Disclaimer: Tsubasa Reservoir Chronicle © CLAMP, When the Rain Take You Away
A/N:
konbanwa minna-san :D
Saya 'orang baru' di sini, nah, jadi karena saya banyak gataunya, mohon bimbingannya ya :D
perkenalkan, aku ShadouRyu-chan, salam kenal :)
Udah deh, selamat membaca ya ;)
jangan lupa review :D
Chapter 1 : Missing You In The Rain
Hujan deras mengguyur bumi. Awan menumpahkan semua yang dipendam. Eorang gadis berambut pendek kecoklatan terduduk di mejanya. Agar bisa melihat jelas, hujan yang seperti mengamuk.
" Hujan, mengapa kau marah? Atau kau marah saking sedihnya?" Tanya gadis bermata emerald itu lugu.
"Aku tahu, kau pasti sedih kan? Apakah sedihmu sama sepertiku?" tanyanya sambil menggambar perempuan dan laki – laki berpegangan tangan di jendela yang berembun.
"Tuan putri ? Tuan putrid sedang apa?" Tanya seseorang yang masuk kedalam kamar.
"Fai ! kau sudah pulang?" teriak tuan putri senang, sambil menghamburkan dirinya kedalam pelukan pengawal yang sudah seperti kakaknya itu.
"Ya tuan putrid, hamba sudah pulang" Fai tersenyum. "Tuan putri melihat hujan lagi ya? Merindukan Syaoran?" Tanya Fai dengan nada sedikit jahil.
"Ah.. ya.. eh tidaak, tentu saja tidak!" wajah sakura merona. Fai hanya tersenyum melihat putri Sakura.
"Tuan putri tidak berubah ya, tetap kekanakan dan pembohong yang payah. Tapi itulah putri Sakura." Ucap Fai kepada Sakura sambil menepuk – nepuk rambut Sakura. Seperti Sakura, Fai pun sudah menganggap Sakura seperti adiknya sendiri.
"Fai, aku merindukan Syaoran, selalu merindukannya" Sakura bersandar ke bahu pengawalnya, sedikit terisak.
"Ya tuan putri, hamba tahu. Dia pasti kembali, ke negeri ini, Negeri Clow, tempat orang yang ia cintai menunggunya." Fai mengelus rambut kecoklatan putri Sakura, sambil menenangkannya.
*Flashback*
.
.
.
"Syaoraaaan!" teriak Sakura sambil berlari menyongsongnya.
"Hei - hei, ada apa Sakura?" Syaoran yang baru keluar dari sebuah gedung kebingungan. " Sepertinya tuan putri terburu – buru?" Tanya Syaoran sambil sedikit membungkuk, ia ingin melihat mata berwarna emerald itu lekat – lekat. Mata amber dan emerald bertemu, Syaoran tersenyum. Wajah Sakura merona seketika, ia menundukkan wajah dan menahan napas saking malunya.
"Emm… Eng… Enggak kok, aku Cuma ingin mengajak Syaoran jalan – jalan" Sakura menarik tangan Syaoran dengan memalingkan wajah, ia tak mau Syaoran melihat wajahnya yang memerah. Syaoran hanya tersenyum melihatnya.
Mereka berjalan - jalan ke seluruh penjuru kota. Dan dimanapun mereka berada, semua orang selalu tersenyum. Mereka amat menyayangi putri Sakura, dan selalu senang dengan sifatnya yang lucu dan menyenangkan. Di tengah jalan, saat hendak pulang ke istana, hujan mengguyur tiba – tiba. Mereka berlari untuk mencari tempat berteduh. Namun, meskipun mereka menemukannya, tetap saja itu terlambat. Baju mereka sudah terlanjur menjadi basah. Mereka berteduh di sebuah gudang gandum, kalau saja mereka berteduh di depan sebuah rumah, mungkin dengan senang hati, pemilik rumah akan menyediakan baju yang kering untuk tuan putri.
