12 Choises

By Ryuhara Haruno

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Akasuna Sasori, Akasuna Sakura, Uchiha Sasuke

Rate : M (biar aman)

Genre : Romance, Family, Drama.

Warning : OOC, AU, TYPO (s), maybe penjelasan kurang, dll.


Happy Reading and enjoy it!

CHAPTER 1 : MY FIRST DAY AT KSHS


16 tahun yang lalu...

"Aahhh... uh... hosh... hosh..."

"Ayo, dorong lagi Ashura-sama. Anda pasti bisa."

"Akkhh... aku tidak kuat!"

"Bertahanlah sayang. Kau harus kuat."

"A-aku.. a-aku tidak kuat Shoichi-kun~"

Akasuna Shoichi menggenggam erat tangan istrinya. Kini dia dihadapkan dengan penentuan antara hidup dan mati. Istrinya sedang berjuang untuk melahirkan anak kembar kedua mereka. Setelah sekitar 15 menit yang lalu, Shoichi baru saja mendapatkan buah hatinya yang memiliki rambut merah. Namun, siapa sangka? Justru istrinya mengandung anak kembar. Mereka sengaja tidak melakukan USG saat masa kandungan dulu, untuk kejutan katanya. Dan beginilah sekarang. Istrinya harus berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan sang adik dari bayi yang digendong oleh Shoichi sekarang.

"Oekkk..."

Bayi kecil yang berada digendongan Shoichi menangis kencang. Sepertinya bayi kecil ini tahu bahwa ibu dan adiknya sedang berjuang untuk sama-sama selamat dari prosesi yang sangat menyakitkan ini. Shoichi menatap anaknya dengan lembut dan menimang-nimangnya dengan penuh kasih sayang.

"Sabar Sasori, adikmu sebentar lagi akan lahir."

"Akkkhhh... sakit!"

"Oekk...oek..."

Dan suara bayi lain pun terdengar setelah Sasori kecil berhenti menangis. Dokter Tsunade menghela nafas lega dan menggendong bayi mungil yang memiliki helaian merah muda seperti ibunya.

"Selamat anak kalian perempuan."

Ashura menghela nafas lega dan menatap bayi mungilnya yang sedang menangis.

"Kau berhasil sayang." Ujar Shoichi.

Ashura tersenyum lembut dan menatap bayi mungil yang telah lahir kedunia ini sebagai generasi penerusnya kelak.

"Shoichi-kun~" Panggilnya dengan nada pelan.

"Ya?"

"Aku ingin menamai bayi kita..."

Shoichi menatap istrinya dengan lembut dan menunggu ucapan selanjutnya.

"Aku ingin memberinya nama...

.

.

.

.

Akasuna Sakura"

~12 Choises~

12 TAHUN KEMUDIAN...

"KYAAAA... KAASANN! Saso-nii mengambil bandoku!" ujar seorang gadis kecil yang sedang mengejar seorang pemuda yang memegang bando kuping kucing.

"Kembalikan Saso-nii..." teriaknya kencang.

Shoichi yang sedang membaca koran berita pagi pun hanya menggeleng melihat kelakuan anak kembarnya yang seperti bocah berusia 6 tahun itu.

"Hah kau tak pantas memakai ini Saku-chan,untukku saja!" seru seorang pemuda bermata hazel dan bersurai merah yang terlihat seperti duplikat Shoichi.

"Kau itu laki-laki baka! Kembalikan punyaku!" Sakura mendengus sebal. Ia tak habis fikir, kenapa ia memiliki kakak sekaligus kembaran yang sangat menyebalkan.

"Sudah-sudah, berhenti berteriak Saku-chan. Dan Sasori, kembalikan punya adikmu!" ucap sebuah suara yang berasal dari dapur. Ohh.. ternyata Ashura sedang memasak makan siang untuk mereka semua.

"Kaasan! Saku membantu masak ya?"

Gadis kecil merah muda itu berlari kecil menuju dapur dan mengabaikan Sasori dan bando telinga kucingnya. Sasori yang merasa terabaikan pun ikut berlari menyusul saudara kembarnya.

"Kaasan, aku juga ingin membantu." Ujarnya.

"Tidak bisa! Aku duluan yang sampai disini. Jadi hanya aku yang boleh membantu kaasan!" teriak Sakura. Ashura menutup kedua telinganya. Ia tak habis fikir, kenapa ia memiliki anak perempuan yang suka berteriak seperti Sakura. Padahal ia selalu menyajarkan gadis merah muda itu untuk berbicara dengan lembut.

"Tapi aku yang bisa masak! Kau ke depan saja, temani Tousan membaca koran."

