Scorpion King

.
.

Tsubasa Chronicle © CLAMP saya cuma fans berat KuroFai yang pengen menikahkan mereka.

.
.

Warning :: yaoi, humu, alur maju mundur, gaje, abal, OOC parah, diksi amburadul, dan kawan-kawannya.

.

Fic tema kerajaan pertama saiaa... nyoba ngambil setting arabian dan padang pasir. Gomen klo jelek. Happy reading, enjoy ~

.
.

Di jazirah Benua Selatan yang sebagian besar wilayah gurun, tersebutlah sebuah kerajaan bernama Ascardum. Sebagai Negeri yang di kelilingi gurun, Ascardum termasuk kerajaan yang sangat subur karena memiliki tiga sumber mata air yang besar. Selain itu kerajaan ini memiliki tata kota yang teratur sebagai warisan dari raja-raja terdahulu, serta bala tentara yang kuat. Kerajaan ini dibentengi oleh tembok-tembok tinggi dengan dua gerbang disisi timur dan barat, yang selalu dijaga ketat selama 24 jam oleh prajurit kerajaan.

Negeri ini ditumbuhi berbagai pepohonan hijau, beragam sayur-mayur, kurma, akasia, palem, zaitun dan jenis buah-buahan gurun lainnya. Didalam ibu kotanya terdapat sebuah istana besar sebagai pusat pemerintahan, Istana Ascardum yang berdiri megah dengan pilar-pilar menjulang dan kubah-kubah besar berlapis emas. Salah satu sumber mata airnya terdapat di dalam istana itu yang merupakan mata air utama yang paling besar. Sementara dua mata air lainnya berada di daerah permukiman penduduk dan dijadikan sumber kehidupan oleh penghuni negeri itu.

Ditengah kesuburan tanah dan sumber air yang melimpah ternyata tidak diimbangi dengan kesejahteraan penduduknya, meski negeri itu subur namun penduduknya hidup dalam penderitaan. Karena negeri itu dipimpin oleh seorang raja yang lalim dan kejam. Seorang raja yang memungut pajak yang sangat tinggi serta tidak segan merampas harta rakyatnya sendiri. Sebagian besar pajak hanya untuk memperkaya diri sendiri dan tidak digunakan untuk membangun negara. Raja yang begitu tamak dan rakus. Raja Ashura Ou.

Konon Raja Ashura berhasil menduduki tahta bukan karena dia keturunan raja, tapi karena sebuah aturan yang tertanam di Ascardum dimana siapapun yang berhasil membunuh raja maka tahtanya akan berpindah pada pembunuhnya, siapapun dia. Rumor yang beredar mengatakan Raja Ashura dulunya adalah seorang kepala perompak yang ingin merampas harta raja terdahulu dan berhasil membunuhnya, hal itu membuatnya otomatis menduduki tahta dan menguasai Negeri Ascardum. Sejak pertama duduk dalam tahta tertinggi 3 tahun yang lalu, dia mengganti seluruh perangkat negara dan memasukkan para perompak yang menjadi anteknya untuk menduduki berbagai jabatan dalam pemerintahan. Dia memerintah dengan kelaliman dan kekejaman. Memungut pajak yang sangat tinggi serta tidak segan-segan membunuh dan merampas harta rakyat yang tidak sanggup membayar pajak. Ketamakannya tidak berhenti sampai disitu, setelah berhasil menduduki tahta tertinggi di Negeri Ascardum dia masih melakukan banyak invansi militer ke negeri lain untuk memperluas daerah kekuasaannya. Dengan cara-cara yang kejam dan kotor.

Bukan sekali atau dua kali rakyat melakukan kudeta karena sudah tidak tahan dengan penderitaan dan kekejaman Raja Ashura. Berkali-kali rakyat melakukan perlawanan dan berusaha menggulingkan kekuasaan Sang raja, namun selalu gagal. Negeri ini juga sering menfapat invansi dari negeri lain, invansi besar-besaran sering dilakukan untuk meruntuhkan kerajaan ini, tapi sia-sia saja. Konon kegagalan demi kegagalan ini bukan hanya di kerenakan Sang Raja memiliki bala tentara yang kuat tetapi karena Sang Raja memiliki penasehat spiritual seorang penyihir yang sangat kuat, Fai D Fluorite.

