Author: Minna~~! Readers tertjintah X3 /alaylu sudah lama kita tidak berkomunikasi lewat internet (?) Ada yang masih ingat saya? :3

Himaru: Tidak mungkin ada yang ingat, jangan mimpi habisnya author ganti penname mulu sih -_-

Author: Entar juga ganti lagi :3 /nyedh

Himaru: Author jangan ganti terus, entar lama-lama readers lupakan, lho

Author: E―Eh...? *kabur nangis dipojokan (?)*

Himaru: Baka da na... Kembali, author! *nyeret author*

Author: Yosh, kali ini saya mau buat fanfic yang ga horror tapi genrenya horror (?) Silahkan membaca~

Kamichama Karin © Koge Donbo

Hitori Kakurenbo © Chang Mui Lie

WARNING: OOC, OOT, GAJE, TYPO, DLL

AUTHOR NOTE!: Jangan pernah memainkan ritual ini. Dimainkan? Jangan kutuk authornya /nyedh


Hitori Kakurenbo, apakah kalian pernah mendengar permainan itu? Permainan yang berasal dari Jepang ini, permainan yang mengirim arwah seseorang ke dalam wujud boneka. Dan lagi, seseorang yang sangat kau sayangi bisa saja menghilang karena permainan ini. Ritual ini berupa permainan petak umpet yang biasa dilakukan anak-anak diluar sana namun, yang ini lebih berbeda lagi. Permainan ini dilakukan sendiri! Ingat? SENDIRI! Biasanya anak yang memainkan ini bermainnya bersama dengan setan yang akan menggerakkan boneka yang dipakai. Seperti apakah ritualnya? Tepatnya, tokoh-tokoh dicerita ini akan menceritakannya.

Di sebuah mansion, terlihat 3 orang anak yang berada dalam sebuah kamar sedang bermain bersama. Namun, sebenarnya mereka masing-masing pun merasa sangat kesepian. Orang tua ketiga anak itu sudah meninggal. Sementara itu, seorang pelayan dari keluarga Kujou pun yang akhirnya mengurus ketiga anak itu.

KLEKK!

"Nona Himeka, Tuan Kazune dan Tuan Michiru, aku sudah mempersiapkan makan malam. Mari ke ruang makan" Ajak pelayan itu.

"Arigatou, Q-chan" Kata seorang gadis berambut hitam pendek yang disebut Himeka itu.

"Yeyy! Ayo makan!" Ajak anak lain berambut karamel dengan kedua matanya yang bersinar biru azure, ia adalah Michiru.

"Ayo" Ajak anak lelaki lain yang berambut blonde terang bernama Kazune.

Mereka lalu memasuki ruang makan dan duduk di atas kursi. Di malam itu, ruang makan itu mulai dihuni mengenai suatu pembicaraan yang diceritakan oleh Himeka.

"Nee, nee, akhir-akhir ini, kelasku mulai membicarakan soal cerita 'Hitori Kakurenbo', lho. Kalian tau?" Tanya Himeka membuka pembicaraan.

"Saa na. Sore tte nanda?" Tanya Kazune cuek.

"Sepertinya aku pernah mendengarnya. Itu ritual permainan bukan?" Tanya Michiru.

"Um. Katanya, seorang saudara dari temanku pernah melakukannya. Tanoshikatta tte" Kata Himeka polos.

"Tanoshi?" Sahut Kazune dan Michiru bersamaan.

"Um! Nee, nee, bagaimana kalau kita mencoba permainan ini?" Tanya Himeka.

"Hah? Baka desuka? Itu ritual yang berbahaya tau!" Ucap Kazune.

"Tak apa. Lagipula Q-chan malam ini kan pergi. Ayo main!" Ajak Himeka.

"Oi, Himeka, mungkin apa yang dikatakan Kazune benar. Sebaiknya kita jangan memainkan ritual game itu. Kita tak akan tau apa yang terjadi nanti" kata Michiru.

