SHERRY'S REASON
Genre: Romance, Friendship
Rated: K+
Pair: Lloyd/Sherry
Disclaimer: Terakhir kali main Harvest Moon Grand Bazaar sih, masih kecantum Marvelous Inc.
Summary: Sherry adalah gadis cantik dari Kota Zephyr. Tak sedikit penggemarnya yang berasal dari kota lain yang mau repot untuk datang ke bazaar hanya demi melihat Sherry. Memang, penggemarnya tak sebanyak penggemar Marian. Tapi toh tak hanya petani yang ingin mencari bibit saja, melainkan banyak pemuda yang mampir ke standnya hanya untuk sekedar melihatnya. Tapi mengapa ia justru memilih pemuda yang dapat dikatakan err… miskin ekspresi?
A/N: pengennya bilang ini sekuel dari Harmony Day Love jadi dibaca dulu aja #Plak~! Salah, dink. Tapi kalo dibilang sekuel bukannya nyambung ya, ceritanya? Fic ini cuma ada hubungannya. Jadi ada adegan di Harmony Day Love yang (mungkin) keselip di sini.
Warning: Typo, OOC, alur kecepetan, ending maksa, flashback seret ide, etc, etc… xp
Don't like? Don't read~
Like? Happy reading~
.
.
.
.
.
Chappie 1: The Meeting
-Summer 19th, year 3, at 6.00 p.m.-
-Gretel's House-
Normal POV
"Sempurna~" kata istri dari satu-satunya pengajar di Kota Zephyr. Ditatanya ruang tamu rumahnya sedemikian rupa. Tak lupa ia juga menyiapkan camilan untuk mereka –ia dan teman-temannya- yang berjanji akan berkumpul sekitar pukul 7 p.m. untuk mengobrol sambil melakukan perayaan sederhana untuk Sherry yang dua hari lagi akan menikah.
"Tok… tok…" suara ketukan pintu mengalihkan petani wanita itu dari kesibukannya. Ia segera membukakan pintu dan tersenyum ketika mendapati siapa tamunya. Seorang pemuda emerald dan gadis ruby berdiri di depan rumahnya. Sang pemuda tersenyum riang, sedang gadis di sampingnya hanya bisa tersenyum canggung. Ia masih terlalu malu karena pemuda emerald itu menggenggam tangannya sepanjang perjalanan ke rumah Gretel.
"Wah… kalian sudah semakin mesra saja, ya? Ayo, silakan masuk," ajak Gretel pada keduanya. Dirk –pemuda emerald- menanggapinya dengan ceria –seperti biasa-, sedangkan Antoniette –gadis ruby- mengangguk sambil menahan rona di wajahnya, menanggapi pujian (atau ejekan?) dari Gretel di awal percakapan mereka.
"Aku pulang sayang," bersamaan dengan pintu dibuka, masuk seorang pemuda dengan wajah yang hampir menyerupai Dirk, namun dengan garis wajah -?- yang jauh lebih tegas yang menampakkan kedewasaannya. Wajahnya langsung memerah ketika dilihatnya Dirk dan Antoniette sedang menatapnya cengo. Sedetik kemudian tawa meledak dari Dirk.
"Hahaha~ Kakak mesra sekali~ aku jadi iri~" kata Dirk dengan nada mengejeknya yang khas.
"Ah, kukira masih belum ada yang datang. Padahal aku sudah sengaja pulang lebih awal," katanya sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal, menyembunyikan rasa malunya.
"Hehe~ tidak perlu malu begitu, Kak. Aku 'kan tadi hanya bercanda~ lagipula aku itu adikmu~" kata Dirk berjalan mendekati Ivan, lalu menepuk bahu kakaknya. Ivan menatap lembut ke adiknya, teringat dengan sifat adiknya yang kekanakan. Ia hampir lupa dengan sifat adiknya yang suka mengejeknya. Sepertinya ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Ia mengalihkan pandangannya ke Antoniette, masih canggung. "Oh~ ayolah, Kak~ Antoniette juga nantinya akan jadi adik Kakak," sahut Dirk, seolah mengetahui apa yang ada di pikiran Ivan. Mendengar itu, wajah Antoniette kembali bersemu, sedangkan Gretel yang dari tadi melihatnya hanya terkikik.
