ACZ: YO! CatZ disini.. Maaf CatZ telah ngilang selama beberapa waktu. Soalnya yah.. Lupakan aja lah.. Fic ini merupakan remake dari fic Memories In The School. Tema masih sama, Cuma ceritanya berbeda. Tokoh paling utama disini bukan Akatsuki melainkan Hidan, tapi Akatsuki yang lain masih tokoh yang penting. Entah kenapa tiba-tiba CatZ ini menjadikan doi sebagai tokoh utama *sigh*. Oke selamat membaca.
Disclaimer: Siapa lagi dah kalo bukan Masashi Kishimoto? AeriaCatZ? Tapi boleh juga sih.. *dikeroyok fans Naruto*..
Warning: OOC, miss typo, dan beberapa kejelekan lainnya.
Rate: Karena tokoh utamanya Hidan, buat jaga-jaga kasih T aja.
Genre: Schoo life, Friendship,Drama korea(?), and romance maybe?
Story by: AeriaCatZ
Hidden Leaf High School
Chapter 01
[Prolog]
Terlihat tiga orang sedang duduk di sebuah ruangan, salah satu dari tiga orang tersebut menatao duo orang yang kini duduk didepannya, ia mendengus kecil melihat pasutri yang sedang duduk bergeming karena canggung.
"Pak, buk. Kalian pasti sudah tau lagi kan, kenapa saya memanggil kalian lagi?" Kata seorang wanita yang berusia 40-an yang duduk berhadapan dengan pasutri itu.
"Apa anak saya melakukan kesalahan lagi bu?" Tanya sang istri dari pasutri itu. Wanita itu mendengus lagi dan kemudian menjawabnya.
"Iya, dan bukan hanya itu. Dalam 2 minggu ini dia sudah melakukan 4 kali pelanggaaran! Apa ibu tak tahu bagaimana kurang ajarnya anak ibu?" Kata wanita itu lagi dengan nada tinggi aka wali kelas dari anak pasutri itu.
"Pelanggaran?"
"Iya! Pelanggaran!" Jawab wali kelas itu.
"Selama 2 minggu ini dia selalu ada di absen jam pelajaran pertama, tapi ketika pelajaran berikutnya ia selalu saja menghilang tak tahu ke mana, ia selalu saja seperti hantu disekolah!" Yeah.. Guru manapun pasti risih bila memiliki murid seperti ini.
"Atribut sekolah tidak lengkap, tugas jarang dibuat, selalu menghilang saat pelajaran, tidur di kelas. Dia memang pintar, tapi untuk apa kalau akhlaknya jelek bu! Kalau nilai kepribadiannya C, dia bisa tidak naik kelas! Dari kelas 10 dia masih saja tidak berubah!" Lanjutnya. Sedangkan, suami istri itu menunduk malu mendengarkan ocehan dari wali kelas dari anaknya itu. Orang tua manapun pasti malu mendengar hal seperti ini karena anaknya. Apalagi mendengar kata 'tidak naik kelas' itu. Orang tua manapun tentu saja tidak mau anaknya tidak naik kelas.
"Kami pihak sekolah tidak bisa membantu anak ibu lagi." Sekita mereka terbelalak kaget mendengarnya.
"APA?!"
"Kumohon bu. Bantulah anak kami! Kami tak bisa melihat dia seperti ini bu." Pinta pasutri itu dengan nada memohon.
"Kami tidak bisa membuatnya naik kelas bu. Tapi saya punya cara lain." Ujar nya sambil tersenyum kecil.
'Cara lain?' batin pasutri itu.