Santer terdengar dikalangan masyarakat Ascardum dan negeri-negeri sekitarnya. Sang Penyihir yang sering menjadi buah bibir ini memiliki kekuatan untuk melihat masa depan dan memprediksi segala hal yang akan terjadi melalui penglihatannya. Ramalannya selalu tepat dan tidak pernah meleset. Raja Ashura mendapatkan Sang Penyihir saat masih menjadi perompak melalui penculikan dan penyanderaan sebuah kapal dari kerajaan seberang.

Melalui Sang Penyihir pulalah Raja Ashura mampu menduduki tahta Ascardum dan menaklukan daerah-daerah di sekitarnya. Memiliki Sang Penyihir menjadikan Raja Ashura sulit dikalahkan, karena setiap invansi dan kudeta yang akan terjadi berhasil di antisipasi melalui penglihatan Sang Penyihir. Intinya, Sang penyihir adalah kunci kekuatan sebenarnya dari Raja Ashura Ou. Hal ini membuat Sang Penyihir sering menjadi target pembunuhan selain dari Sang Raja sendiri.

.
.

- - - o0o - - - o0o - - - o0o - - - o0o - - -

.
.

Siang yang begitu terik, sinar matahari terasa begitu menyengat kulit, angin gurun tidak menebarkan kesejukan justru menebarkan debu dan angin yang panas, mengantarkan hawa menyengat yang tak kasat mata, namun tak menghalangi kegiatan perdagangan di sebuah pasar.

Seorang lelaki bersurai gagak tengah meminum rum nya di sebuah kedai di temani dua orang lainnya. Seorang remaja tanggung dan seorang pemuda tampan. Mata crimsonnya yang tajam beberapa kali melirik ke arah gerbang pasar.

"Apa kau yakin Si Gendut itu akan lewat sini? Sudah siang tapi tanda-tanda kedatangannya belum nampak," tanya seorang lelaki yang memiliki paras tampan. Iris sewarna ambernya mengikuti pandangan Sang Crimson ke arah gerbang.

"Menurut informasi memang begitu, dia ingin menjualnya kepada Sang Raja hari ini. Rumornya, barang itu salah syarat untuk ritualnya bersama Sang Penyihir." Lelaki Crimson bernama Kurogane kembali menyesap rumnya.

"Sabar sebentar, Fuuma-san. Mungkin sebentar lagi orang itu datang. Sambil menunggu sebaiknya kita makan siang dulu." Seorang remaja tanggung datang membawa senampan makanan, sepiring besar daging unta dan roti gandum serta salad buah-buahan.

Fuuma tersenyum. "Kau memang pengertian, Syaoran." Fuuma meraih sepotong besar daging unta yang langsung dimakannya dengan lahap.

Ketiga orang ini adalah Kurogane, Syaoran, dan Fuuma. Kurogane adalah pemimpin mereka, paling tua diantara kedua anggota lainnya, usianya sekitar 27 tahun. Bertubuh tinggi kekar, dengan kulit kecoklatan, iris crimson yang tajam, serta bersurai jet black. Syaoran remaja tanggung anggota termuda kawanan itu, umurnya masih 18 tahun. Pemuda bersurai dark ginger, beriris hazel, berperawakan kecil. Sedangkan Fuuma masih ada hubungan saudara dengan Kurogane, tepatnya sepupu Kurogane. Umurnya tak lebih dari 23 tahun. Pemuda tampan bertubuh tinggi dengan warna iris amber, dan bersurai ebony. Mereka adalah kawanan pencuri dari Negeri Durb, negeri tetangga dari Ascardum. Tiga sekawan ini meski berasal dari Negeri Durb namun mereka tidak lagi menetap disana. Hidup menjadi sekawanan pencuri mengharuskan mereka selalu berpindah tempat untuk menghindari kejaran prajurit atau polisi kerajaan.

Kali ini, tujuan mereka datang ke Ascardum untuk menjual barang hasil curian mereka pada seorang penadah di pasar Ascardum ini. Barang curian dari rombongan arkeolog di Negeri Shams, sebuah benda antik kalau tidak mau dibilang kuno, sebuah lempengan berukir mirip prasasti. Benda yang aneh dan tidak berguna, menurut mereka. Kalau saja benda itu terbuat dari perak, perunggu atau malah emas mungkin mereka bisa menjualnya. Tapi ini hanyalah lempengan batu berukir yang entah apa kegunaannya. Banyak yang bilang bahwa itu benda yang sangat penting, benda bertuah untuk syarat ritual, dan banyak yang mencari barang itu. Buktinya Sang Raja sendiri juga mencarinya dan ingin membelinya dengan harga yang mahal.