"Tok… tok…" suara ketukan pintu kembali mengalihkan Gretel dari pembicaraan mereka. Ia kembali membukakan pintu, dan tersenyum –lagi-. Di hadapannya berdiri seorang pemuda brunette yang sedang merangkul mesra seorang gadis auburn.
"Kakak~ tumben kakak datang ke sini," kata Gretel riang. "Ah, pasti kakak mau datang karena Freya yang mengajak. Sedangkan ajakanku kemarin ditolak mentah-mentah," lanjutnya memasang wajah cemberut. Hansel –pemuda brunette- hanya tertawa renyah, sedangkan Freya –gadis auburn- tersenyum ramah.
"Adikku ini…" kata Hansel sambil mencubit pipi Gretel.
"Aww~ kakak~!" teriak Gretel ketika Hansel melepaskan cubitannya. Ia menggosok pipinya dengan tangan kanannya.
"Hei, Ivan. Istrimu ini tukang ngambek, ya?" kata Hansel pada Ivan, yang mungkin lebih tepat dikatakan sebagai ejekan untuk Gretel. Freya yang melihatnya menyikut pelan lengan pasangannya. Hansel yang mengerti hanya mengangguk dan tersenyum kepada Freya. Freya membalas senyumannya lembut. Pasangan yang serasi, bahkan mereka mampu berbicara hanya melalui gesture sederhana. (A/N: co cwit~ #plak~!)
Ivan? Ia hanya menanggapinya dengan terkikik geli, menahan tawa.
"Ivan~ seharusnya kamu 'kan membelaku," rengek Gretel.
"Haha~ maaf. Tapi lebih baik kau mempersilakan mereka masuk, 'sayang'. Tidak baik membiarkan tamu berdiri di depan pintu saja," kata Ivan, memberi penekanan pada kata sayang. Sudah tidak malu lagi rupanya. Wajah Gretel merona ketika Ivan memanggilnya sayang. Ayolah, sekalipun Ivan terbiasa memanggilnya begitu, tapi tidak di depan tamu, bukan?
"Ah, iya. Kalian berdua, ayo masuk," kata Gretel canggung.
Sebelum pintu rumahnya ditutup, Gretel melihat seorang pemuda dengan pakaian orange-kuning dan gadis berpakaian putih-pink berjalan menuju rumahnya sambil bercakap-cakap. Ketika melihat Gretel sedang mengamati mereka, mereka berhenti sejenak, berbicara satu sama lain, lalu berlari kecil. Gretel yang melihatnya hanya merasa heran. Mereka berdua tidak sedang diburu waktu 'kan?
"Yay~! Aku menang! Berarti bazaar berikutnya, kamu harus menraktirku, Honey," kata Daisy, si gadis pink-putih, yang tiba terlebih dahulu.
"Baik, Dear. Everything for you, my Muse," gombal Angelo, pasangan Daisy, ketika ia sampai di halaman rumah Gretel.
Gretel yang mendengarnya hanya terkikik. Bagaimana tidak? Ia memang ingat Angelo suka bertaruh. Tapi biasanya dengan Dirk, atau akhir-akhir ini Hansel. Tapi ia tidak pernah melihat Angelo mengajak Daisy bertaruh. 'Dasar maniak taruhan,' batin Gretel. Tanpa perlu berbasa-basi, Gretel mempersilakan pasangan di depannya untuk masuk dan bergabung dengan yang lainnya.
.
.
.
-Summer 19th, year 3, at 7.32 p.m.-
-Gretel's House-
Normal POV
"Iya~ aku juga heran mengapa paman Claude masih belum mengizinkan aku dan Antoniette menikah. Padahal dulu waktu aku menyatakan perasaanku padanya, paman Claude berjanji akan membahasnya setelah kakak menikah. Aku 'kan ingin cepat-cepat menikah dan punya anak yang lucu-lucu," kata Dirk dengan nada menggerutu. Antoniette sedari tadi hanya berusaha menutup wajahnya dan mengatur irama jantungnya yang berantakan. Ya, sedari tadi topik yang mereka bicarakan mengenai kapan Dirk akan menyusul kakaknya. Hansel? Ia sudah terlebih dahulu menikah dengan Freya sebelum Ivan dan Gretel menikah. Kalau ditanya alasanya, ia tidak mau dilengkahi adiknya -salah satu keegoisan Hansel-. Sedangkan sekalipun Angelo dan Daisy belum menikah, namun mereka sudah merencanakan pesta pernikahan yang meriah di akhir tahun.