"Ya.. Cara lain. Kalian pasti tahu Hidden Leaf High School, kan?" Siapa coba yang tidak kenal dengan Hidden Leaf High School? Sekolah yang dikenal dengan peraturan yang ketat dan kedisiplinan yang tinggi. Sekolah yang menjadi titipan anak-anak nakal dari orangtua mereka. Dengan peraturan masuk jam 7 siang tidak boleh lebih. Bila lebih engkau akan disuruh hormat ke bendera di lapangan selama beberapa puluh menit. Apabila tanganmu turun maka waktunya akan ditambah. Pulang jam setengah 6 sore, termasuk eskul selama 2 jam. Tapi liburnya dua kali seminggu dan juga jam istirahatnya 1 jam.
"Hidden Leaf High School? Sekolah yang terkenal akan kedisipinan yang tinggi itu?"
"Ya. Kalian bisa memasuki anak kalian ke sekolah itu. Sekolah itu pasti bisa merubah anak kalian." Ucap guru itu dengan senyum penuh keyakinan
"Apakah ibu yakin? Takutnya anak saya jadi tertekan karenanya." Kata sang suami yang dari tadi menyimak dengan penuh tidak keyakinan.
"Tentu saja saya yakin! Anak sulung saya juga bersekolah disana. Dulu anak sulung nakalnya minta ampun. Tapi, berkat Hidden Leaf High School anak saya jadi displin dan bertakwa. Terima kasih klinik tongfang, maksud saya Hidden Leaf High School." Ujar guru itu layaknya salah satu pelanggan dari klinik tongfang yang muncul di TV bikin pasutri itu sweatdrop.
"Begitu ya. Kalau begitu terima kasih banyak atas sarannya bu! Saya akan emasuki anak saya ke sekolah itu. Terima kasih. Kami permisi dulu." Ujar Pasutri itu tersenyum riang dan kemudian menyamali guru tersebut dan kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.
~LOL~
"Huaam... Ngatuk banget nih~ Nggak ada yang bisa dilakukan apa disini?" Ujar seorang anak berambut perak klimis dengan mata manik ungu sedang tiduran malas diranjangnya. Sesekali ia menggaruk bokongnya yang tidak gatal itu.
Yeh.. Dia adalah Hatake Hidan. Anak angkat dari Kepala Fakultas Kedokteran dan Editor Komik no 1 di Jepang, yaitu Ikeh Paradise. Yeah.. Memilikin orang tua yang sangat sibuk dan jarang pulang seperti itu pasti sangat membosankan.
Awalnya kalo bisa dibilang Hidan itu anak yang beriman, dan rajin. Entah kenapa sejak dia SMP kelas 3 sikapnya berubah 179 derajat. Tidak ada yang tau mengapa ia menjadi seperti itu termasuk orang tuanya. Tak jarang orang tuanya memegroki dia ssedang membaca majalah maksiat milik papahnya (Kakashi) yang sudah disembunyikan secara baik-baik. Tentu saja bapak dan anak itu langsung disuruh tidur diluar selama 2 minggu berturut-turut. Padahal dulu Hidan yang selalu menceramahi papah (ini memang sengaja ditambah 'h')-nya kalau membaca hal seperti itu sudah dilarang sejak jaman Kerajaan Kutai berkuasa.
Meskipun merugikan papah dan mamahnya, Hidan menguntungkan tetangganya juga. Menguntungkan gimana? Tentu saja dengan merumpiikan kelakuan anak tersebut. Berkat Hidan, ibu-ibu yang suka belaja di tukang sayur keliling selalu mendapat bahan gosip dan kesempatan untuk menambah dosa. Tapi hal itu tidak mengutungkan bagi si tukang sayur itu. Kalian bisa menebak sendiri kenapa.
Bek tu de stori.
Hidan menatap bosan langit-langit kamarnya yang bewarna abu-abu debu itu. Ia mengecek smartphonenya yang mahal itu.
Tak ada pemberitahuan
Ia mendesah.
Untuk apa sih punya Hp bagus kalau tidak ada kabar?. Pikirnya dan meletak smartphone di sembarang tempat.
