Disclaimer : Kamichama Karin By Koge Donbo

Story : Malam Minggu Karin

Pairing : Kazune Kujyo & Karin Hanazono.

Warning : Gaje, Typo, ancur, ngak nyambung, sulit dimengerti, OOT, dll.

.

.

HAPPY READING

Selamat membaca Fic aneh ini ya..., semoga aja ngak akan menimbulkan efek pusing berkelanjutan :D

.

.

"Huwaaaa, kenapa nasibku malang sekali hiks hiks"

Hari ini adalah malam minggu yang paling mengenaskan bagiku. Seluruh sahabat-sahabatku semuanya pergi kencan dengan pacar mereka masing-masing. Dan Kazune orang yang selama ini aku sukai justru pergi entah kemana meninggalkan aku sendirian di rumah sebesar ini. Ya memang sih cintaku ini bertepuk sebelah tangan. Tapi bukankah tak apa jika aku berharap walaupun pada akhirnya aku hanya akan ditinggalkan oleh Kazune.

"AAAAAA, AKU MAU PERGIIIII" mulaikan aku berteriak-teriak gaje di dalam kamar.

Kring kring

Kubiarkan HP ku ini terus berdering, malas banget buat ngangkatnya. Paling-paling yang nelpon Kazusa, kalau ngak begitu Himeka atau Miyon. Terus pasti mereka mau bilang bahwa kencan mereka sukses besar. Lalu nasibku disini akan tambah mengenaskan. Kalau seperi itu sih ogah banget buat ngangkat telepon.

Kring kring

Kenapa sih mereka engak nyerah aja. Masak teman engak ada peka-pekanya sama sekali.

Kring kring

Masih tetap bunyi juga? Terpaksa deh aku angkat teleponya. Baiklah Karin mari siapkan mental mu untuk menerima kabar yang akan membuatmu semakin terpuruk.

"Moshi-moshi ini siapa?" tanyaku malas.

"Hei gadis bodoh kamu kemana saja. Angkat telepon saja lamanya minta ampun" omel seorang cowok berambut pirang dari balik telepon sana.

"Ka kazune kun"

Hee kenapa Kazune kun menelpon ku, a apa jangan-jangan Kazune kun mau.

"Dasar gadis bodoh, cepat datang ke sekolahan sekarang"

Sekolah? Untuk apa? Kan mana mungkin orang kencan di sekolahan, huh pupuslah sudah harapan ku.

"Hei Karin jangan diam saja. Cepat datang sebelum jam 5"

"Eh eh Kazune kun mana bisa. Sekarang saja sudah jam setengah lima, bagaimana mungkin..."

"Aku tidak terima alasan, cepat datang"

"Tapi?"

Tut tut tut, tuhkan malah dimatikan. Memangnya apa sih yang ingin Kazune lakukan sampai menyuruh ku ke sekolahan segala.

.

.

"Kazune kun dimana sih?"

Katanya aku disuruh datang ke sekolahan tapi dianya sendiri menghilang entah kemana. Benar-benar menambah daftar kemalanganku hari ini.

"Akhirnya sampai juga" ucap Kazune yang sekarang sudah berdiri di samping ku.

"Memang ada apa Kazune kun? Kenapa menyuruh ku kemari?"

"Sekarang aku punya jadwal les tambahan untukmu"

DEG ... tamatlah riwayat ku.

"Ta tapikan ini malam minggu Kazune kun"

"Memang kenapa kalau malam minggu?"

"Sebenarnya ngak ada bedanya sih, ta tapi kan seharusnya anak muda menghabiskan waktu ini untuk bersenang-senang bukannya belajar"

"Apa kau masih bisa bersenang-senang saat seluruh nilai mu diambang batas"

"Ta tapi Kazune kun, bagaimana jika nanti sekolahannya di kunci?"

Kazune langsung memasukkan tangannya kedalam saku celananya dan mengambil sesuatu. Dan betapa malangnya diriku saat mengetahui apa yang tengah Kazune keluarkan dari dalam sakunya.

Jreng jreng jreng tada... Ternyata Kazune sekarang membawa Kunci sekolahan ini yey (yey apanya yang ada tuh menangis penuh air mata hiks hiks)

"Hehe a aku sudah ada janji Kazune kun"

"Tidak ada alasan, sudah cepat ikut aku masuk" ucap Kazune sambil menarik tangan ku.

... "Ka Kazune kun" dapat ku pastikan kalau wajahku saat ini sudah memerah semerah kepiting rebus yang disajikan di restoran-restoran ternama.

Wah Kazune kun menarik tanganku? Bagaimana mungkin, wah senangnya. Aku harap Kazune kun tidak pernah melepaskan tanganku dari genggamannya. Semoga saja.

Tapi harapan ku kembali dihancurkan tatkala Kazune kun membawa ku ke ruang perpustakaan.

"Dasar bodoh, bagaimana mungkin soal semudah ini kamu tidak bisa" bentaknya.

"Go gomen"

Lagi-lagi Kazune kun memarahi ku karena aku tidak bisa mengerjakan soal Matematika. Kalau tahu begini, lebih baik aku dirumah saja sendirian sambil meratapi nasibku yang malang. Dari pada harus berhadapan dengan soal-soal matematika yang memusingkan kepala.

"Hei Karin jangan melamun, cepat kerjakan" ucapnya Kasar tidak ada lembut-lembutnya sama sekali.

"Aku tidak mau, aku mau pulang saja, ya Kazune kun ya" rengek ku.

