu tertegun melihat sikap Ichigo terhadap dirinya.
"Kenapa tidak minta bantuan yang lain?" tanya Ichigo menatapnya sambil menaikkan sebelah alis.
"Hm sebenarnya aku-"
"Nona Senna!" seru seorang perawat yang berlari menghampirinya. Ia kaget saat melihat Ichigo dan langsung membungkuk hormat.
"Kau yang menjaga gadis ini?"
"Iya tuan.." jawab suster tersebut sambil menunduk takut karena tatapan tajam Ichigo.
"Lain kali kau harus lebih cekatan, gadis ini hampir saja tersungkur karena barangnya jatuh."
"Astaga! Maafkan aku nona!"
"Itu bukan salahmu kok, lagipula aku sedang bosan jadi pergi diam-diam. Bisa dikatakan bahwa ini semua salahku."
"Nona… Tetap saja aku salah.. dan aku mohon jangan banyak bergerak dulu karena anda masih dalam masa pemulihan.."
Ichigo hanya diam menatap keduanya. Ia baru ingat harus cepat kembali ke kantor mengingat waktu terus berjalan, "Hm, aku duluan. Hati-hati lain kali." Ujarnya mengusap kepala Senna lalu pergi.
Senna tertegun dan melihat punggung Ichigo yang semakin menjauh.
'Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi dimana ya? Aku kok bisa lupa begini sih hm..' ujar Senna dalma hati.
"Nona, kita kembali ke kamar ya?"
Senna mengangguk. Sang suster mendorong kursi roda Senna menuju kamarnya.
"Suster, siapa lelaki itu? Kenapa kau menghormatinya?"
"Ah, dia Kurosaki Ichigo. Direktur dari Kurosaki Corp yang sekarang dan rumah sakit ini miliknya."
"Kurosaki Ichigo? Dia orang yang seperti apa?"
"Kudengar dia baik dan sayang keluarga. Dia baru saja mengantarkan adiknya yang sakit walaupun dirinya sangatkah sibuk."
"Oh begitu.."
Senna terus membayangkan wajah Ichigo. Ia tersenyum kecil mengingat kejadian tadi.
"Aku ingat.. hihihi."
"Ada apa Nona?"
"Ah tidak apa-apa."
-K-
Karena macet, Ichigo semakin telat. Untunglah rekan bisnisnya itu juga kena macet dan baru saja datang. Meeting yang dilakukan selama 2 jam tersebut berjalan dengan lancar dan membuat rekan bisnisnya puas. Kerja keras Ichigo dan karyawannya tak pernah mengecewakan.
"Aku sangat senang bekerja sama denganmu!" ujar lelaki berambut ungu menjabat tangan Ichigo.
"Aku juga Ryuuzaki-san."
"Setelah ini Aku harus ke rumah sakit."
"Apakah ada yang sakit?"
"Anakku satu-satunya dirawat, dia habis kecelakaan. Aku sampai menangis dan kembali ke Jepang, benar-benar mengkhawatirkan. Padahal aku sudah bilang padanya jangan ngebut-ngebut. Lalu aku dengar dari pelayan kepercayaanku bahwa dia sering pulang malam bahkan tidak pulang..Aku khawatir apalagi dia anak perempuan. Mungkin karena kurangnya perhatian dariku dan Ibunya yang telah lama meninggal.. Setelah kejadian ini menimpa, sekarang aku sadar keluarga sangat berarti bagiku karena apa yang aku kerjakan untuk kebahagian mereka.. Ehem! Aduh, maaf jadi curhat. Sudah ya nak Ichigo, semoga karirmu semakin sukses. Nanti kita makan malam, bersama anakku juga. Masih banyak yang ingin aku ceritakan padamu."
"Tidak apa-apa, paman. Mari saya antar." Ujar Ichigo berjalan mengantar Ryuuzaki bersama para pengawal dan sekertarisnya menuju mobil.
"Terima kasih ya, aku duluan."
Ichigo membungkuk hormat sampai mobil rekan bisnisnya itu menjauh dari kawasan kantor.
"Ryuuzaki-san punya anak perempuan? Hmm.. Sepertinya aku melupakan sesuatu yang penting." Guman Ichigo sambil menerawang jauh.
"Pak permisi, sekertaris baru anda sudah datang." Ujar seorang karyawan padanya.
"Sekertaris baru?"
"Sekertaris anda yang lama mengundurkan diri karena harus kembali ke rumah orang tuanya. Ibunya sakit, ini suratnya baru sampai tadi saat anda sedang pergi."
