Disclaimer : Naruto itu punyanya om Masashi Kishimoto
Warning : gaje, abal, Typo bertebaran disana sini, OOC, dll
Sebelumnya saya mau mengatakan cerita ini adalah cerita lama saya yang sudah tersimpan diarsip Fanfiction. Readers semua boleh cari, nama saya waktu itu 'Momo Haku' dan judul ceritanya masih sama seperti saat ini yaitu 'My Bad Boss' alasan saya melanjutkan cerita ini di akun baru ini karena sewaktu saya terakhir buka akun lama saya entah kenapa tidak bisa dibuka kembali, waktu itu kalau tidak salah saya masih kelas dua SMA. Saya sempat putus asa dan berniat untuk mendiscontinue cerita-cerita saya. Tapi kemudian dua tahun setelah lulus SMA saya kembali mencoba mencari cerita-cerita lama saya dan kembali membaca ulang cerita 'My Bad Boss' ini. Disaat itu ada rasa rindu dihati saya ingin melanjutkan cerita ini, apalagi ketika saya membaca komen dari readers-readers lain yang meminta saya untuk melanjutkan cerita 'My Bad Boss' kerinduan akan menulis semakin meninggi dan akhirnya disinilah saya kembali mencoba menulis sebuah chappy baru dengan harapan semoga lanjutan ceritanya masih semenarik dulu.
Saya sengaja mempost ulang dari chapter satu agar readers yang baru membaca cerita saya ini bisa mengikuti lagi dari awal.
ya sudahlah sekian penjelasan dari saya and let's enjoy the story y guys ^_- ~
.
.
Aku berjalan di sebuah taman yang di tumbuhi berbagai macam bunga. Di sebelah kananku terdapat berbagai macam bunga lili dan tulip, dan di sebelah kiriku terdapat berbagai macam bunga mawar dan dafodil. Ku hirup udara segar pagi hari itu yang bercampur dengan beraneka macam wangi bunga. Kulihat pemandangan danau dan pegunungan di sekelilingku, oh betapa indahnya ciptaan karya Tuhan ini.
Lalu tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah danau, yang kuperhatikan bukanlah danau yang biru dan asli itu tapi seseorang pria yang sedang duduk di pinggir danau. Rambut raven miliknya, tubuh proposionalnya, tangan-tangannya yang kekar dan sexy itu, pundaknya yang terlihat lebar dan nyaman. Dari belakang saja ia sudah tampak indah apalagi dari depan, aku menatapnya sambil tersenyum. Entah apa yang membuatku tersenyum memperhatikan dia.
Pundaknya sedikit bergetar, dan laki-laki itu menoleh kearahku. Aku langsung terpana melihatnya, matanya yang begitu kelam, hangat dan lagi-lagi errr— sexy, hidungnya yang mancung dan terlihat cocok sekali dengan wajahnya, bibirnya yang tidak bisa dibilang tipis ataupun tebal tapi yang jelas bibirnya sangat sexy dan menggoda untuk dicium. Kulitnya yang putih dan bersinar seperti matahari. Sungguh indah sekali pahatan karya Tuhan ini, kalau seandainya aku ini adalah sebuah bongkahan es mungkin sekarang aku sudah mencair karena melihatnya. Dia itu terlihat seperti — Malaikat. Ya malaikat tampan.
Ia berjalan kearahku, dan membuatku jadi salah tingkah. Aku terus mengerjapkan mataku karena gugup. Aku menunduk karena menahan malu, kurasakan pipiku memanas. Dan kurasa pipiku kini telah berubah menjadi merah. Ia semakin mendekat kearahku dan membuat jantungku rasanya ingin mencuat keluar, tinggal beberapa langkah saja. 1 langkah .. 2 langkah.. Dan sekarang ia ada di depanku, menatapku sambil tersenyum manis. Aku mendongak kearah wajahnya dan menatap mata onyx-nya dalam-dalam, dia masih tersenyum dan senyumnya benar-benar membuatku terhipnotis dan tak berkutik.
Wajahnya semakin dekat kearahku, aku memejamkan mataku agar tidak melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan .. Cup! . Ciuman hangat tapi singkat menerpa bibirku dan membuat wajahku semakin memanas. Aku menundukan wajahku, ia tersenyum melihatku lalu memegang daguku dan menarik wajahku agar menatap ke matanya lagi. Aku mengikuti saja, dan kutatap mata onyx itu lekat-lekat. Ia kembali memberikan ciuman hangat, tapi kali ini lebih lama. Ciumannya benar-benar membuatku terbuai, dan di tengah-tengah kenikmatanku akan ciuman itu ia melepaskan ciuman itu. Dia kembali tersenyum lembut kepadaku.