"Kurasa, orang yang tadi disebut paman Claude itu berharap kamu lebih dewasa lagi, Dirk. Tidak perlu seperti Lloyd atau kakakmu. Seperti aku saja," kata Hansel menyeringai, memamerkan sederet gigi putihnya.
"Huh~! Kakak dewasa? Aku salah dengar sepertinya?" ejek Gretel sambil meletakkan tangan kirinya di samping telinga kirinya. Hansel yang mendengar hanya memelototinya sebagai tanda protes. Sedangkan yang lainnya hanya tertawa menyaksikan pertengkaran kakak-beradik ini.
"Eh, ngomong-ngomong tentang kak Lloyd, aku heran mengapa kak Sherry bisa suka dengannya. Padahal fansnya kak Sherry 'kan lumayan banyak. Mengapa ia justru memilih kak Lloyd yang galak itu?" tanya Dirk pada yang lainnya. Yang lainnya hanya menanggapinya dengan menggeleng. Tidak ada yang tahu alasannya.
"Iya juga, ya? Sebaiknya nanti kita tanyakan pada Sherry atau Lloyd sekalian. Tapi sudah jam segini, mereka belum datang juga. Apa mereka lupa, ya?" tanya Gretel sambil melihat jam.
"Rasanya tak mungkin Sherry lupa. Ia 'kan-"
"Tok… tok…" suara ketukan pintu memotong perkataan Ivan.
"Mungkin itu Sherry dan Lloyd," kata Freya. Gretel mengangguk, lalu berjalan ke arah pintu. Dibukakannya pintu. Ia terkejut ketika melihat sosok yang ada di depan pintunya. Seorang gadis berpakaian biru dengan seorang laki-laki kekar.
"Aku hanya mengantarkan Sherry karena ini sudah malam. Tadinya ia menunggu Lloyd di rumah. Tapi Lloyd menelepon dan mengatakan kalau di Kota Mineral sedang ada badai musim panas sehingga ia tidak bisa pulang hari ini," kata Felix menjawab tatapan heran dari Gretel. "Nah, ayah pulang dulu. Jangan pulang terlalu larut. Selamat bersenang-senang," kata Felix. Sherry hanya mengangguk menanggapi nasihat ayahnya itu.
"Gretel?" tanya Sherry cemas melihat si empunya rumah tengah berdiri kaku.
"Ah, iya," tukas Gretel cepat. Sepertinya otaknya masih mencerna separuh dari perkataan walikota Zephyr ini. "Ayo masuk Sherry," ajaknya.
.
.
.
A/N: Ray kembali setelah sekian minggu (Readers: gapentingg!)…. Dan yaaa, Ray kembali di Harvest Moon: Grand Bazaar! Ahaha~ tapi anoo~ ini koq fandom Harvest Moon sepi kali yak? Huhu~ ayo ramaikan lagi fandom Harvest Moon #joget #geplaked
Fic ini Ray buat disela-sela jam kelas kala ngantuk, jadi ya beginilah jadinyaa… rada nyasar-nyasar… #blush… Tapi mungkin karena Ray yang over-pede, jadi fic ini tetep Ray publish dengan coret-sana-coret-sini… #ketawamiris
Ray bingung ini mau cuap-cuap apaa… saking lamanya ga maen ke fanfic… o yaa, fanfic ga bisa dibuka dari hape yak? Apa Cuma hape Ray doang yang ga bisa yahh? Mao baca fic ga masup-masup… TT
Soal typo dan format penulisan Ray yang ancur lebur, Ray minta maap yaa… Ray ga konsisten… Tapi Ray bakal usaha keras lagi buat nyelesaiin fic ini dengan format yang err… seengganya masih bisa dibaca dan dipahami… hehe~ laluu, Ray rada bingung sih… kalo perempuan udah nikah itu masih disebut gadis apa udah beda lagi sih panggilannya? kalo ngelanjutin chappie nyaa, Ray ga berani janji bakal kelar cepet… Tapi Ray usahain libur taon baru Ray update #aminamin~
Sepertinya Ray terlalu cerewet #liat A/N di atas…. Errr…. Mind to Review? #senyumempatjari
Arigatou~ ^^