"Hahh... Bosannya. Tidak ada yang mau bermain denganku ya?" Gumamnya sambil memikirkan sesuatu. Kalau bisa dibilang, Hidan sama sekali tidak punya teman. Kalau dikelas itu hanya sebatas kerja kelompok dan saling menyampa.
Dia seorang penyendiri.
"Tidak ada yang mau bermain denganmu bodoh!"
Tringg..
Sebuah suara bel menandakan bahwa ada pemberitahuan dari ponsel mliknya. Hidan langsung kembali ke dunia nyata dan cepat-cepat melihat itu.
Dari: 086969696969
SELAMAT! Anda berhasil mendapatkan 1000 rupiah dari telok sel. Untuk pengambilan hadiah silakan kunjungi link berikut ini
www. orochimaruseksi. kom
"Tch.. Dari orang kere toh.. Kalo kere mah cari uang sono, malah pake acara penipuan bayi kayak gini." Gerutu Hidan lalu misuh-misuh gak jelas apa yang dia omongin.
Bruk..
Hidan kembali merebahkan dirinya ke kasur.
Grahhh... Membosankan sekali! Lebih baik pergi keluar saja. Usulnya pada dirinya sendiri. Ia langsung memakai jaket hitam andalannya yang masih tertempel label '5 Rp10', dan mengambil kunci motornya.
Tak lupa mengunci pintu dan pergi ngacir gatau kemana gue gak peduli! *digeplak readers*
~LoL~
Hidan mengendarai motornya ke sembarang tempat. Dia gak peduli dia bakal kesasar, yang penting rasa bosannya hilang.
Hidan melihat daerah sekitarnya. Banyak sekali orang-orang berjalan. Ada yang bersama teman-temannya, dan ada juga bersama pacarnya yang entah kenapa tiba-tiba bikin Hidan ama author jadi ngefell.
Hidan memasuki lapangan parkir mall, ia beranjak masuk ke dalam mall itu dan pergi ke game center yang bernama 'Fun Village' *ada yang tau ini parodi dari apa?*.
"Teng.. Teng.. Bangg.. Bangg.."
"Seru banget! Coba lagi yuk!"
"Hinata payah ah."
Kalau bisa dibilang game center itu sangat ramai, bahkan orang yang baru saja ingin main disana mengurungkan niatnya karena keramaiannya. Tapi bagi Hidan dia tak peduli. Yang dia pedulikan bagaimana cara mengusir rasa kebosanannya ini.
Ia melihat permain 'Whack Mole' disana untuk anak-anak 6-12 tahun. Hidan menyeringai. Akhirnya dia menemukan cara untuk menghilangkan rasa bosannya.
Hidan tanpa basa-basi langsung berjalan menuju permainan itu, anak-anak yang sedang asik main permain itu langsung menyingkir melihat Hidan menghampirinya.
"Hei nak! Pinjam satu koin!" Kata Hidan sambil menyondorkan tangan bak bendahara menagih duit kas kepada penghuni kelas yang sudah nunggak uang kas selama 9 bulan.
Dengan muka ragu-ragu, salah satu dari anak-anak itu langsung mengindahkan pintaan Hidan. Meskipun ia masih kecil, ia tahu bahwa nyawa lebih berharga daripada koin game.
Hidan menyeringai.
Ia membuang palu mainan untuk memainkan permainan 'Whack Mole' itu ke sembarang tempat, kemudian ia mengambil palu asli dari tasnya (Author: Buset! Buat apa dia bawa itu?!).
Hidan memasuki sebuah koin ke mesin mainan itu.
Permainan dimulai. Sebuah tikus mainan pertama sudah mucul.
BRAK..
Tikus kedua
BRAK..
Tikus ketiga
BRAK..
Begitu terus. Hasilnya mesin itu KO! Anak-anak yang melihat itu langsung memeluk ibu mereka masing-masing sambil menangis berjamaah. Hidan kembali menyeringai.