"Hey" panggilnya parau sambil mencubit hidungku gemas.
"Apa?" tanyaku sedikit malu-malu.
"Kau—" ia menggantungkan kalimatnya
"Kau—" ulangnya lagi dan lagi-lagi kalimatnya ia gantungkan.
Kau apa?, kau cantik? Kau mempesona? Kau membuatku tergila-gila?. Ayo malaikat tampan, lanjutkan perkataanmu itu
Aku menatapnya penuh harap.
"Kau ring ring ring ring"
Aku mengernyitkan dahiku, heran mendengar kata-katanya.
Ia terus mengucapkan kata ring ring berulang-ulang kali
"Kau itu manusia kan? Bukan sejenis alien atau apapun jenisnya itu, ya kan?" tanyaku masih mengernyitkan dahiku tapi kali ini di tambah dengan menaikkan sebelah alisku.
Ia tak menjawab pertanyaanku, dan terus menerus mengucapkan kata-kata 'ring ring' berulang-ulang. Namun lama kelamaan suaranya terdengar semakin nyaring, dan terdengar seperti bunyi jam weeker.
"Hey hey malaikat tampan kau itu bukan salah satu personil shinee yang menyanyikan lagu ring ding dong kan?" ujarku, pertanyaanku semakin ngaco karena rasa frustasiku` melihatnya seperti itu.
Dia tidak menghiraukanku dan terus menerus mengucapkan kata-kata yang tadi diucapkannya.
Aku menepuk-nepuk pipiku bergantian, frustasi.
Ya Tuhan jika ini memang mimpi, tolong bangunkan aku tapi jangan bawa laki-laki ini pergi bersama mimpi aneh ini. Biarkan laki-laki ini ikut aku terbangun dari tidurku dan berada di sebelahku saat ini.
Dan ternyata doa ku terkabul tapi tentunya laki-laki itu tidak ada di sini..
'Pik!' Aku membuka mataku, dan mengerjap-ngerjapnya tanpa henti. Kutatap langit-langit putih. Aku masih berada dirumah, lebih tepatnya dikamar. Dikamarku yang nyaman.
"Ternyata hanya mimpi ya," gumamku kecewa.
Ring ring ring Suara itu kembali berbunyi, namun kali ini bukan berasal dari mulut malaikat tampan di mimpiku tapi dari sebuah jam weeker dolphin berwarna hitam yang kupasang semalam untuk membangunkanku supaya tidak kesiangan.
Aku menatap jam weeker tak berdosa itu dengan tatapan sinis.
Semua itu gara-gara kau.
"Kau tahu? Gara-gara kau, mimpi indahku bersama malaikat tampanku tadi rusak. Dan itu adalah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan," ujarku sinis, aku menaruh jam weeker itu dibawah selimut biru sutra lalu memukul-mukulnya emosi.
"Rasakan pembalasanku ini jam weeker sialan!" ujarku emosi sambil terus memukuli jam weekerku, yah meskipun aku tahu jam weeker itu takkan merespon apapun atas perilaku ku karena itu benda mati. Tapi setidaknya dengan begitu emosiku bisa sedikit berkurang.
Setelah selesai melampiaskan emosiku, aku kembali mengambil jam weekerku dibawah selimut lalu melihat sekarang sudah menunujukan pukul jam berapa.
Hah ternyata masih jam tujuh pagi, aku masih punya waktu sebelum jam delapan. Ujarku dalam hati, aku kembali berbaring di ranjangku yang berukuran king size itu dan memejamkan mata, melanjutkan mimpi yang sempat tertunda.
Aku kembali membuka mataku dan menatap langit-langit kamarku
Aku kembali mengingat-ingat tentang mimpiku semalam, dahiku mengernyit heran.
"Siapa ya 'Malaikat tampan' dimimpiku itu?" Aku tersenyum manis mengingat mimpi semalam, pipiku merona. Dan 'deg-deg deg-deg' . jantungku berdetak kencang dan membuat pipiku semakin merona.
"Apa mungkin dia itu cinta sejatiku? "Dan apa mungkin mimpi itu adalah tanda bahwa cintaku akan datang? .