"Hei.. aku ini perempuan! Harusnya aku yang membantu Kaasan memasak. Saso-nii saja yang ke depan menemani Tousan yang membaca Inflasi Jepang bulan ini." Sakura melipat kedua tangannya di depan dada.

Ashura menghela nafas bosan dan merendahkan tinggi badannya agar sejajar dengan kedua anak kembarnya. Tangannya terulur sambil membelai kepala kedua anaknya yang sedang bertengkar.

"Hei, sudahlah jangan bertengkar. Kaasan sudah selesai memasak makan siang untuk kalian. Ayo, kita keruang tengah. Sasori, panggil Tousan kemari ya." Ujarnya halus.

"Baik Kaasan." Sasori mengangguk kecil.

Ia mulai melangkahkan kakinya dari dapur dan tiba-tiba saja ada yang mengejarnya.

"Ahh... aku ikut!" ujar Sakura. Ia menggenggam kaos belakang Sasori dan ikut bersama saudara kembarnya untuk memanggil Shoichi.

"Mereka saudara kembar yang berbeda sifat." Gumam Ashura.

~12 Choises~

Kini kedua bocah berusia dua belas tahun itu sedang di dalam kamar mereka. Yah.. sebenarnya ini adalah ide dari Shoichi. Ia sengaja menyatukan kamar kedua anaknya dengan alasan agar mereka dapat saling menjaga dan berbagi satu sama lainnya. Ia membeli sebuah rumah dengan 3 kamar. 1 kamar utama untuk dirinya dan Ashura, dan 2 kamar lagi ia satukan hingga menjadi satu kamar yang luas dan ditempati oleh anak kembarnya.

Kamar yang didominasi dengan cat berwarna kuning ini memiliki warna yang sangat kontras dibandingkan dengan ruangan lainnya. Yah.. ini karena kedua anak kembarnya ngotot untuk mengecat kamar mereka dengan pilihan warna yang berbeda. Sasori meminta kamar ini di cat berwarna merah. Tetapi Sakura meminta warna pink. Sasori yang notabene adalah seorang laki-laki tentu saja tidak mau jika nanti teman sekolahnya datang berkunjung, dan melihat kamarnya berwarna pink? Yang benar saja. Maka dari itu Shoichi mengambil jalan tengah untuk mengecat kamar mereka dengan warna kuning. Dengan alasan warna itu netral dan cerah. Sehingga nyaman untuk membuat mereka betah belajar di kamar.

Sakura membalikkan posisi tidurnya menjadi telentang dan membaca manga kesayangannya sambil mengantuk.

"Saso-nii! Kapan selesainya? Aku sudah ingin tidur." Ujarnya. Emeraldnya terlihat mengantuk dan ia menutup manga itu dan melemparnya ke sembarangan arah.

Sasori menoleh ke belakang dari meja belajarnya dan menatap saudara kembarnya yang sudah hampir tertidur.

"Tidur saja duluan Saku-chan."

"Tapi, aku ingin Saso-nii menemaniku dulu. Lagian aku tidak bisa tidur jika lampunya menyala." Sakura menguap lebar dan sudut matanya berair.

"Nii-chan~" Ujarnya manja.

Akhirnya Sasori menyerah. Pemuda kelas 2 di Konoha Junior High School itu menutup buku matematikanya dan mematikan lampu belajar. Ia juga mematikan lampur di kamar mereka, karena Sakura tidak bisa tidur dengan lampu yang menyala. Ia melangkah menuju tempat tidur Sakura dan membereskan beberapa buku komik yang bertebaran. Menyusunnya di rak buku dan mulai menaiki tempat tidur adiknya.

Sakura bergeser sedikit memberikan tempat untuk kakaknya itu, dan tersenyum senang karena Sasori akan memulai ritual mereka sebelum tidur. Yaitu menanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuk adiknya.

Angin lembut musim semi

Darimana berhembus

Jalan yang biasa kulewati

Telah mulai berganti warna

Kebahagiaan dan kesedihan berlalu bersama musim semi

Aku mulai melangkah

Pada jalan yang baru

Helai bunga sakura

Penanda perpisahan

Di saat tangan melambai-lambai

Teringat wajah teman-teman

Helai bunga sakura

Penanda air mata

Supaya waktu berharga ini

Sampai kapanpun

Tak akan terlupakan

...

Helai bunga sakura

Penanda dari hati

Cahaya masa muda berkilau

Menembus daun menyilaukan

Helai bunga sakura

Penanda hari itu

Semua orang tak akan lupa

Mimpi yang telah mekar dengan sempurna.

Sasori mengusap pelan rambut merah muda adiknya dan mengecup pelan kening Sakura.

"Oyasumi, Saku-chan." Ujarnya.

