"Tubuhmu kecil apa yang bisa di pamerkan?" Balasku cuek, mengabaikan bibirnya yang mencebik setengah jengkel, setengah merajuk padaku.
"Kau giant menyebalkan" dia mencubit perutku dengan gemas sebelum bersidekap. Melipat tanganya di dada dengan dagu terangkat seolah menantangku "aku juga bisa seperti model-modelmu" katanya ketus.
Aku tersenyum geli mendengar perkataanya. Tentu saja. Batinku. Kembali mengabaikanya dengan melepas satu persatu kancing kemeja putihku setelah seharian bergulat dengan sinar matahari karna pemotretan kali ini di luar ruangan.
"Chanyeeeooolll" rengeknya.
"Hm?" balasku.
"Ugh kau benar-benar menyebalkan" dia melemparku dengan bantal begitu aku beranjak berdiri dari atas ranjang kami.
Aku tertawa menanggapinya "Iya sunshine, aku juga tau kalau aku ini tampan"
Baekhyun memajukan bibirnya kesal. "Tidak ada jatah untuk malam ini!" Dia mendengus sebelum merebahkan diri di atas ranjang dan berbalik memunggungiku.
Astaga.
Aku terkekeh sesaat lalu melenggang ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dia masih di posisi yang sama ketika aku keluar dari kamar mandi. Setelah selesai mengganti pakaian untuk tidur aku menyusulnya, merebahkan diri berbaring menyamping untuk memeluknya dari belakang.
"Sunshine," bisikku. Dia tidak menyahut, tapi aku tau dia tidak sedang tidur "Marah?" Tanyaku sambil mengecupi tengkuknya dan baekhyunku menggeliat karena geli.
"Ish lepas! Jangan peluk-peluk," Dia meronta mencoba melepaskan dekapanku yang maaf-maaf saja aku justru semakin mengeratkan dekapanku di perutnya, tapi sebisa mungkin memberi kelonggaran agar janin di dalam perutnya tidak terjepit.
Iya janin. Istri mungilku ini sedang hamil tiga belas minggu, dia memiliki diriku di dalam tubuhnya "Jangan banyak bergerak, Baek" tegurku pelan, dia berhenti meronta tapi sebagai gantinya dia mengangkat tanganku yang melingkarinya untuk di gigit sekuat tenaga.
Sontak aku melepaskan dekapanku lalu memegangi bekas gigitanya di lenganku "Baek" ringisku, rasanya berdenyut-denyut ngilu sungguh.
Dia berbalik ke arahku hanya untuk menjulurkan lidah mengejek dan berseru "Rasakan!" lalu tertawa-tawa setelahnya.
Aku mendengus geli melihatnya, rasa ngilu di lenganku lenyap begitu saja hanya karna melihatnya tertawa hingga mata kecilnya tenggelam, dan itu menggemaskan.
"Jahat sekali" cibirku bermaksud menggoda.
Dia berhenti tertawa lalu menatapku dengan mata memicing "salah sendiri kau menyebalkan" balasnya.
"Iya," Aku mengalah "Jadi, maukah Paduka Ratu memaafkan hamba yang menyebalkan ini?" lanjutku, "Hamba ingin segera tidur dengan memeluk Paduka Ratu sepanjang malam setelah lelah seharian berkerja"
Baekhyun mengerutkan dahinya dengan bibir berkedut menahan tawa "Akan ku maafkan asal besok kau membelikanku ice cream strawberry!"
"Deal" balasku menyanggupi.
"Uh yang besar?"
"Iya sayang"
"Oke," dia merentangkan tanganya "sekarang rakyatku yang jelek in boleh memeluk Ratu"
Aku berdecak main-main. "Rakyat jelek katamu?" aku menyempatkan diri untuk menyentil hidungnya sebelum kembali membawanya ke dalam dekapanku.
Dia tertawa dan mengangguk di dadaku "Iya kau rakyat jelek! bodoh sekali ya ratu sepertiku mau-mau saja di nikahi rakyat jelek sepertimu" dia menggumam lalu menguap setelahnya.
"Baek"
"Hm"
"Kau lupa memberiku jatah malam sebelum tidur" candaku.
Baekhyun tidak lagi menyahuti. Dia sudah tidur? Aku menunduk untuk melihat wajahnya yang sudah terlelap dengan nafas teratur. Sungguhan sudah tertidur ternyata.
"Good night, Sunshine" bisikku sebelum mengecup bibir tipisnya, lalu mengusap perutnya dengan lembut, "Selamat tidur juga untuk anak ayah"
Aku melirik jam di dinding kamar lalu memutuskan untuk memejamkan mata, menyusul istri kecilku untuk tenggelam ke alam mimpi. Pukul setengah satu.
... FIN ..