"GYAAAAA! MESINNYA!" Teriak salah satu pegawai dari game center itu dengan banjir air mata. Mendengar teriakan itu Hidan langsung ngibrit lari keluar meninggal mesin yang sudah rusak parah akibat kelakuannya itu.
"AWAS LU! KALO GUE KETEMU LU LAGI GEU CINCANG LU TERUS GUE KASIH KE KUCING GUE!" Teriak Pegawai itu.
"Hahaha.. Dasar bodoh.." Ejek Hidan dari jauh.
Skip time + LOL
Hidan memakirkan motor merah besar miliknya di halaman rumah. Ia mengambil kunci rumahnya dari tas kecil hitam yang dibawanya. Sesudah membuka kunci rumah, ia membuka pintu rumahnya.
Tepat di depan pintu itu, ada seorang ibu-ibu berambut ungu, dengan gaya rambut kayak ibu kost di film Kungfu Hustle, dan sedang memegang spatula besi yang ia tepuk-tepukan ke telapak tangannya yang satunya.
Hidan yang tadi niatnya ingin masuk ke rumah dan langsung tidur berubah menjadi langsung menutup pelan pintu dari luar, tapi dihurungkan dari anko yang membanting pintu keras-keras.
"Sini kamu!" Kata ibu-ibu itu garang sambil menyeret-nyeret Hidan masuk dengan cara melilit lehernya dengan tangannya.
"Hek.. Hek.. Iya mih.. Tapi jangan nyekek donk." Jawab Hidan sambil berusaha melepas lilitan mut dari mamihnya itu.
"Hidan! Duduk!" Perintah Anko sambil melempar Hidan ke sofa tamu dan duduk di kursi yang di seberangnya.
"Kamu ini ya! Dibilang berkali-kali selalu kagak pernah ngerti! Kapan kamu kapoknya?" Omel Anko yang masih menggandeng spatula besi. Hidan hanya tak acuh mendengarnya (ACUH ITU PEDULI! CEK KBBI!).
"Mamih datang ke sekolahku lagi ya?" Tanya Hidan cuek tanpa memandang ibunya, Hatake Anko.
"Iya! Dan kamu tau? Mamih malu mendengar rutukan dari wali kelasmu itu! Kamu sampai diancam tidak naik kelas. Tau gak?!" Omel Anko.
"Hah.. Yasudah kalo aku tidak naik kelas!" Jawab Hidan cuek. Mendadak sebuah asap hitam menggempul muncul dari dua lubang hidung Anko. Ia merasa meledak-ledak dan ingin mengubur hidup-hidup anaknya itu. Tapi karena itu anaknya, ia hurungkan niat itu.
"Hidan.. Kalo kamu gini terus, kamu gak bakal bisa jadi orang sukses." Kata Anko dengan nada lemah lembut. Namun mau lembut atau tidak, Hidan tetap cuek.
"Mamih dan papih sudah membuat keputusan." Kata Anko.
"Keputusan?" Tanya Hidan penasaran.
"Iya. Keputusan kalo kami sepakat akan memasuki kamu ke Hidden Leaf High School." Jawab Anko tenang dengan seringai manis membuat Hidan yang matanya ampir nutup langsung melek.
'HIDDEN LEAF HIGH SCHOOL?!' Pekik Hidan dalam hati. Dia akan masuk sekolah yang terkenal akan kedisiplinan yang sangat tinggi itu? Sekolah ter-elit di dunia? NO WAY! Eits.. Jangan salah paham dulu. Hidan berpikir begitu karena dia gak mau masuk ke sekolah yang banyak peraturan begitu.
"APA? SERIUSAN MIH?"
"Iya.." Jawab Anko enteng.
"Gak mau mih! Gue gak mau masuk ke sekolah itu!" Tolak Hidan parno.