Ichigo langsung membuka surat itu dan membacanya sepanjang perjalanan. Berita ini sungguh mengejutkan dirinya karena ia mengundurkan diri secara mendadak tanpa memberitahukan dirinya terlebih dahulu. Masalahnya karena sekertaris ini sudah ada sejak Isshin menjadi Direktur .
"Oi jalan lihat-lihat."
Ichigo melihat Rukia berjalan melawan arahnya dan mereka hampir saja bertuburukan jika Rukia tidak menegurnya.
"Kau habis darimana?" tanya Rukia bingung karena tadi dia pergi begitu saja tanpa alas an yang jelas.
"Menjemput Yuzu yang sakit." Ujar Ichigo memasukkan surat itu ke dalam saku jasnya.
"Sakit apa?"
"Maagnya kambuh."
"Ah.. begitu. Semoga cepat sembuh untuk Yuzu." Ujar Rukia.
"Ya, arigatou. Kau ngapain berkeliaran di sini?"
"Tadi aku menjemput anakku dulu lalu mengantarkannya pulang."
"Oh begitu."
Keduanya berjalan menuju lift dan masuk ke dalam secara bersamaan. Keadaan hening seketika. Ichigo baru ingat kejadian memalukan bersama Rukia tadi dan ia ingin segera meninggalkan lift karena keawkward-an yang terjadi bersama Rukia.
-ting!-
Rukia keluar duluan dari lift dan langung menelpon seseorang,, "Ryuu, kau sudah pulang? Baguslah. Jangan lupa makan ya, kayaknya aku pulang larut. Jadi makan saja duluan bersama kakek buyut, ok? Anak pintar.."
Ichigo menatap Rukia hingga akhirnya lift tertutup dan menuju lantai paling atas dimana ruangannya berada. Ia juga harus cepat-cepat kembali karena ada sekertaris baru yang sedang menunggu dirinya.
Tak lama akhirnya ia sampai dan masuk ke dalam ruang kerja. Saat ia membuka pintu, ia melihat seorang gadis cantik bersurai coklat keorangean dengan kemeja pink pastel + rok putih span. Gadis itu duduk bersama seorang Kepala karyawan sekaligus teman satu kuliah dengan Ichigo. Mereka berdiri dan membungkuk hormat namun Ichigo terkejut melihat gadis itu.
"Inoue?"
"Oh kalian sudah saling kenal?" ujar kepala karyawan, Ise Nanao.
"Tentu saja, kita kan teman SMA." Ujar Ichigo.
"Sudah lama tidak bertemu, Kurosaki-kun."
Nanao menatap keduanya, "Aku harap kau memanggilnya, Pak Direktur. Orihime-chan.."
"Tidak usah formal gitu. Kau juga Nanao, kita kan teman satu kuliah lagipula." Ujar Ichigo.
"Kita sedang dalam lingkungan kerja, jadi harus mengikuti peraturan dan tata karma yang ada." Ujar Nanao dengan serius sambil membenarkan letak kaca matanya.
"Oh iya ya, tapi kalau aku panggil kau Nanao-chan boleh kan? Yaya?" pinta Inoue sambil menatap Nanao manja.
Nanao membetulkan kacamatanya kembali, "Tentu saja boleh. Ah ya, mulai hari ini dia yang akan membantumu Pak Direktur sebagai sekertaris pribadimu."
"Senang bekerja sama denganmu, Pak Direktur." Ujar Inoue mengulurkan tangannya.
Ichigo menjabat tangannya, "Ya senang bekerja sama denganmu. Aku harap kau tetap sabar membantuku nantinya."
"Tentu saja!"
"Aku harus kembali lagi ke ruanganku, sudah dulu ya." Ujar Nanao pergi dari ruangan Ichigo.
-blam-
Keadaan hening seketika. Inoue merasa canggung sudah lama tidak bertemu dengan teman satu SMA-nya tersebut.
"Ermm sekarang apa yang harus dikerjakan?" ujar Inoue menoleh ke kanan-kiri dengan canggungnya.
Ichigo mengambil 2 cangkir teh hangat dan memberikan satu untuk Inoue lalu duduk di sofa.
Ichigo menepuk-nepuk sebelah tempat duduknya pada Inoue,
"Duduk saja dulu, tidak usah formal begitu kita kan teman. Nah sekarang ayo kita mengobrol dulu, sudah lama juga kan kita tidak bertemu."
"Baiklah.."
Inoue merasa lega karena sikap terbuka Ichigo. Ia memutuskan duduk di sofa namun tidak di sebelahnyanya melainkan berhadapan dengan Ichigo.
"Yang aku dengar kau sedang hiatus dari dunia keartisan ya?" tanya Ichigo.