"Daripada menjualnya pada Si Gendut itu, kenapa kita tidak langsung menjualnya pada Raja Ashura? Bukankah kita bisa meminta harga yang sangat tinggi? Lebih tinggi dari penadah." Fuuma berbicara dengan mulut yang masih dipenuhi roti.

Kurogane berhenti mengunyah dagingnya. "Kadang otakmu pintar juga, Fuuma." Mengambil gelas rumnya dan menyesap isinya, "setelah makan kita langsung ke istana."

.
.

~ o0o ~ o0o FayRin D Fluorite o0o ~ o0o ~

.
.

Dua pedang yang disilang menghalangi jalan mereka saat tiba di gerbang Istana Ascardum. Dua penjaga gerbang berbadan kekar menghadang mereka diluar gerbang.

"Berani sekali tikus hina semacam kalian datang kemari. Apa kalian tidak tau ini dimana?" Salah satu prajurit berbadan kekar memandang rendah pada Kurogane.

"Kami tau ini Istana Ascardum. Kami kemari ingin menawarkan sesuatu yang menarik pada Raja Ashura. Biarkan kami masuk dan bertemu dengan Raja." Kurogane menatap sengit kedua penjaga gerbang itu.

"Kalian tidak pantas bertemu Sang Raja yang agung. Kalian hanya sekawanan tikus parit yang akan mengotori istana dengan bau busuk kalian." Salah satu prajurit menyeringai menatap pakaian Kurogane, celana gembung ala aladin yang kusam, dibagian pinggang terlilit kain merah sebagai pengikat, khuf* kulit yang usang, rompi hitam yang tidak dikancingkan menunjukan otot-otot perutnya yang berbuku enam, ghurtah* merah yang menutup kepalanya, menyembunyikan rambut jabriknya yang sewarna arang, Kulit coklat terbakar sinar matahari yang saat ini tengah berkeringat. Sangat kumuh dan jelata. Tidak pantas mereka menemui Sang Raja dengan keadaan kumuh dan kotor seperti itu.

"Apa yang kau lihat, keparat?! Kami mungkin cuma tikus tapi kami membawa apa yang Raja cari." Kurogane mengangkat prasasti itu didepan dada hingga penjaga bisa melihatnya. Raut terkejut nampak pada wajah para penjaga. Mereka tau benda apa itu. "Buka pintunya dan biarkan kami lewat! atau kalian akan dipenggal Raja karena mengahalangi tujuannya."

Kedua penjaga itu saling memandang lalu membuka gerbangnya, mengizinkan mereka masuk. Tapi mereka belum sepenuhnya percaya dengan menyuruh seorang prajurit mengawal mereka masuk ke dalam istana.

.
.

- - - o0o - - - o0o - - - o0o - - - o0o - - -

.
.

Fuuma dan Syaoran tak berhenti berdecak saat memasuki istana Ascardum yang megah. Iris emasnya menatap kagum pada arsitektur bangunan ini. Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke segala arah, memperhatikan pemandangan yang tersaji didepannya. Matanya berkilat berkali-kali saat melihat barang-barang didalam istana itu. Berbagai emas, zircon, giok, dan permata menghias dinding-dindingnya membentuk ukiran atau bunga dan tanaman bersulur, mozaik kristal berwarna-warni menghias setiap pintu dan jendelanya disini kanan kiri koridor, puluhan patung emas dan perak serta hiasan dari perunggu, lantai marmer putih yang nampak berkilau diterpa sinar matahari, kubah-kubah besar dan tinggi menjulang dilangit-langit, yang dihias oleh lampu-lampu kristal menggantung, serta air mancur dan kolam besar di tengah-tengah Istana.

'Sughooi! Lihat hiasan-hiasan itu, kalau aku berhasil membawa salah satunya aku pasti bisa menjualnya dengan harga tinggi.' Fuuma menatap tak berkedip pada patung emas penari wanita yang bertabur permata yang dipajang di koridor istana. Insting pencurinya tak dapat dielak, tangannya terasa gatal untuk mencuri salah satu pajangan.