Karena tuan putri tak terbiasa kehujanan, seketika, ia sudah menggigil kedinginan. Melihat keadaan tuan putri, Syaoran memeras air dari jaketnya. Setelah cukup kering, ia memakaikannya kepada tuan putrid. Namun, tubuh Sakura masih saja menggigil. Syaoran pun medekatkan tubuhnya pada tuan putri, kemudian memeluknya.
"Aku yakin, tuan putri akan merasa hangat." Syaoran tersenyum kepada Sakura, sambil memandang mata emeraldnya. Wajah Sakura merona merah tanpa terkontrol, Sakura langsung menunduk. Syaoran hanya cekikikan melihat tingkah putri dari Negeri Clow itu. Hujan makin deras, Syaoran makin erat memeluk Sakura.
"Sakura, besok Aku akan pergi melaksanakan tugas kerajaan"
"Syao… Syaoran mau pergi? Kemana? Kapan kau akan pulang?"
"Aku tak tahu Sakura, yang jelas, negeri yang akan aku datangi itu jaraknya jauuuuh sekali. Aku tak tahu kapan akan pulang."
"Tidak! Syaoran tidak boleh pergi!" sakura berteriak kesal sambil terisak.
"Kenapa Sakura? Kenapa aku tidak boleh pergi?"
Sakura ingin menjawab dengan jujur, tentang apa yang ia rasakan selama ini. Lidahnya serasa menempel, tak bisa bergetar untuk membuat suara. Jantungnya berdebar, wajahnya merona, ia ingin mengatakannya, hanya keberanian yang sekaran ia butuhkan. Hanya itu. Kemudian ia melepaskan diri dari pelukan Syaoran.
"Karena aku tak ingin berpisah dari Syaoran… aku… aku… mencintai Syaoran…" ucapnya terbata – bata tanpa memandang mata amber yang sedari tadi mengawasinya. Syaoran tertegun sejenak, kemudian tersenyum. Ia berjalan mendekati Sakura pelan – mereka berdetak berirama, namun cepat. Memainkan melodi keindahan cinta. Syaoran memegang bahu Sakura, dan mencium kening Sakura. Jantung Sakura berdetak makin cepat. Kaget, senang, bercampur menjadi satu. Ia mengangkat wajah, dan melihat wajah pemuda yang ia cintai, tersenyum kearahnya. Syaoran mendekatkan bibirnya ke telinga Sakura. "Aku juga mencintaimu Sakura" bisik Syaoran, pelan sekali.
Tak terasa, dua butir air mata telah mengalir dari pelupuk mata Sakura. Lalu sang putri pun memeluk Syaoran dan menangis tanpa suara.
"Kenapa menangis tuan putri?" Tanya Syaoran lembut, sambil mengelus rambut Sakura.
"Jangan pergi Syaoran…" suara Sakura teredam oleh suara isak tangisnya.
"Aku harus Sakura, demi negeri ini, aku harus. Aku pun berat melakukannya, berpisah denganmu. Jangan membuatku tambah berat melakukannya dengan tangismu. Aku pasti kembali." Bisik Syaoran
"Kalau begitu, Syaoran harus janji." Ucap Sakura sambil melepaskan diri dan memperlihatkan kelingkingnya.
"Ya, aku janji Sakura." Syaoran tersenyum, lalu melingkarkan kelingkingnya, ke kelingking Sakura.
Tak lama, hujan berhenti. Setelah mengantarkan Sakura ke Istana, Syaoran pamit pulang. Ia berlari sambil melambaikan tangan, kemudian menghilang di tikungan.
*Flasback End*
"ya, aku percaya, Syaoran pasti kembali. Aku yakin" Sakura tersenyum. Ia berdiri, dan menarik tangan Fai.
"Mau kemana tuan putri?" tanyanya pada Sakura.
"Temani aku bermain dengan hujan ya? Aku mau bertanya, kapan ia mengembalikkan Syaoran padaku." Sakura tersenyum pada Fai. Fai mengangguk dan mengikuti Sakura dengan senyuman.
.
I've missing you so bad
In the middle of the rainfall
When the rain, shed along with the teardrops
When memory passing through my brain
Memory when I must let you go
When the rain take you with
I'll be waiting, always be
Until the rain smiling
And give you back to me
Chapter 1 end….