Kemudian ia beranjak dari tempat tidur Sakura dan menaiki tempat tidurnya sendiri yang terletak di samping kanan ranjang Sakura. Tempat tidur mereka hanya dibatasi oleh sebuah nakas yang berisi foto Sasori dan Sakura saat mereka merayakan ulang tahun ke 8.

~12 Choises~

3 tahun kemudian...

"Ohayou..." sapa riang dari seorang gadis merah muda yang memakai seragam Konoha Senior High School ini menggema di ruang makan sederhana keluarga Akasuna. Gadis musim semi ini sangat senang karena ini adalah hari pertamanya sebagai murid kelas 1 SMA di KSHS. Tidak ada lagi yang namanya seragam SMP, mengucir rambut seperti anak SD, ataupun memiliki tas dan aksesoris-aksesoris serupa yang bisanya digunakan oleh anak-anak remaja seusia SMP dulu.

Yang ada sekarang adalah dirinya yang tampil dengan modis. Menggunakan make-up ke sekolah. Memakai tas dengan branded terkenal, sepatu kets yang bermerek, dan tak lupa dengan aksesoris mahal lainnya. Sakura mematut dirinya yang memakai seragam sailor khas KSHS berupa kemeja putih lengan pendek dengan dasi berwarna kuning gading, rok lipit kotak-kotak berwarna cokelat muda setinggi 10 cm di atas lutut, dan rompi berlengan panjang yang sewarna dengan dasinya. Tak lupa dengan bordiran lambang KSHS di dada kanan atas, dan nama "AKASUNA SAKURA" di sebelah dada kirinya.

Gadis merah muda itu membolak-balikkan tubuhnya di depan semua anggota keluarganya sambil tersenyum lebar.

"Kyyaa... aku bukan anak kecil lagi. Aku akan satu sekolahan dengan nii-chan. Kya.. aku tak sabar untuk belajar di KSHS nanti." Ujarnya riang.

Sasori yang muncul di belakangnya hanya mendengus kecil dan menepuk kepala Sakura dengan gemas.

"Kau akan menjadi juniorku, Saku-chan." Sasori mengacak rambut merah muda adiknya, dan membuat Sakura sebal karena tatanan rambutnya sedikit rusak.

"Huuh! Nii-chan, kau membuat rambutku rusak!"

Sakura menggembungkan pipinya dengan lucu dan membuat Sasori tak tahan untuk mencubit pipi chubby adiknya itu.

"Kau lucu Saku-chan!"

Kyut..

"Ahhh... Sakit nii-chan!"

Dan teriakan dari Sakura menjadi pembuka bagi sarapan mereka di pagi hari.

~12 Choises ~

Sakura sudah siap dengan jaket merah muda miliknya. Biasanya suhu kota Konoha dipagi hari bisa setara dengan cuaca dingin di musim gugur. Padahal sekarang adalah musim semi. Awal tahun ajaran baru bagi anak-anak seusia Sakura untuk memulai kehidupan remaja mereka di masa-masa SMA. Maka dari itu ia tak ingin kulitnya tertusuk hawa dingin dan mulai menaikkan risleting jaketnya.

"Ini.." Sasori memberikan kunci duplikat rumah mereka. Yah.. mereka semua masing-masing memiliki kunci duplikat. Hal ini karena orang tua mereka sering pulang malam. Dan lagi, Sakura dan Sasori memiliki jam pulang sekolah yang berbeda saat Sakura masih kelas 3 SMP. Jadi, Ashura membuat duplikat kunci agar mudah bagi mereka untuk masuk ke dalam rumah, jika sudah pulang duluan. Sasori mengecek pintu rumah mereka sekali lagi dan mulai berjalan ke gerbang depan, dimana Sakura sudah menunggunya.

Ia mulai memakai jaket merah darah miliknya dan berjalan berdampingan dengan Sakura. Hal ini dikarenakan mereka akan menaiki bus ke sekolah. Sebenarnya Shoichi ingin membelikan Sasori kendaraan supaya anak-anak mereka tak perlu repot-repot untuk berpergian. Namun, Sasori menolak dengan alasan ia ingin mandiri, dan tidak ingin menghabiskan uang Tousannya untuk membeli sebuah motor ataupun mobil. Cukup orang tuanya saja yang memiliki kendaraan sederhana. Ia dan Sakura hanyalah seorang anak sekolahan yang tugasnya adalah untuk belajar. Bukan ke sekolah untuk pamer kendaraan. Ia juga menyukai udari di pagi hari yang masih bersih dan belu tersentuh polusi. Maka dari itu ia lebih senang berjalan kaki dan naik bus.