"Seriusan kamu gak mau Hidan? Tapi kalo kamu gak masuk sekolah itu, berarti kamu tidak sekolah. Kamu tau kan tidak sekolah maka tidak ada duit jajan. Dan ditambah lagi, kepala sekolah sudah meresmikan kamu jadi murid disekolah itu. Jadi kamu tidak bisa menolak."
Hidan berpikir sejenak.
Tidak sekolah = tidak dapat uang jajan = cuma diem dirumah = dipaksa jadi babu rumah = Anko gendut = membosankan = tidak ada hiburan = tidak ada keasikan = aku mati = Jiraiya mesum.
Hidan menjalankan otaknya yang ukurannya tidak jauh besar dari anak kutu kucing. Akhirnya dia pasrah dan akan mengikuti kehendak mamihnya yang tercinta itu.
Keesokan harinya..
Raja siang sudah mulai bergerak ke langit. Pemuda surai perak itu masih saja molor dengan ekspresi malas.
"Raisa~ Aku mencintaimu Raisa~" Gumamnya dengan membawa-bawa nama Raisa, artis cantik nan terkenal dari Indonesia.
Drap.. Drap.. Drap..
Tersengar langkah kaki berat berasal dari luar kamar Hidan.
"Hidan ayo cepetan bangun! Hari ini kita harus pergi cepat!" Serunya sambil menarik selimut Hidan dan menggoyang-goyangkan bandan anaknya itu dengan tenaga gorilla.
"Aduh.. Sekolahnya besok aja mih! Gue ngantuk nih!"
"Cepetan bangun!"
PLAK! PLAK!
Dengan tamparan bolak-balik , sang kebo perak itu berhasil terbangun dengan mata melotot.
"Ayo bangun! Hari ini hari pertama kamu sekolah. Papihmu sudah berangkat, jadi mamih yang antar." Seru Anko.
"Hoamm.. Iya mih.." Jawab Hidan lesu, dan berjalan malas ke luar kamar. Tapi jalan malas itu tidak lama, karena Anko sudah menyeret-nyeretnya dengan kecepatan kilat.
~LOL~
Pintu kamar mandi terbuka sedikit. Tiba-tiba muncul sosok kepala dari kamar mandi.
"Mih.. Mamih!" Panggil sosok kepala itu.
"Kenapa sayang?" Jawab orang yang merasa yang dipanggil. Ternyata sosok kepala itu Hidan toh.
"Mih.. Ambilin handuk donk!"
GUBRAK!
~LOL~
"Okeh! Gak ada yang tinggal kan?" Seru Anko. Melihat Hidan yang sudah didalam mobil itu tidak menjawab, Anko langsung capcus.
"Yosh! Masih jam 6. 38."
"OKE AYO JALAN!" Seru Anko layaknya semangat masa muda.
~LOL~
10 menit setelah berangkat...
"Mih.." Panggil Hidan dengan muka tanpa dosa.
"Kenapa Hidan?"Tanya Anko tanpa memalingkan muka.
"Tas Hidan tinggal, mih." Jawabnya polos.
"KENAPA TIDAK BILANG TADI!" Teriak Anko stress.
"Soalnya gue males cepet-cepet sampai kesekolah, makanya tasnya kutinggal biar aku lama sampai kesana." Jawab Hidan sangat jujur. Meskipun mulutnya kasar. Hidan tidak pernah berbohong. Ia tidak perduli dia akan dimarahi karena kejujurannya.
"SIALAN! SIALAN!" Umpat Anko dan langsung membanting setir balik arah bikin pengemudi lain kaget.
~LOL~
Sesampainya di sekolah..
"Nah.. Kita sudah sampai.. Selamat tinggal. Pulangnya mamih tidak bisa jemput karena mamih ada tugas sampai besok siang." Ujar Anko dari dalam mobil. Hidan hanya mengangguk pasrah.
"Kelasmu adalah kelas 2-A. Sampai jumpaa.." Ujar Anko sambil melambaikan tangannya dari dalam mobil.