Seketika aku memekik kegirangan, lalu membalikkan posisi badanku dan membenamkan wajahku di bantal.
Ku harap itu bukan sekedar mimpi.
Aku memejamkan mataku, dan berharap aku dapat melanjutkan mimpi indahku itu.
.
Di lain tempat di waktu yang sama
Terdengar suara langkah kaki yang menggema di lorong perkantoran Uciha corp. Sepertinya itu adalah langkah kaki dua orang. Ya itu memang langkah kaki dari dua orang.
Orang pertama adalah laki-laki rambut hitam, yang berumur sekitar 50 tahunan. Laki-laki itu terlihat berwibawa dan tenang. Namun di sisi lain ia terlihat begitu tegas dan sedikit menakutkan. Dia adalah pemilik perusahaan Uchiha corp. dan dia bernama Fugaku Uchiha.
Orang kedua adalah laki-laki berambut putih melawan gravitasi, ia berumur sekitar 30 tahunan. Laki-laki itu terlihat begitu santai dan tidak pintar. Tapi sebenarnya laki-laki itu adalah sosok yang serius dan sangat pintar. Dia adalah tangan kanan Fugaku Uchiha. Dan dia bernama Hatake Kakashi.
Mereka terlihat menuju sebuah ruangan, ruangan Direktur. Tertulis di papan pintu ruangan tersebut. Cklek! . Pintu itu terbuka, dan seketika mata mereka membulat melihat pandangan yang tak pantas di depan mereka. Tidak, lebih tepatnya di meja direktur itu.
Terdapat sepasang kekasih yang sedang bercumbu mesra. Eh tunggu dulu sepertinya mereka tak seperti sepasang kekasih, tapi lebih tepatnya seorang bos dan sekertarisnya.
Hatake Kakashi hanya dapat memalingkan wajahnya sambil menghembus nafas sedikit kecewa dengan kelakuan pemilik Uchiha Corp itu.
Sedangkan Fugaku Uciha? Jangan ditanya, ia sekarang sedang menatap sinis pelaku utama laki-laki dihadapannya. Yaitu laki-laki berambut raven dan bermata Onyx, yang bernama Uchiha Sasuke. Putranya.
"SA-SU-KE!, apa yang kau lakukan ha?" tanyanya geram, wajahnya memerah. Bukan karena malu tapi karena amarah yang memuncak.
Laki-laki yang dipanggil Sasuke itupun seketika memberhentikan 'Aktivitasnya' dan mendongak kearah ayahnya. Matanya membulat sempurna, terlihat jelas dari wajahnya kalau ia sangat kaget akan kedatangan dua orang yang berada diambang pintu ruangannya itu.
Ia segera melepas seorang wanita berambut merah darah yang diketahi bernama Karin yang saat ini berada dalam pelukkannya. Mendorong wanita itu hingga wanita itu jatuh tersungkur.
Sasuke segera bangkit dan membenarkan setelan baju kerjanya yang kusut karena 'Aktivitasnya' tadi.
Dia menyuruh Karin keluar dari ruangannya dengan isyarat tangannya. Karinpun keluar.
Sasuke menyilangkan tangannya, sedikit menompangkan tubuhnya pada meja kerjanya dan menatap ke dua orang itu dengan ekspresi yang terbilang sangat datar.
"Hn. Ada urusan apa kalian kesini?"
"Pecat sekertarismu itu sekarang juga!" perintah ayahnya Tegas.
"Tidak."
"Ayah bilang pecat sekertarismu itu sekarang juga!, atau kau mau ayah yang memecatnya?"
"Aku bilang tidak. kenapa sih ayah selalu ikut campur urusanku? Aku sudah bukan lagi anak kecil, lagipula aku membutuhkannya." jawab Sasuke emosi tapi tertutupi oleh wajah datarnya.
"Tidak. keputusan ayah sudah bulat, sekertarismu akan ayah pecat. Dan cepat atau lambat ayah akan mengirimkanmu sekertaris baru, tak ada bantahan. Ayo Kakashi," ujarnya tegas, ia pun berlalu keluar diikuti Kakashi di belakangnya.
Blam! Pintu di tutup kencang. Sasuke memejamkan matanya dan menghela nafas.
"Cih! Mengganggu saja" ujarnya datar, ia pun menjatuhkan dirinya di kursi kerja yang empuk.
.
.
Kembali ke kediaman Hyuga.