"Nii-chan.." Sakura menggandeng lengan Sasori dan menikmati udara pagi yang menerpa wajahnya.

Sasori melirik saudara kembarnya dari ekor matanya dan tersenyum tipis. Sakura memang seperti ini jika dengannya. Adik kembarnya ini sangat manja dan selalu ingin bersamanya kapan pun. Hingga mereka terkadang terlihat seperti dua insan yang sedang merajut cinta. Tapi hal itu tentu saja tidak berlaku bagi orang-orang yang mengenal mereka. Mereka berdua saudara kembar, jadi wajar bila yang satunya agak sedikit manja dengan yang satunya lagi.

"Ne Nii-chan, kehidupan anak SMA itu seperti apa?" ujar Sakura untuk memulai pembicaraan diantara mereka.

Sasori sedikit terkejut dan tak lama kemudian tersenyum lembut.

"Kau rasakan saja sendiri, Saku-chan. Dengan begitu, kau akan tahu dengan jawaban dari pertanyaanmu tadi." Jawabnya singkat.

Sakura mengerucutkan bibir mungilnya dan menatap Sasori sedikit sebal.

"Jawab saja apa susahnya sih nii-chan? Akukan ingin ada sedikit gambaran."

"Hmm... bagaimana ya?" Sasori menggaruk dahinya dengan telunjuk seolah-olah berfikir untuk jawaban dari pertanyaan Sakura.

"Hm.. mungkin seperti cokelat."

"Ha? Seperti cokelat?" Ujar Sakura mengulangi perkataan Sasori.

"Ya. Seperti cokelat. Terkadang terasa manis, dan terkadang pula bisa pahit." Lanjutnya.

"Maksud onii-chan?" Emerald Sakura memandang Hazel Sasori penuh tanya.

"Yah... kau akan tahu maksudku nanti Imouto!" Sasori menarik hidung kecil Sakura hingga membuat gadis merah muda ini tergelak kaget.

"Huhh... aku bukan adikmu Sasori! Aku saudara kembarmu!" Ujarnya berteriak. Kemudian ia berlari mengejar Sasori yang sudah berlari lebih dahulu ke halte bis yang menuju sekolah mereka.

~12 Choises ~

Lapangan luas Konoha Senior High School tampak ramai dengan anak-anak seusia Sakura yang memakai seragam yang sama dengan dirinya. Yap, itu semua karena ini adalah hari pertama untuk tahun ajaran baru di KSHS. Sakura memandang lingkungan sekolah yang sangat megah baginya. Susunan gedung berarsitektur eropa dengan 3 tingkat, menjulang tinggi dihadapannya. Dan jangan lupa taman-taman yang dilengkapi tempat duduk untuk bersantai, bunga-bunga yang bermekaran, serta pohon-pohon Sakura yang mulai memekarkan kelopak indahnya, mengingat sekarang sudah memasuki musim semi. Sakura memperhatikan semuanya dengan takjub. Bibir mungilnya tak pernah berhenti untuk mengucapkan "Kire" ataupun "Sugoi" saat melihat hal-hal yang membuatnya takjub. Sampai ia melupakan langkah kakinya dan menabrak seorang pemuda yang sedang membaca pengumuman pembagian kelas di mading.

"Ahh,..." Tubuh Sakura terdorong ke depan dan sukses terjatuh dipelukan seorang pemuda jika seandainya pemuda tadi tidak sigap menangkap tubuhnya.

DEG!

Sakura merasakan aliran darah ditubuhnya mendadak menjadi kencang dan membuat rona merah diwajah cantiknya, tatkala menatap sepasang onyx yang memandangnya dengan tajam. Pemuda yang memiliki rambut raven bermodel "Chickenbutt" itu menatap gadis yang menabraknya entah sengaja atau tidak itu dengan tajam.

Cih!

Ia tak suka jika ada gadis yang menatapnya seperti ini. Menatapnya dengan ekspresi malu-malu dan rona merah dipipi. Sadar dengan pose mereka sekarang, Sakura segera melepaskan dirinya dari dekapan hangat pemuda tadi dan merapikan seragamnya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Ah.. go-gomen.. tadi aku tidak sengaja menabrakmu." Ujarnya malu-malu. Ia masih belum bisa menormalkan detak jantungnya yang tiba-tiba menggila ini.

Sasuke menatapnya dengan tajam dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Cih! Ceroboh. Apa kau tak punya mata, sampai-sampai menabrakku? Dasar gadis menyebalkan!"

Deg!