"Sudahlah~ Jangan khawatir! Aku tau kok cara memainkannya. Dakara, ayo kita coba mainkan malam ini!" Seru Himeka bersemangat.

Pada akhirnya, Kazune dan Michiru pun hanya bisa pasrah karena dipaksa berkali-kali oleh Himeka, bahkan Kazune diancam akan diberikan setoples serangga apabila ia tak mau ikutan. Dan malam yang 'menyenangkan' itu pun dimulai. Ketiga anak itu mulai menyiapkan bahan-bahan untuk memainkan ritual tersebut. Mereka lalu membawa bahan-bahan tersebut ke kamar mandi.

"Baiklah, Kazune-chan sudah bawa nasi, jarum dan benangnya? Micchi juga? Ayo kita mulai! Aku sudah bawa bonekanya" Kata Himeka menunjukkan sebuah boneka beruang.

"Senjatanya?" Tanya Michiru.

"Pilih saja, mau pakai pisau atau gunting?" Tanya Himeka.

"Kita tak boleh main dengan senjata tajam. Kita masih kecil, bahaya tau" Ujar Kazune.

"Benar. Mengapa kita tidak menggunakan pensil saja?" Usul Michiru.

"Ayolah, kalian laki-laki bukan? Nah, sekarang ayo kita operasi boneka ini!" Seru Himeka.

Himeka lalu menggunting boneka itu dibagian tubuhnya dan mengeluarkan semua kapas yang ada didalamnya. Ia lalu memasukkan nasi yang tadi dibawa Kazune dan mengambil jarum. Ia menoleh ke arah Kazune dan Michiru sehingga membuat kedua anak lelaki yang kawaii itu agak takut.

"Ayo, berikan setetes darah kalian masing-masing" Kata Himeka memberikan mereka masing-masing jarum.

"Apa kau yakin akan baik-baik saja, Himeka?" Tanya Kazune.

"Ii yo. Masukkan tetes darah kalian ke dalam nasi ini" Kata Himeka lalu memasukkan darahnya ke dalam nasi yang tadi dimasukkan ke dalam boneka itu. Michiru dan Kazune pun ikutan melakukan hal yang sama. Setelah itu, Himeka menjahit tubuh boneka itu dengan benang merah.

"Yosh! Nanti jam 3, kita bangun dan bermain! Ah, tokorode, aku harus memberi nama untuk boneka ini" Kata Himeka.

"Bagaimana kalau Kiro?" Usul Michiru.

"Nama yang bagus, baiklah, kita akan memberinya nama Kiro" Kata Himeka.

Himeka memasukkan Kiro ke dalam bak yang sudah diisi penuh dengan air. Setelah itu, mereka pun kembali ke kamar dan beristirahat.


KRINGG!

Jam alarm mulai berbunyi di kamar ketiga anak itu ketika sudah tepat pukul 3. Himeka, Kazune dan Michiru langsung bangun dan mempersiapkan semuanya. Mereka menggunakan pisau kecil namun benar-benar tajam untuk ritual ini. Hal yang pertama harus mereka siapkan adalah lilin dan air garam. Kazune kemudian menaburi garam didepan kamar Q-chan.

"Ha, nani shiteru no, Kazune-kun?" Tanya Michiru.

"Menaburi garam agar jika boneka itu benar-benar hidup, ia tak memberantaki kamar Q-chan. Nanti Q-chan bisa-bisa curiga" Jawab Kazune.

"Souka na" balas Michiru.

"Nee, Kazune-chan, Micchi, ayo ke kamar mandi sekarang" Ajak Himeka.

Kemudian ketiga anak itu pergi ke kamar mandi dan melihat boneka itu berada di baknya. Permainan ini akan berlangsung dimulai.

"Kiro yang pertama! Kiro yang pertama! Kiro yang pertama!" Ucap Himeka, Kazune dan Michiru bersamaan.