"Nee-chan bangun, ini sudah pagi. Ayah, ibu dan Nii-san sedang menunggumu di bawah untuk sarapan bersama." Ujar adik kecilku Hanabi, di luar pintu kamarku. Suaranya yang khas dan cempreng membuatku terpaksa membuka kedua mataku.
Aku mengerang karena merasa tidurku cantikku(?) telah diganggu oleh Imouto ku.
"Sebentar lagi." jawabku sekenanya, aku kembali menutup mataku dan menutupi diriku dengan selimut biru sutra.
"Tidak ada kata sebentar nee-chan, ibu sudah marah-marah tuh di bawah. Ia bilang kalau nee-chan tidak bangun nee-chan takkan dapat sandwich daging kebab dengan tiga lapis keju, beberapa iris bawang bombay, dua iris tomat dan timun, saus mostard, dan saus sambal kesukaan nee-chan. Hm~ baunya sedap sekali, sepertinya aku akan bilang ke ibu kalau jatah sarapan nee-chan untukku saja," ledeknya lalu tertawa.
"Aku turun dulu ya Nee-chan, mau bilang ke ibu." Ledeknya lagi, sambil beranjak menjauh dari pintu kamarku itu.
Akupun segera bangkit dari tempat tidurku.
"HANABI! Jangan harap kau bisa mendapatkan jatah sarapanku ya! awas kuhabisi kau!" aku segera berlari kecil menuju pintu kamarku, membukanya dan bersiap mengejarnya.
Hanabi pun segera berlari menuruni tangga menjauh dariku sedangkan aku berada di belakangnya berusaha menangkapnya.
Terjadilah sesi kejar-kejaran antara aku dan Hanabi, kami tertawa bersama-sama sampai akhirnya..
'Hup!' aku berhasil menangkapnya kedalam pelukkanku. "Kena kau!" ujarku sambil terengah-engah, aku mengatur nafasku. Ia pun sama nasibnya denganku, sedang mengatur nafas karena kelelahan.
Kamipun jatuh terduduk, dan ia berada dipangkuanku. "Rasakan pembalasanku!" ujarku sambil terus menerus mencubiti pipinya yang Cubby. Ia mengerang kesakitan sambil memberontak dalam pelukanku.
"Lepaskan aku nee-chan, sakit tahu!" omelnya. Aku hanya menanggapinya dengan tertawa renyah, sedangkan dia hanya membalasku dengan mengerucutkan bibirnya sehingga terlihat begitu menggemaskan.
Aksi jahilku terhenti karena suara Neji, kakakku yang berkata. "Hei! Hentikan tingkah kekanak-kanakkan kalian, lebih baik kalian membantu ibu di dapur membawa sarapan ke ruang makan."
Kamipun hanya mengangguk dan segera beranjak pergi menuju dapur. Membantu ibu.
.
Selesai makan akupun berpamitan untuk pergi jalan-jalan, menghirup udara pagi yang sangat segar. Biasanya disaat seperti ini Hanabi pasti bilang ingin ikut denganku, tapi kali ini tidak karena katanya ia mempunyai tugas yang sangat banyak. Maklum lah dia kan sudah kelas 3 SMA pasti sangat sibuk. Berbeda denganku yang baru lulus kuliah, nganggur. Gak ada kerjaan.
Aku mengeluarkan I-phone putih milikku, menyambungkan headset ke ponselku dan memasangkan headset ketelingaku. Aku sedang mendengar lagu Sistar – loving usambil menikmati pemandangan pagi di daerah perumahaanku. Lebih tepatnya di taman.
Duar! Aku mendengar suara tembakan dari tempat tak jauh dari taman ini, akupun segera berlari menghampiri tempat suara itu terdengar. Dan mendapati dua orang laki-laki berbadan besar dan mengenakan jaket hitam sedang menodongkan senjata api kearah seorang laki-laki berambut hitam yang terlihat sudah berumur 50-tahunan, dan Oh tidak! ada seorang korban yang jatuh tergeletak di samping laki-laki berambut hitam itu. Apakah dia tertembak?.
"Apa yang kau lakukan padanya?!" teriakku pada kedua laki-laki berjaket hitam dan misterius itu.
Mereka berdua ah tidak— lebih tepatnya mereka bertiga termasuk laki-laki berambut hitam itu menengok kearahku. Menatapku dengan ekspresi kaget.