Mereka terus berjalan hingga tiba di aula istana yang megah, dimana singgasana milik Raja berada. Diatas sana, sebuah singgasana dari batu pualam putih yang dihiasi mozaik kristal warna-warni, duduklah sesosok pria bersurai hitam panjang, perawakan tinggi dengan kulit putih, mengenakan jubah hitam panjang yang dihiasi zircon lavender di bagian dada dan di setiap ujung kain jubahnya. Mengenakan sebuah mahkota bertahta Amethyst dan mathapatti* dengan batu permata besar menghias keningnya. Tak salah lagi, dialah Raja Ashura. Pria dengan kisaran umur 30-an itu duduk dengan angkuh diatas singgasana megahnya. Dikelilingi dayang-dayang yang mengipasinya dengan dua kipas besar berwarna emas disisi kiri dan kanannya.

Prajurit yang mengantar Kurogane mendekati singgasana lalu membungkuk hormat. "Salam Wahai Rajaku, mereka memaksa ingin menemui anda bermaksud menawarkan sesuatu yang berharga."

Raja Ashura menatap tanpa minat pada ketiga sekawan lalu mengibaskan tangan meminta para dayang untuk pergi. "Jadi, apa yang ingin kalian tawarkan padaku, jelata? Sampai kalian berani menemuiku secara langsung?" tanya Sang Raja.

Dengan sedikit bungkukan hormat Kurogane maju kedepan singgasana itu, dibawah tangga menuju tahta sang Raja Kurogane mengeluarkan prasastinya. "Saya membawa sesuatu. Saya dengar anda mencari benda ini."

Iris Sang Raja berkilat menunjukkan ketertarikan pada benda yang ada di tangan Kurogane. "Pelayan! Panggil Fai kemari."

Sang Raja mengalihkan pandangannya pada Kurogane. "Aku memang sudah lama mencari benda itu, dan sekarang kau datang menawarkannya padaku. Aku tidak tau kau mendapatkan benda itu dari mana, tapi aku tau pasti kau menginginkan harga tinggi untuk benda itu, bukan?"

Seringai tidak bisa disembunyikan dari bibir Kurogane sepertinya dia akan kaya mendadak hari ini. "Saya senang anda bisa paham, Yang Mulia."

"Tapi, aku tidak bisa langsung mempercayaimu sebelum Penyihirku mengecek keaslian benda di tanganmu itu, dan aku tidak akan mengampunimu jika benda itu ternyata palsu. Fai, periksa benda itu." Sang Raja menitahkan sesorang yang baru datang bersama seorang pelayan.

Orang itu tersenyum dan mengangguk hormat pada Sang Raja lalu berjalan menuruni singgasana.

Kurogane tidak pernah melihat orang seperti dia, orang itu ... membuat Kurogane terpana. Seseorang dengan rambut emas yang menjuntai menutupi tengkuk jatuh terurai dengan lembut, kulit putih pucatnya yang berkilau dibalut oleh kain sutra biru yang halus, tubuh ramping dengan siluet tajam, bagian atas tubuhnya yang hanya mengenakan raveeka* menampakkan kulit perutnya yang begitu putih mulus tak tertutupi helaian kain, pinggul rampingnya yang dilingkari sehelai selendang putih bergerak-gerak menggoda saat dia berjalan, sepasang kaki indah yang memakai harem pants* melangkah ringan dengan langkah yang anggun, tapi diantara semua itu keindahan matanya yang paling menawan, mata sebiru langit tanpa awan, sedalam samudera tanpa riak, berkilau bagai batu shappire, bahkan keindahan matanya mengalahkan mathapatti yang menghiasi keningnya. Sungguh makhluk yang sangat anggun, meski dia bergender laki-laki.

Kurogane tak dapat mengalihkan pandangannya dari Sang Penyihir bahkan saat makhluk indah itu berjalan mendekat kearahnya, Kurogane hanya bisa terpana, tangan kanannya yang memegang prasasti terhenti di udara. Kurogane mengerjap ketika sebuah suara menyeretnya ke alam sadar.

"Tuan, biarkan aku memeriksanya." Makhluk indah itu mengulurkan tangannya yang berhias bangle* meminta prasasti di tangan Kurogane dengan seulas senyum manis yang lagi-lagi membuat Kurogane tak berkedip.