Lalu mereka pun segera berpencar dan mematikan seluruh lampu yang ada dimansion mereka kemudian bersembunyi di 1 tempat, yaitu lemari di ruang TV.

"1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10!" Himeka menghitung dan disaat hitungan ke-10, mereka bertiga kembali ke kamar mandi dan melihat boneka itu masih berada di tempatnya.

"Micchi, tusuk bonekanya!" Suruh Himeka.

STABB!

Micchi lalu menusukkan boneka itu tepat dibagian dadanya dan kemudian mereka pun menyahut bersama lagi, "Himeka, Kazune dan Michiru yang kedua! Himeka, Kazune dan Michiru yang kedua! Himeka, Kazune dan Michiru yang kedua!".

Himeka dan yang lainnya segera kembali ke ruang TV dan menyalakan TV-nya lalu bersembunyi lagi di lemari yang besar itu. Mereka lalu memasukkan air garam ke dalam mulut mereka. Tidak, tidak ditelan. Bahkan sebenarnya tidak boleh ditelan.

'Apakah boneka itu akan benar-benar hidup?' Pikir Kazune.

'A―Apa yang akan terjadi nanti? Akulah yang tadi menusuk Kiro...' Pikir Michiru ketakutan.

'Yosh, saat Kiro datang, aku harus menyemburkan air garam ini!' Pikir Himeka.

Tak lama kemudian, terdengar suara yang sangat asing bagi mereka. Suara itu seperti ada yang sedang berjalan di rumah ini menuju ke ruang TV.

Dimana kalian...?

Tap! Tap! Tap!

Ketiga anak yang bersembunyi di lemari itu mulai ketakutan namun berusaha untuk tidak menelan air garamnya. TV yang tadi dinyalakan terdengar dari suaranya. Namun, tiba-tiba suara dari TV itu terdengar terus berubah-ubah. Tunggu dulu... ada yang mengganti channelnya!

Aku pasti akan menemukan kalian

Tap! Tap! Tap!

Sesuatu yang berjalan itu kian dekat mendekati lemari, tempat persembunyian mereka.

Tap!

Tap!

Tap!

KLEKK!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

KALIAN SUDAH KUTEMUKAN

"KYAAA!" Himeka berteriak dan akhirnya air garam yang ada di mulutnya pun tak sengaja tertelan.

STABB! BURSHH!

Saat itu, Kiro langsung menusukkan pisau yang tadi digunakan oleh Michiru ke mata kirinya. Namun, Michiru dan Kazune berhasil menyemburkan air garam itu kepada Kiro.

"AAAA! ARGHH!" Michiru langsung berteriak kesakitan.

Sementara Kazune kaget melihat semuanya itu terjadi hanya dalam beberapa detik saja. Dan ia pun teringat apa yang harus diucapkannya, "Aku menang! Aku menang! Aku menang!" Ucap Kazune sesegera mungkin sehingga kini boneka itu tak bergerak.

"Michiru! Himeka! Daijoubu ka?" Tanya Kazune khawatir melihat darah bercucuran keluar dari mata kiri Michiru sedangkan Himeka tiba-tiba pingsan setelah tak sengaja menelan air garam itu.

"Aku akan menelepon ambulan! Matte ne!" Kata Kazune berlari ke meja dan menelepon ambulan secepat mungkin. Ya, setidaknya, hasil yang mereka dapatkan saat itu adalah, mata Michiru harus dilepas. Sungguh amat menyedihkan.

TBC

Author: Akhirnya selese ngetik juga~ Kyah~ /?

Himaru: Apa-apaan itu ceritanya ga serem =='

Author: Go―Gomennasai... Btw, watashi nggak menjamin fanfic ini bisa cepat dilanjutkan XD

Himaru: Doushite?!

Author: Sebentar lagi UKK, jadi author harus belajar ewe QwQ

Himaru: Hahh... Sou dayo na.. Jaa, review ya, minna!