Laki-laki berjaket hitam dan memilikki rambut kuning panjang yang dikuncir menyeringai kearahku. "Menurutmu apa?"tanyanya sambil memiringkan kepalanya. ia sedang tertawa meledek sekarang.
"Kalian telah membunuh laki-laki tak berdosa dan sekarang kalian ingin membunuh paman itu juga?" tanyaku tak percaya, aku menunjuk kearah paman berambut hitam itu.
"Tentu saja," ujar laki-laki berjaket hitam kali ini dia memiliki rambut merah.
"Kalian gila!"
"Kalau tidak gila bukan kami namanya nona," ujar si rambut kuning
"Tch! Kalau kalian mau membunuh paman itu, kalian harus melawan aku dulu. Ayo maju!" tantangku kepada mereka.
Si rambut merah mulai mendekat kearahku. "Kau ingin menantang kami ya? kau berani kepada kami ha?!" ujarnya suaranya mulai meninggi.
Aku tak menjawab pertanyaannya. Aku sudah memasang kuda-kudaku, siap menyerang mereka kapanpun. Jujur aku sama sekali tak takut kepada mereka, yang aku takuti adalah kalau paman berambut hitam itu terbunuh. Aku tahu dua laki-laki itu yang membunuh, jadi merekalah yang salah. Tapi bila aku melihat paman itu sedang kesulitan dan aku tak membantu malah membiarkan paman itu mati, itu sama saja aku jauh lebih bersalah di banding kedua laki-laki itu.
"Dia ingin menantang kita rupanya, ayo Deidara lebih baik kita habisi perempuan pengganggu ini lalu setelah itu kita membunuh si Fugaku itu." Ujar sirambut merah.
"Baiklah, ayo Sasori." Ujar si rambut kuning yang tadi dipanggil Deidara itu.
Mereka pun mulai menyerangku dan aku mulai mengelak dan gantian menghajar mereka habis-habisan.
Kupatahkan hidung dan tangan mereka, lalu kuberikan pukulan maut di rahang rambut kuning merah memukul pipiku dan membuat ujung bibirku mengeluarkan darah yang segar. Tapi serangan nya buru-buru ku balas dengan tendangan maut ke wajah laki-laki berambut kuning itu. Si rambut kuning pun bangkit dan mencoba menusukku dengan belati pisau tapi buru-buru kutangkis dengan tubuh laki-laki berambut merah yang saat ini lehernya sedang kujepit dengan lenganku, dan serangan itu mengenai perut laki-laki berambut merah. Si laki-laki berambut merahpun mengerang kesakitan dan jatuh tersungkur.
Sedangkan yang rambut kuning mulai limbung karena ia merasa kaget telah membunuh temannya sendiri, dan kesempatan itu tidak kubuang sia-sia. Aku menyerang lehernya dengan sikutku sehingga membuat laki-laki itu jatuh pingsan. Aku mengusap kasar darah yang mengalir diujung bibirku. Setelah itu aku segera menghubungi polisi untuk meringkus mereka.
.
.
Setelah polisi datang, mereka meminta keteranganku mengenai kejadian tadi. Akhirnya mereka pun membawa kedua tersangka itu lalu berpamitan pergi.
Aku menghampiri paman yang sedang diobati oleh tim medis karena ternyata, tadi paman mendapat sebuah luka tusukkan di lengan kanannya.
"Apa luka paman parah?" tanyaku khawatir. Paman itu tersenyum lalu menggeleng pelan.
"Syukurlah, maaf paman tadi aku telat menolong paman," ujarku sambil membungkuk meminta maaf.
"Tak perlu minta maaf, kau tidak telat. Justru kau datang tepat waktu, terimakasih ya karena sudah menolongku," ujarnya tersenyum manis.
Aku mengangguk. "Iya sama-sama paman."
"Hn. Siapa namamu?"
"Hyuuga Hinata, kalau nama paman?"
"Fugaku Uchiha."
"Oh begitu, kalau begitu senang berkenalan dengan anda paman Uchiha-san,"
"Tak perlu formal, cukup Fugaku saja. Kalau begitu cepatlah kau pergi, sebentar lagi pengacaraku akan datang. Kau tak perlu mengurus hal ini, biar pengacaraku saja yang mengurusnya."
"Baiklah paman, aku pergi dulu ya. selamat berakhir pekan dan cepat sembuh ya paman,"ujarku sambil beranjak pergi, aku melambai-lambaikan tanganku dan paman hanya membalasnya dengan senyuman manisnya.