~LOL~
"Yosh! Sedikit lagi karya seniku akan selesai, un!" Seru seorang pemuda dengan rambut pirang panjang dikuncir satu.
"Yappari, Deidara~ Kau membuat rongsokan lagi? Memenuhi kotak sampah saja." Ejek Lelaki (sok) imut berambut merah bikin pemuda pirang itu sebal.
"Ini bukan rongsokan bodoh! Ini seni, un." Protesnya.
"Heh.. Terserah apa yang kau bilang lah." Remeh Lelaki berambut merah itu lalu pergi meninggalkannya.
"HWAAA... Bagus sekali Deidara-senpai~" Puji lelaki bertopeng orange abstrak, yang mungkin mukanya juga abstrak.
"Ck.. Menjauhlah dariku Tobi, un!"Usir Deidara sambil mendorong jauh Tobi.
"Eh... Tapi Tobi cuma mau dekat dengan Deidara-senpai.." Rengek Tobi.
"Tobi berhentilah mengganggu Deidara. Kau bisa diledakkannya." Ujar seorang pria berambut jabrik penuh pierching dari belakang, Pein.
"Heh... Deidara-senpai mengerikan." Jawab Tobi sambil menatap Deidara dengan tatapan aneh.
"Jangan menatapku seperti itu, sialan!" Amuk Deidara.
"Ya ampun kalian ini. Dari pada bertengkar, apa kalian sudah buat PR." Kata seorang wanita berambut ungu dengan hiasan mawar kertas dirambutnya.
"APA PR?" Teriak Pein dan Deidara bebarengan bikin seisi kelas budek seketika.
"Iya, PR sejarah. Oh satu lagi. Jam pelajarannya pertaman loh." Jawab gadis itu enteng.
"APA? SASORI PINJEM BUKU PR LU!" Teriak Pein parno dan langsung nyamber buku pr Sasori yang lagi sibuk disalin oleh cowok berambut jabrik kuning.
"BALIKIN WOI! GUE BELUM SELESAI NYALIN!" Protes cowok berambut kuning jabrik itu.
" Bentar aja kok, Nar! Pelit amat lu!"
Hah.. Kamera! Pindah ke Hidan! *nge-close up muka CatZ yang cantik abizz (readers: HOEK!)*
BUKAN CATZ! TAPI HIDAN! HIDAN!
~LOL~
Hidan nampak kebingungan mencari kelasnya, tapi ia santai mencarinya. Kalo secara singkat, dia malas masuk kelas cepat-cepat. Kalian pikir Hidan tersesat? Tentu saja! Lihat sekolah dengan 5 gedung 4 tingkat bercat abu-abu ini! Semuanya ada! Dari gedung berenang, kantin, laboratorium, puluhan kelas, ruang kumpul, dan semacamnnya.
TELOLET TELOLET TELOLET..
Bel sekolah sudah berbunyi, para murid sudah terlihat sedang memasuki kelas mereka masing –masing. Sekolahnya elit tapi belnya telolet?
"Hei! Ngapain kamu berkeliaran disini?" Tanya seseorang dibelakan Hidan. Secara spontan Hidan langsung noleh kebelakang buat tau siapa yang nanyain doi. Orang yang bertanya itu seorang gadis memiliki rambut pirang pucat panjang dikuncir satu.
"Gue lagi nyari kelas 2-A." Jawab Hidan cuek.
"Oh... Kelas 2-A? Ikut aku!" Jawab gadis itu langsung berjalan mendahului Hidan. Karena diminta diikuti, jadi Hidan ikuti dia.
~LOL~
"Ini kelasnya.." Kata gadis itu cuek saat berhenti di depan pintu kelaas yang diatasnnya ada tulisan '2-A'. Dan langsung pergi meninggalkan Hidan.
"Makasih.. Em-" Kata Hidan ragu.
"Yugito. Yugito Nii." Jawab gadis itu tanpa menoleh kearah Hidan.