Emerald Sakura terbelalak kaget saat mendengarkan untaian kalimat pertama yang diucapkan pemuda tampan itu untuknya. Padahal ia sudah minta maaf dengan tulus. Tapi kenapa pemuda ini membalasnya dengan kasar. Bahkan sampai mengatainya tidak punya mata dan gadis menyebalkan. Apakah segitu marahnya pemuda itu, sampai-sampai perkataannya membuat Sakura meremas bagian dadanya,tatkala ia merasakan rasa nyeri di dalam sana.

"K-kau.. " ujarnya terbata-bata.

Pemuda tampan itu menatapnya dengan pandangan mengintimidasi dan berkata,

"Kau itu sama saja dengan mereka. Dasar, gadis pencari kesempatan dalam kesempitan!" dan setelah itu ia pergi meninggalkan Sakura yang diam seperti patung.

Sakura merasakan pipinya menghangat begitu ia sadar bahwa ia menangis ketika pemuda itu mengatainya, seolah-olah Sakura adalah gadis centil yang sengaja menabraknya agar bisa berpelukkan dengan pemuda itu. Baru kali ini ada seorang pemuda yang berkata kasar padanya. Padahal ia tidak sengaja, kenapa pemuda itu sangat sensitif dan menganggap Sakura seperti gadis penggoda diluar sana? Sakura menghapus air matanya secara kasar dan mulai melangkahkan kakinya menuju kelas barunya. Kenapa kesan pertama di sekolahnya ini menjadi seburuk ini?

~12 Choises ~

Sasori baru saja keluar dari ruang OSIS. Di KSHS ia memegang jabatan sebagai bendahara I dengan wakilnya Deidara. Setiba di sekolah tadi, ia harus ke ruang OSIS dulu untuk mempersiapkan acara penyambutan siswa baru yang akan berlangsung sekitar 1 jam lagi. Ia mencari keberadaan Saudara kembarnya karena feelingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Sakura.

Ia berjalan ke kelas 1-1 dimana seharusnya Sakura berada disana. Tapi, saat hazelnya membuka pintu ruangan kelas itu yang didapatinya hanyalah seorang pemuda berwajah dingin, angkuh, dan menatapnya dengan onyx-nya yang tajam. Seolah-olah mereka adalah musuh. Sasori mengabaikan pandangan menusuk pemuda itu, dan melanjutkan pencariannya. Saat ia melewati taman samping sekolah, ia tak sengaja melihat sekelebat merah muda dibangku taman.

Ia melihat Sakura yang sedang termenung dan mendekati saudara kembarnya itu.

"Hei, ada apa? Kok malah melamun?" Ujarnya sambil menepuk pelan pundak Sakura.

Gadis bermata emerald itu terlihat kaget dan menatap pemuda yang mengambil posisi duduk di sebelah kanannya.

"NII-CHAN!" ujarnya langsung. Ia memeluk Sasori dengan kuat seolah-olah berusaha menyampaikan rasa sakit hatinya tadi.

Sasori membalas pelukan Sakura tak kalah erat dan membiarkan adiknya menangis membasahi rompi yang dikenakannya.

"Hiks..hiks... nii-chan~" ujar Sakura dengan pilu.

Sasori tak mengerti kenapa Sakura menangis. Tapi ia mengerti akan sifat Sakura yang sangat sensitif dan terkadang menanggap segala hal dengan serius. Sambil tangannya terulur mendekap Sakura dan menyamankan posisi adiknya. Perlahan ia menangkat wajah cantik yang sekarang memerah dan dipenuhi air mata.

Ia menghapus jejak-jejak yang membasahi wajah cantik kembarannya ini dan menatap emerald Sakura yang berkaca-kaca dengan sayang. Seolah-olah mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja selama ada dia yang melindungi Sakura. Sakura mengatur nafasnya yang tersengal-sengal dan kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang Sasori.

"Nii-chan, apa aku ini menyebalkan?" tanyanya dengan suara parau.

"Tentu saja tidak. Memangnya ada apa Saku-chan?"

Sakura kembali mengangkat wajahnya dan menatap Sasori dengan murung.

"Tapi tadi ada yang mengataiku menyebalkan, ia juga berkata bahwa aku ini gadis yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ia juga memandangku dengan tajam seolah-olah aku ini adalah makhluk yang menjijikkan. Aku benci padanya nii-chan!"

Sakura memukul-mukul dada Sasori. "Pa-padahal, a-aku tidak sengaja menabraknya. Salahnya juga kenapa malah memelukku. Lalu ia berkata kasar padaku nii-chan. Huaaa... aku benci padanya!"

Sasori hanya menghela nafas lelah. Selalu saja begini, jika Sakura memiliki suatu permasalahan, selalu dirinya dijadikan pelampiasan dengan memukul-mukul dadanya. Sebenarnya, yang jadi tersangka siapa disini? Kenapa ia yang dihukum?