"Tidak"

"Kazune kun ayolah, Kenapa kamu tidak pergi saja kemana gitu, biarkan aku pulang"

"Tak akan gadis bodoh"

"Hiks hiks Kazune kun jahat hiks"

Aku tidak tahan kalau terus begini, biarin aja Kazune kun melihat ku menangis. Ini kan malam minggu, seharusnya aku bisa bersenang-senang bukannya belajar mati-matian.

"Baiklah, kita akan pulang tapi dengan satu syarat"

"Syarat?"

Kazune kun kemudian mengajakku pergi ke lapangan sepak bola dan mengambil sebuah bola sepak dan meletakkannya di tanah.

"Sebenarnya syaratnya apa sih Kazune kun?" tanya ku jengkel.

"Coba kamu rebut bola ini dari kaki ku dan masukkan kedalam gawang. Jika kamu bisa melakukannya maka kamu boleh pulang"

"Jadi maksudnya ini nantangin"

Kazune hanya mengangkat kedua bahunya.

"Baiklah demi pulang akan aku lakukan apa pun"

"Benarkah, kalau begitu ayo"

... Priiitttt...

Aku langsung berlari ke arah Kazune kun dan berusaha mengambil bola yang ada di kakinya, namun kenapa susah sekali.

"Kazune kun, mengalahlah" ucapku sambil menarik-narik tangannya agar memberikan bola itu kepada ku.

"Enak saja, kalau mau ambil saja sendiri"

Kemudian Kazune menendang bola itu ke atas dan sangat tinggi.

"Bola tunggu" ucap ku sambil mengejar bola yang sudah jatuh ke tanah.

"Nah akhirnya kena juga" ucap ku senang saat kaki ku berhasil menyentuh bola ini.

"Tidak semudah itu" ucap Kazune dari belakang ku.

"Hee bolaku mana?"

"Apa ini yang kamu cari?"

"Bagaimana mungkin?"

Sulit dipercaya, kenapa sekarang bola itu ada di kaki Kazune. Ini tidak bisa dibiarkan. Akupun kembali mengejar bola yang ada di kaki Kazune.

"Kazune kun, diamlah jangan banyak bergerak"

"Kamu pikir ini permainan apa?"

"Tapi aku tidak bisa mendapatkan bola ini?"

"Makannya usaha"

Kazune masih terus menggiring bola itu dengan lihainya. Baiklah ini adalah satu-satunya cara. Tadi syaratnya kan rebut bola ini dari kaki nya dan masukkan ke dalam gawang. Itu artinya tidak ada peraturan yang megatakan kalau aku harus merebut bola itu dengan kaki.

"Kazune kun berhenti dulu"

"Ada apa?"

Kini Kazune kun sudah menghentikan gerakannya. Inilah waktunya aku mendekati Kazune kun.

"Hei jawab ada apa?"

Kemudian aku langsung membungkukkan badan ku tepat di depan Kazune kun.

"Hei Karin apa kau sudah mengaku kalah"

Enak saja, mana mungkin aku mengaku kalah.

"Sekarang"

Aku langsung mengambil bola yang ada di kaki Kazune dengan tangan ku dan berlari menuju gawang dan kemudian...

"GOL" teriakku.

"Hei itu tidak adil" ucapnya berlari ke arah ku.

"Tentu saja adil, tadikan tidak ada peraturan yang menyatakan aku harus merebut dan memasukkan bola ini dengan kaki bwek" ucapku dengan kuakhiri dengan menjulurkan lidah ku ke luar.

"Yey, yey, yey, pokok nya aku menang yey, yey, yey" ucapku senang sambil joget-joget.

"Huh baiklah aku kalah"

"Hahaha akhirnya aku bisa mengalahkan seorang Kazune Kujyo kasihan deh" ejek ku kepada Kazune.

Akhirnya aku punya hal yang bisa aku gunakan untuk mengejek Kazune. Ini benar-benar menyenangkan hahahaha, rasakan ini Kazune kun.

"Dasar gadis payah, kau itu curang jadi jangan terlalu membanggakan diri" ucapnya kesal.

"Cie cie ada yang lagi kalah nih cie cie"

"Kaaarrriiinnn" ucap Kazune dengan menunjukkan aura yang WOW.

"Waaaa waktunya kabur"

Langsung saja aku berlari meninggalkan Kazune. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan ku ke belakang sehingga membuatku menabrak orang yang menarikku itu.

"Itai" kuelus-elus kepalaku yang baru saja membentur tubuh orang itu.

Lantas kutatap wajah orang yang tengah menarikku saat itu.

"Ka Kazune kun" ucap ku gugup.

Kenapa Kazune kun melakukan ini. Kazune kun kemudian mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah ku sehingga jarak wajah kami benar-benar tinggal beberapa centi lagi.

Dag dig dug, dag dig dug

"Kali ini ku biarkan kau menang" ucapnya padaku.

Kemudian Kazune kun menjauhkan wajahnya dari wajah ku dan akhirnya kami pulang bersama-sama ke rumah.

"Masih panas" ucapku dalam hati sambil mengipas-ipasi wajah ku yang sudah semerah samballado ini.

Padahal ini sudah satu jam setelah kejadian tadi, tapi kenapa rasanya jantungku masih terus berdetak lebih cepat. Sekarang aku tarik lagi semua kata-kata ku soal malam minggu yang mengenaskan. Yang benar ini adalah malam minggu yang terindah dan terbaik.

.

.

.

TBC / OWARI

.

.

.

Hallo Minna, sekarang salisa udah datang lagi dengan satu FF terbaru salisa.

Gimana ceritanya ngak nyambung bangetkan. Jadi Minna FF ini enaknya salisa buat menjadi multichapter atau Oneshoot.

Tolong sarannya ya Minna...

Oh ya sampai lupa..., untuk semua readers REVIEW PLEASE...