"Hn," Kurogane tak tau harus menjawab apa ditengah keterpanaannya pada Si Pirang. Dia menyerahkan prasastinya dengan mata yang masih tak bisa lepas memandangi Si Penyihir.

Sang Penyihir kembali tersenyum, lalu mulai memeriksa prasasti itu. Tangan lentiknya meraba prasasti itu lalu memejamkan kedua shappire indahnya. Tiba-tiba seberkas cahaya biru keluar dari prasasti itu, menerbangkan tulisan-tulisan berupa simbol-simbol yang memenuhi udara. Kurogane, Fuuma dan Syaoran terperangah melihatnya. Apa itu? Apakah ini sihir? Belum pernah mereka melihat hal seperti ini sebelumnya.

Kilat cahaya biru dan huruf-huruf itu menghilang, saat Sang penyihir membuka matanya, senyum kembali menghias wajah manisnya. "Hamba telah memeriksanya dan kesimpulannya ini asli, Yang mulia. Benda ini mengeluarkan energi spiritual yang kuat. Ini memang benar-benar Prasasti Zammuth yang asli."

Sang Raja tersenyum puas diatas singgasananya. Kurogane masih menatap tak percaya pada prasasti di tangan Sang Penyihir. "Prasasti Zammuth?"

"Benar, tuan. Nama benda ini adalah Prasasti Zammuth. Salah satu benda spiritual yang kuat." Tanpa lelah Si penyihir kembali tersenyum mengembalikan benda itu ke tangan Kurogane.

Kurogane menyeringai. "Berarti kami akan mendapat harga yang mahal atas usaha kami ini, bukan begitu Yang Mulia?" Iris crimsonnya menatap Sang Raja diatas singgasananya.

Sang Raja mendecih. "Baiklah, karena benda itu asli akan kuberikan sebuntal koin emas untuk kalian untuk ditukar dengan benda itu."

Fuuma mengerling pada Kurogane mengisyaratkan keberatan. Dan Kurogane mengerti isyarat itu. "Maaf Yang Mulia, bukankah itu harga yang terlalu murah untuk ukuran benda yang langka? Kami mendapatkan benda ini dengan susah payah dan melalui perjuangan panjang. Bagaimana jika tiga buntal koin emas? Karena kami ada tiga orang masing-masing dari kami akan mendapatkan satu buntal. Hamba rasa itu harga yang pantas."

"Kau ingin memerasku, jelata?! Satu buntal atau kupenggal kepala kalian!" Sang raja nampak marah menghentakkan tongkatnya kelantai marmer yang menimbulkan dentingan keras.

Fuuma menatap tajam Sang Raja. "Tiga buntal koin emas tidak akan membuatmu miskin, Yang Mulia. Kau bisa mendapat berpeti-peti emas setiap hari dari pajak rakyat. Mengapa hanya memberi tiga buntal saja begitu berat untukmu? Kau benar-benar orang yang kikir! Menyesal kami datang kemari!"

"Berani kau menghina Raja, tikus kotor! Masih untung aku mau memberi sebuntal koin emas dan tidak memenggal kepala kalian. Tapi kalian malah memerasku. PENGAWAL, TANGKAP DAN PENJARAKAN MEREKA! BUNUH JIKA MEREKA MELAWAN!" Kini Raja Ashura benar-benar murka, berdiri dari singgasana dan menunjuk ke arah tiga sekawan. Seketika para pengawal yang ada di aula besar itu berlari kearah mereka bertiga. Mengacungkan pedang yang siap menghunus kapan saja.

Kurogane, Fuuma, dan Syaoran memasang kuda-kuda, mengeluarkan pedang dari sarungnya dan bersiap bertempur melawan prajurit. Sungguh sial hari ini, berniat mendapat untung besar justru buntung yang mereka dapat. Dan lagi mereka harus berhadapat dengan orang nomer satu di Ascardum, dan harus siap mati kapan saja, dobel sial! Mungkin sebuntal koin emas lebih baik daripada menginap di penjara atau lebih buruknya, kepala mereka terpenggal.