Setelah puas memukul dada saudara kembarnya. Sakura menatap Sasori dengan murung, dan menyandarkan kepalanya pada bahu Sasori.

"Gomen nii-chan. Cuman nii-chan yang mengerti dengan sifatku." Ucapnya pelan.

"Itu karena kau saudara kembarku Saku-chan. Bahkan, terkadang aku bisa membaca apa yang ada difikiranmu." Gumam Sasori di dalam hati

Sasori membelai helaian halus merah muda Sakura dan mengecup kepala adiknya dengan sayang. "Itulah kenapa kau ditakdirkan menjadi kembaranku, Saku-chan. Aku akan menjagamu."

Sakura menatap Sasori dengan riang dan tersenyum, "Aku sayang onii-chan..." teriaknya. Lalu, ia kembali memeluk Sasori lebih erat.

~12 Choises ~

"Perhatian kepada seluruh siswa baru Konoha Senior High School, harap segera berkumpul di ruang auditorium 5 menit lagi."

Gema suara yang berasal dari pengeras suara itu membuat Sakura tergelak kaget. Ia melepaskan dirinya dari dekapan Sasori dan segera memperbaiki make-upnya yang sedikit rusak karena menangis.

Sasori melepaskan rompi miliknya karena basah dengan air mata Sakura. Kemudian ia menggandeng tangan kecil saudara kembarnya untuk pergi ke auditorium.

"Gomen, nii-chan. Aku membasahi rompimu." Ujarnya penuh sesal.

"Hm.. tak apa Saku-chan. Ayo, kita ke auditorium."

Mereka berjalan menelusuri koridor tanpa merasa risih dengan pandangan mengintimidasi dari beberapa kakak kelas. Karena Sakura yang merupakan murid baru, berani-beraninya berjalan sambil bergandengan dengan Sasori yan merupakan salah satu pangeran sekolah.

Setibanya di ruangan auditorium yang sangat luas, Sasori mencarikan tempat duduk untuk adiknya. Ia berjalan ke depan agak ke tengah dan menemukan 2 kursi kosong di sana. Tapi, tak berapa jauh dari tempat ia berdiri, terlihat Itachi si ketua OSIS yang sedang mengatur siswa baru untuk mengisi tempat duduk yang masih kosong.

"Hei Itachi!" sapanya.

Pemuda bersurai raven hitam dengan satu kunciran rambut dibelakang, menoleh pada Sasori dan tersenyum tipis.

"Hn. Ada apa Sasori?"

"Ah.. tidak, hanya ingin mencari tempat duduk untuk adikku." Ujarnya sambil melirik Sakura.

Onyx tajam Itachi beralih kepada seorang gadis yang berdiri di sebelah Sasori, dan tersenyum singkat.

"Hn. Kau pasti Akasuna Sakura, kembaran dari Akasuna Sasori dan peraih peringkat kedua saat lulus tes disini. Aku Itachi Uchiha, ketua OSIS untuk periode ini. Salam kenal." Ujarnya ramah.

Sakura menjabat tangan Itachi dan tersenyum kecil menatap pemuda tampan itu. Jika melihat onyx itu, sepertinya Sakura ingat sesuatu.

"Salam kenal Itachi senpai."

Itachi menangguk, dan Sasori kembali bertanya.

"Apa kursi ini kosong? Aku sedang mencari kursi untuk Saku-chan."

"Yah, kursi itu kosong. Tapi satunya lagi untuk adikku. Si baka otouto itu entah pergi kemana dia sekarang." Itachi mengedarkan pandangannya untuk mencari keberaadaan adik laki-lakinya.

"Nah, itu dia!"

Sasori menyuruh Sakura untuk duduk di kursi yang ditunjuk Itachi tadi. Sebelum ia meninggalkan Sakura, ia merapikan sedikit tatanan rambut adiknya dan mengecup kecil dahi Sakura. Sakura yang memang dasarnya manja pada Sasori, ia memeluk kakakknya sebentar seolah-olah mereka akan berpisah jauh. Mereka tak menyadari bahwa ada sepasang onyx selain milik Itachi yang menatap mereka dengan tajam.

"Sasuke, kau duduk disini ya! Jangan kemana-mana sampai acaranya selesai." Ujar Itachi.

Pemilik onyx tadi mengangguk dan menyamankan posisinya pada kursi yang ditunjuk Itachi.

"Saku-chan, carilah teman baru. Aku tidak mungkin menemanimu seharian disini. Aku masih ada urusan dengan OSIS, aku pergi dulu ya?"