"Eh kok tahu sih? Padahal aku sudah lama tidak muncul di TV atau media apapun.. Dan jika ditanya hiatus apa tidak, jawabanku ya.. Aku lelah dan ingin memulai pekerjaan yang baru. Dan kebetulan kerabatku bilang aku bisa menggantikannya menjadi sekertaris di sini jadi aku ambil saja. Namun gaji yang aku dapatkan akan aku berikan pada kerabatku itu soalnya Ibunya sedang sakit dan butuh banyak biaya."
Ichigo ingat saat membaca surat dari sekertaris lamanya bahwa yang menggantikannya adalah keponakannya sendiri, "Pegang saja uangnya, dia sekertaris kepercayaan Ayahku dan yang membimbingku sampai sekarang. "
"Maksudmu?"
"Semuanya sudah kuatur," ujar Ichigo lalu meneguk tehnya.
Inoue menatapnya lalu menatap teh yang ia pegang dan tersenyum,
"Dari dulu sampai sekarang kau tetap baik ya.."
"Hm?"
"Ah tidak ada apa-apa! Aku hanya bergumam saja hehehe. "
-K-
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Ichigo meregangkan tubuhnya yang pegal karena dari tadi ia duduk terus sambil mengerjakan berkas-berkas yang tak kunjung habis. Untunglah pekerjaannya lumayan ringan semenjak Inoue datang. Ia melihat Inoue yang ketiduran di meja kerjanya. Pasti pekerjaan di hari pertama ini membuatnya lelah dan langsung tertidur lelap.
Ichigo melihat kembali jam di dinding. Lebih baik ia membangun Inoue.
"Inoue," ujar Ichigo membangunkannya dengan menggoyangkan bahunya secara perlahan.
Inoue membuka matanya perlahan dan langsung terbangun seketika,
"Astaga aku ketiduran! Maaf, dihari pertama dan aku ketiduran.." ujar Inoue dengan wajah memerah.
Ichigo yang asalnya terkejut sekarang malah tertawa, "Hahahaha! Santai saja Inoue! Aku mengerti kok.."
Inoue tertegun dengan wajah yang masih memerah, "Malunya.. Apakah pekerjaannya sudah selesai?"
"Sudah kok, lebih baik sekarang kita pulang."
"Ah ya." Ujar Inoue memberesi perlatan yang ada di atas meja lalu mengambil tasnya.
"Aku antar pulang soalnya sudah malam."
"Eh tidak usah! Kau pasti cape! Aku bisa pulang sendiri kok!"
"Segini belum ada apa-apanya. Ayo." Ujar Ichigo tersenyum dan mengambil kunci mobil.
Inoue pun hanya diam dan mengikuti Ichigo. Mereka bergegas menaiki lift namun Ichigo tidak langsung memencet tombol ke basement melainkan ke lantai dimana Rukia berada.
"Lho?"
"Sebentar, ada yang harus aku cek dulu."
"Ok."
Inoue mengikutinya dari belakang dan melihat lantai ini berbeda dengan lantai yang lain! Lantai serta dindingnya begitu indah dengan ukiran-ukiran yang cantik. Bahkan furniturenya pun unik dan elegan. Benar-benar artistik.
Mereka berjalan hingga sampai di suatu ruangan. Ichigo membuka pintu ruangan tersebut namun Rukia sudah tidak ada.
"Wah.. indahnya.." ujar Inoue kagum melihat hasil lukisan milik Rukia terpajang di ruangan tersebut.
"Sudah pulang sepertinya, ayo Inoue."
"Ok..!"
Ichigo mengunci ruangan tersebut, lalu mereka berjalan menuju lift.
"Oya, lantai ini sangat berbeda dari yang lain! Apakah ini khusus untuk para designer?"
"Benar, tapi yang bekerja di sini hanya satu orang lho."
"Eh serius?! Hebat…!"
Mereka masuk ke dalam lift dan memencet tombol basement dimana mobil Ichigo berada.
Inoue terus terbayangi siapa orang yang bekerja di sini dengan treatment khusus dari perusahaan terutama dari Ichigo. Pasti dia orang yang sangat penting! Sepertinya bekerja di sini merupakan pilihan yang pas untuk Inoue.
To Be Continue~
Chap 1 selesai! yokatta, akhirnya Velo bisa publish cerita ini *nafas lega*. Arigatou buat yang udah nyempetin waktunya buat baca dan jangan lupa reviewnya ya minna ^^! Sekali lagi arigatou gozaimasu *bow*.
Preview for the next chapter
'Ichigo selalu membolos pas pelajaran biologi!'
'Anakku.. adalah anak...'
'Rukia, aku mau bicara padamu!'