Setelah kepergianku, Fugaku terlihat sedang memencet sebuah nomor dan menghubungi seseorang.
"Hn. Ini aku, tolong kau cari data tentang Hyuuga Hinata secepatnya," ujarnya, lalu diam mendengar jawaban dari sebrang sana.
"Tak perlu banyak tanya, pokoknya cepat cari! Ku beri kalian waktu dua hari untuk mencarinya!" ujarnya sambil menutup sambungan ponselnya.
Ia pun memasukkan ponsel Apple miliknya kesaku jas kerjanya. Lalu tersenyum penuh arti.
.
Normal POV
Dua hari setelah kejadian itu
"Bagaimana? Sudah dapat datanya?" ujar si pria berambut hitam yang sedang duduk bersandar disinggah sananya. Lebih tepatnya di ruangan direktur yang berada di perusahaan Fugami Corp.
"Sudah tuan, dan ini data-datanya," ujar Kakashi yang merupakan tangan kanan Fugaku, sambil menyodorkan sebuah map bewarna merah.
Fugaku pun mulai membacanya secara seksama.
.
Nama : Hyuuga Hinata
Umur : 22 tahun
Kuliah di Konoha University dan sudah lulus dengan gelar dua sarjana. Sarjana dibidang kedokteran dan sarjana dibidang bisnis. Dan dua-duanya lulus dengan nilai cum laude.
Merupakan ahli kempo dan karate dengan gelar ban hitam/senpai. Selain itu memiliki keahlian dalam bidang musik seperti harpa, piano, biola, saxophone, dan clarinet dan telah sering menjuarai perlombaan tingkat dunia dalam bidang itu.
Merupakan anak ke-2 dari keluarga klan Hyuuga, dan merupakan penerus perusahaan Hyuuga-corp.
.
"Ahli kempo dan karate ya? pantas pandai sekali ia ketika bertarung waktu itu," ujar Fugaku, ia terlihat mulai tertarik.
"Kakashi-san," panggilnya, orang yang dipanggilpun menengok kearah Fugaku.
"Iya Fugaku-sama?"
"Tolong kau cari tahu nomor gadis yang bernama Hinata itu, setelah itu kau hubungi dia dan suruh ia datang dan bekerja di perusahaan Uchiha Corp . Aku ingin menjadikan ia sebagai sekertaris Sasuke."
"Maaf jika saya lancang. tapi apa tuan tak mencemaskan Sasuke? Saya takut Sasuke akan melakukan hal yang sama yang ia lakukan dengan sekertarisnya yang lama pada Hinata."
"Kau tak perlu khawatir Kakashi, aku yakin gadis ini dapat mengatasi hal itu dengan baik. Karena kurasa ia memiliki ilmu bela diri yang sangat baik," ujarnya sambil menyeringai.
"Jadi maksud anda, anda memperbolehkan gadis itu memukul anak anda jika anak anda melakukan hal yang tak pantas yang sering disebut pelecehan itu?"
Fugaku mengangguk. "Sekali-kali Sasuke perlu diberi pelajaran, lagipula itulah yang terbaik untuk Sasuke saat ini"
Kakashi menghela nafas. Sungguh kejam sekali tuannya itu . begitulah yang ada dipikrannya, tapi mau bagaimana lagi. Mau tidak mau harus ia akui, keputusan tuannya ini memang benar. Sasuke-sama sekali-kali perlu di beri pelajaran agar tidak mengulangi perbuatannya.
"Baiklah akan saya lakukan permintaan Tuan, kalau begitu saya mohon undur diri dulu Fugaku-sama. Masih ada sebuah pekerjaan yang harus saya selesaikan," ujarnya sambil membungkuk memberi hormat.
"Hn. Pergilah." Hanya itu jawaban dari Fugaku. Kakashipun pergi meninggalkan ruangan itu.
Dan tinggalah Fugaku sendirian diruangan itu. Ia menopang dagunya dengan tangannya lalu tersenyum penuh arti. Sepertinya ada sebuah rencana tersembunyi di balik ini semua.
—TBC—
.
.
Nah sudah selesai Chappy pertamanya y, author tunggu Review dari readers semua ya and please NO FLAME cukup kritikan yang membangun saja. Karena author belum kuat menerima FLAME yang begitu menusuk hehe. Okedeh I hope you like my story, see you in next chapter ^_~