Sakura mengangguk kecil dan mengecup pipi Sasori sebelum kakaknya meninggalkannya. Begitu ia membalikkan badannya, berniat untuk duduk di tempat yang ditunjuk Sasori. Alangkah terkejutnya ia melihat pandangan onyx yang menatapnya tajam seperti tadi. Baru saja Sasori melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Sakura, ia mendapati seragamnya ditarik dari belakang oleh seseorang.

"Onii-chan!" ujar Sakura parau.

Sasori membalikkan badannya dan mendapati Sakura dengan raut wajah ketakutan.

"Jangan tinggalkan aku. A-aku takut." Sakura mengucapkannya terbata-bata dan melirik sedikit ke arah Sasuke.

Sasori mengikuti arah pandangan Sakura. Ia melihat adik Itachi itu menatap Sakura seperti tak suka dan Sakura ketakutan. Tanpa perlu mendengarkan alasan Sakura menjadi ketakutan seperti ini, ia dapat menerik kesimpulan bahwa pemuda inilah yang membuat Sakura menangis seperti tadi.

Sasori menatap Sasuke tak kalah tajam seolah-olah ada sengatan listrik kebencian diantara tatapam mereka. Padahal mereka tak saling kenal, tapi kenapa atmosfir disini berubah menjadi tegang. Itachi menyadari hal yang tersirat dari pandangan Sasori, dan menyuruh Sasuke untuk pindah.

"Sasuke, sebaiknya kau duduk di sana saja. Ini terlalu di depan." Ujar Itachi sambil menunjuk sebuah bangku kosong yang letaknya lumaan jauh dari tempat sekarang.

Sasuke melirik ke arah yang ditunjuk oleh Itachi, dan berkata.

"Hn. Aku tidak mau."

Siswa-siswi semakin banyak yang berdatangan dan mengisi kursi yang belum terisi. Seorang gadis berambut pirang dan memiliki mata aquamarine tampak berjalan dari arah belakang Sasori berdiri. Rambut pirang halusnya dikuncir tinggi ke belakang dan menyisakan poninya yang menyamping.

"Ohayou, Sasori senpai." Sapanya.

Sasori membalikkan badannya dan mendapati seseorang yang mirip dengan temannya.

"Hm..ohayou." Ujarnya singkat. Sasori menaikkan alisnya tanda ia tak mengenal gadis ini.

"Gomen, aku belum memperkenalkan diri. Aku Yamanaka Ino, adik dari Dei-nii. Tadi aku disuruh Dei-nii ke sini untuk memanggil senpai. Katanya ada yang harus diurus tentang konsumsi." Ujarnya sambil tersenyum.

Sasori menangguk mengerti.

"Nah, Yamanaka-san apakah kau sudah mendapatkan tempat duduk? Kalau belum, mau tidak kau menemani adikku?"

Ino melirik Sakura sekilas. Kemudian senyum terkembang diwajah cantiknya dan menangguk.

"Tentu saja mau. Aku belum mendapatkan teman, senpai." Ujarnya bersemangat.

Sasori tersenyum singkat, dan menatap Sakura.

"Nah, Saku-chan. Ini ada teman baru untukmu. Kalian berteman dengan baik ya? Nii-chan harus kebelakang dulu." Ucap Sasori.

Sakura tersenyum senang. "Baik nii-chan."

Setelah Sasori pergi, Ino mengambil tempat duduk di sebelah Sasuke dan Sakura di sebelah kiri Ino. Jadilah, gadis pirang ini menjadi tembok pembatas antara dua kubu yang bermusuhan.

"Nah, namaku Yamanaka Ino. Aku adik dari Dei-nii. Salam kenal." Ujarnya.

Sakura menjabat tangan Ino dengan hangat.

"Namaku Akasuna Sakura. Aku saudara kembar Saso-nii." Ucap Sakura seraya tersenyum tulus.

"APA? Ja-jadi kau dan Sasori-senpai itu kembar yah?" Tanya Ino terbelalak kaget.

"Iya. Memangnya kenapa Yamanaka-san?"

"Ah, tidak. Kukira kalian hanya adik kakak. Rupanya saudara kembar. Oh iya, Ino saja ya Sakura."

Sakura tersenyum lembut. Setidaknya ia mendapatkan 1 teman baru sekarang. Walau tanpa ia sadari ada sepasang onyx yang meliriknya dan mendengar percakapan mereka.

"Hn, jadi mereka saudara kembar? Menarik!" gumam seseorang.

~12 Choises ~

Kelas 1-1

"Ino, aku duduk bersamamu ya? Aku belum mendapat pasangan tempat duduk." Ujar Sakura saat mereka telah selesai dari auditorium mendengarkan ceramah panjang lebar Sarutobi selaku kepala sekolah.

"Boleh, ayo kita duduk disana saja Sakura."