Fuuma sudah bertarung dengan salah satu prajurit, dentingan pedang beradu, serang dan tangkis. Fuuma bergerak lincah menghindari hunusan pedang. Menghindari terjangan dari belakang Fuuma berguling di lantai dan menendang perut salah satu prajurit. Syaoran sudah berlari ke koridor dan tengah bertarung dengan beberapa prajurit disana. Sementara Kurogane masih memasang kuda-kuda siap menerima serangan. Tiga prajurit langsung menyerangnya. Mengepung Kurogane dari depan dan samping. Kurogane mengarahkan pedangnya kedepan menangkis serangan dari seorang prajurit didepannya, kaki kanannya menendang perut lawan yang segera mengaduh kesakitan. Kurogane berjongkok ketika sabetan pedang datang dari arah kirinya, lalu menendang kaki lawan sampai kehilangan keseimbangan. Kurogane segera bangkit berdiri, memukul tengkuk prajurit itu dengan gagang pedang sampai pingsan. Masih ada satu prajurit lagi yang siap menghunus pedangnya, Kurogane sigap mencekeram tangan yang memegang pedang itu lalu berputar memelintir tangan Sang pengawal sampai pedangnya terjatuh, diarahkan sikunya yang kekar untuk memukul rahangnya dengan kekuatan penuh. Buuk ! Pengawal itu ambruk ke lantai marmer yang dingin. Kurogane melihat keadaan semakin kacau ketika puluhan prajurit datang dari luar, Fuuma dan Syaoran masih bertarung, mereka terkepung. Ini gawat! lawan mereka terlalu banyak.

Kurogane berlari ke tengah aula sebelum crimsonnya menemukan pria pirang dengan ekspresi ketakutan masih berdiri di aula, Sang Penyihir. Seketika itu Kurogane menyeringai, sungguh bodoh membiarkan Sang Penyihir lengah dari pengawalan. Mungkin hari ini dia tidak perlu repot-repot bertarung untuk mendapatkan uang. Kurogane berlari cepat kearah Sang Penyihir yang masih berdiri di aula. Raja Ashura tersentak diatas singgasananya seolah tau rencana Kurogane. "PENGAWAL! LINDUNGI PENYIHIR!" teriaknya.

Tapi terlambat karena Kurogane sampai lebih dulu, seketika merenggut kasar tubuh Fai dari belakang dan menempelkan pedangnya ke leher Sang penyihir. "BERHENTI! ATAU DIA MATI!"

.
.

TBC

.
.

*Khuf :: alas kaki/ sepatu dari kulit yang menutup sampai mata kaki.

* Ghurtah :: kain panjang atau kain berbentuk persegi untuk menutup kepala biasanya dililit menyerupai sorban. Atau diikat menggunakan egal (berbentuk lingkaran)

* Mathapatti :: Hiasan kepala yang dipasangkan pada daerah perbatasan rambut dan kening. Berbentuk melengkung mengikuti alur/ bentuk kepala. Biasanya terbuat dari logam, manik-manik, bebatuan, mutiara dsb. Terdapat semacam liontin besar pada tengah-tengah kening (antara 2 alis)

* Raveeka :: atasan/ blouse lengan pendek, berkerah rendah dan panjangnya hanya sebatas bawah dada, bagian perut terbuka. Biasanya dipakai untuk dalaman wanita-wanita india yang memakai saree.

*Harem Pants :: celana mengembung seperti milik aladin.

*Bangles :: gelang tradisional india biasanya terbuat dari emas, perak, kayu, kaca dsb. Dibuat dengan warna-warna solid, ukiran dengan taburan batu, permata, manik-manik. Dipakai dalam jumlah banyak.

.
.

Semua pengetahuan bersumber dari google jika ada yang tidak sesuai Fay mohon maaf.

.
.

Hai minna ketemu lagi dengan Fay, setelah kemarin mencoba membuat drabble KuroFai dan ternyata masih mendapat tanggapan , menandakan fandom ini belum sepenuhnya mati. Saya jadi semangat untuk membuat fic KuroFai lagi meski fic nya abal-abal. Sebenarnya saya cukup kesulitan nyari referensi tentang tema arabian dan banting stir ke india. Jadi fic gado-gado antara arabian plus india. Semoga bisa diterima :D Fay cuma pengen melestarikan fic KuroFai yang hampir punah aja, kok :"D

.
.

Adakah yang berminat ama fic ini? Jika ada tolong tinggalkan jejak kalian biar saya tau.

Terakhir, terima kasih sudah mau baca karya abal saya ini :) kesan atau pesan saya tunggu di kotak review :)