"Makasih Yugito-senpai."
Hidan memasuki kelas. Terlihat ada guru yang sedang menjelaskan pelajaran sejarah dan murid-murid yang sedang mendengarkannya setengah hati bahkan tak mendengar sama sekali. Melihat Hidan memasuki kelas, para murid dan guru langsung melirik Hidan.
"Ahh.. Hidan, kan? Hatake Hidan! Silakan masuk! Perkenalkan dirimu." Ujar guru brewokan itu sambil mendorong Hidan masuk ke kelas.
Tlulululut..
Terdengar sebuah dering telepon.
"Ya? Baiklah! Saya akan pergi sekarang!" Ujar guru itu. Ternyata telpon guru brewokan it toh.
"Sensei pergi dulu sebentar! Anak baru perkenalkan dirimu." Kata guru itu entang sambil menepuk punggung Hidan dan pergi keluar bagaikan angin.
Saat ini Hidan sedang berdiri kaku didepan kelas, melihat ada 37 murid sedang menatapnya.
"Nama gue Hatake Hidan." Kata Hidan kaku, dan langsung ngacir ke bangku kosong yang dissebelahnya ada cowok berambut pirang.
"Huh.. Bikin capek aja!" Gerutu Hidan. Dia melihat ada cowok disampingnya yang sedang molor puas.
TOEL!
"TA'UN!" Teriak cowok itu setelah Hidan menoel bahunya.
"Apaan sih loe? Ngagetin aja! Lagian lu siapa? Ngapain lu disini?" Tanya cowok itu bertubi-tubi sambil marah-marah.
"Gue anak baru brengsek! Dan ditambah lagi lu juga ngapain disini?" Jawab Hidan ikut-ikutan marah.
"Gue disini dari tadi kali! Kalo gak suka pergi loe dari dunia ini!" Balasnya
"OKE GUE PERGI!" Jawab Hidan.
"OKE!"
"AWAS KALO LOE KANGEN DENGAN GUA!"
"NGELIAT MUKA LU AJA UDAH MAU MUNTAH! GIMANA KALO KANGEN?!"
Barulah Hidan mau lari dari bangku itu, ia melihat sekeliling.
Tidak ada bangku kosong.
Akhirnya dia kembali duduk disana dengan rasa penuh paksaan.
"Ngapain loe balik lagi kesini?" Tanya cowok pirang itu lagi.
"Suka-suka gue lah! Emang ini sekolah nenek buyuk lu?" Jawab Hidan garang.
"Kalo iya kenapa?"
"NYARI BALA LU?"
"TERSERAH!"
"BERISIK!" Teriak cewek berambut abu-abu dan bermata hijau yang kebetulan duduk didepan, yang daritadi risih karena Hidan dan temannya (Hidan&?: GUE GAK TEMENAN AMA DIA!)
Akhirnya pembuat rusuh itu diam dan duduk dibangku masing-masing.
Tentu saja dengan perasaan mual.
Sepertinya di hari pertama Hidan sudah mendapatkan teman. (Hidan: DIA BUKAN TEMEN GUA!)
~LOL~ [TBC] ~LOL~
ACZ: YO! CatZ disini. Seperti yang CatZ bilang ini adalah remake dari Memories in The School yang 99% tidak akan dilanjutkan. OC? Maaf fic kali ini CatZ tidak ingin menerima OC. Bahkan di fic ini hanya akan muncul sekitar 3-5 OC. Kenapa? Tentu saja, CatZ risih dengan banyak OC seperti ini.
Jae: KENAPA SIH GUE SELALU KETEMU SI BRENGSEK INI? *nunjuk Hidan
Hidan: GUE JUGA GAK SUKA KALI KETEMU AMA LU!
Hidan&Jae: *berantem*
ACZ: Oke CatZ tutup episode pertama fic ini. Sampai jumpa.. Janganl upa reviews ya! Juga fav, follows and share.