Ino menunjuk ke bangku deretan 3 dari depan di dekat jendela. Melihat tempat itu sangat strategis untuk belajar, mengantuk jika bosan, dan bisa melihat ke arah taman, Sakura langsung menangguk. "Ayo."

Tak lama kemudian banyak siswa yang berdatangan ke dalam kelas mereka. Dibangku depan Sakura, terisi oleh gadis pemalu bernama Hinata. Dan gadis modis pindahan dari Paris yang bernama Shion. Lalu di belakangnya, ada pemuda aneh dengan garis yang terlihat seperti kumis rubah diwajahnya. Pemuda itu bersurai pirang dan duduk sebangku dengan Sasuke. Yah... pemuda yang ia benci dan membuatnya menangis. Untung pemuda dingin itu duduk di belakang Ino. Jadi, setidaknya Sakura masih aman. Sampai saat...

"Ohayou minna." Sapa seorang guru yang memakai masker. Guru ini terkenal dengan keterlambatannya dan kemesumannya. Ia bahkan selalu membaca sebuah novel dewasa bersampul orannye yang selalu ditenteng di dalam sakunya. Dan ia sekarang akan menjadi...

"Perkenalkan, aku Kakashi Hatake. Aku guru Kimia disini. Dan sampai satu tahun ke depan, aku yang akan menjadi wali kelas kalian."

Sialnya menjadi wali kelas Sakura.

"Nah, jumlah kalian semua hanya 24 siswa. Jadi, untuk setiap 3 hari sekali akan diadakan rolling untuk teman sebangku agar kalian dapat mengenal satu sama lain. Lalu, untuk penentuannya kita adakan undian. Nah, kita mulai dari absen pertama Akimichi Chouji."

Entah kenapa Sakura merasakan feelingnya buruk. Ia sangat enggan jika harus berpisah dari Ino. Bukan! Bukan karena dia tidak mau berkenalan dengan yang lain. Hanya saja, jika yang menjadi teman sebangkunya selama 3 hari ke depan adalah pemuda dingin itu bagaimana? Sakura terus melamun, sampai ia merasakan Ino menoel pundaknya.

"Akasuna Sakura?" ujar Kakashi untuk yang ketiga kalinya.

"Ah iya."

Sakura berjalan menuju meja Kakashi. Wali kelasnya itu tersenyum hingga matanya menyipit.

"Nah, Sakura silahkan ambil 2 undian sekaligus. Untuk mempersingat waktu dan menentukan siapa teman sebangkumu untuk tiga hari berikutnya."

Sakura mengambil undian di dalam botol kaca itu. Tangan kecilnya mengambil 2 buah undian sekaligus, agar ia langsung tahu dengan siapakah selanjutnya yang menjadi teman sebangkunya untuk 6 hari ke depan. Dengan gugup, Sakura membuka undian pertama.

Dan yang tertulis disana adalah..

.

.

.

.

.

.

Hwang Tenten.

Fyuh~ Sakura menghela nafas lega. Setidaknya ia sempat berkenalan dengan gadis dari China itu. Dan untuk undian yang kedua, setelah duduk bersama Tenten ia akan duduk bersama...

.

.

.

.

.

.

.

.

Uchiha Sasuke.

Wajah Sakura langsung memucat begitu membaca deretan huruf kanji yang tertulis rapi diatas kertas undiannya. Mungkin ia memang belum tahu nama pemuda dingin itu. Tapi, entah kenapa begitu membaca nama yang tertera disana, firasat Sakura langsung mengatakan bahwa ia dalam keadaan berbahaya.

Kakashi menuliskan nama yang ada diundian Sakura pada bukunya dan berkata, "Nah, untuk hari ini sampai 3 hari berikutnya. Akasuna Sakura akan sebangku dengan Hwang Tenten. Dan setelah itu, bersama Uchiha Sasuke." Ujarnya dengan lantang.

Sakura segera kembali ke tempat duduknya. Begitu ia mengangkat kepalanya, emeraldnya bersibobrok dengan Onyx yang memandangnya sambil menyeringai. Sekarang Sakura tahu, 3 hari setelah ini dia akan menderita.

To be Continued...


Author area:

Hai minna..

Kembali lagi Ryu dengan menghadirkan fict ~12 Choises~

Fict ini ada 3 pairing. Tapi untuk main pairingnya masih belum ditentuin.

Yosh.. Ryu baru selesai UAS praktek dan langsung mengerjakan Fict ini. *padahalPRakunbelumselese Hehehe...

Gak papalah untuk refreshing. Yosh.. minggu depan UAS Teori.

Kok jadi curhat sih?

Langsung aja yuk..

Kasih Review biar jadi semangat buat Ryu :D