Disclaimer: Eichiro Oda
The Killer
Seorang wanita meringkuk ketakutan, dihadapannya berdiri seorang pria yang memegang golok dengan wajah yang siap untuk membunuh.
"Ku mohon Luffy, jangan bunuh aku." Pinta sang wanita seraya merinding disko karena ketakutan.
"Maaf Alvida, aku harus membunuhmu." Jawab Luffy seraya melangkah mendekati Alvida.
"Ke-kenapa kau ingin membunuhku?" tanya Alvida yang tanpa sadar sudah pipis dicelana.
"Karena aku adalah pembunuh."
"Kenapa kau bisa jadi pembunuh?"
"Yah, mana aku tahu yang pasti sekarang aku ingin membunuhmu."
"Tapi kenapa kau ingin membunuhku?"
"Karena aku adalah pembunuh."
"Kenapa kau bisa jadi pembunuh?"
"BERISIK! MATI AJA LO SANA! UDAH MAU GW MATIIN MASIH BANYAK NANYA!" jerit Luffy naik pitam dan dengan segera membacok kepala Alvida.
Craaattttttt!
Saus tomat - maaf salah sebut- darah bermuncratan dari kepala Alvida yang terkena bacokan, namun satu bacokan tidak membuat Alvida langsung tewas.
"Kenapa kau ingin membunuhku?" tanya Alvida lagi dengan kepala berdarah-darah.
"Karena aku adalah... SIALAN! BERHENTI BERTANYA!"
Tanpa ampun dan belas kasihan Luffy mengayunkan goloknya ke kepala Alvida berulang kali, darah terus bermuncratan dari tiap bacokan Luffy, otak Alvida yang mesum berhamburan dilantai bercampur dengan darah yang kental.
Hebatnya, setelah dibacok begitu, Alvida masih hidup walau sepertinya dia sudah berada pada kondisi sakratul maut.
"Ke-kenapa kau ingin membunuhku?" tanya Alvida lagi, entah karena otaknya sudah berhamburan di lantai atau karena tante kegirangan itu memang dari sana nya idiot sehingga terus bertanya pertanyaan yang sama.
Luffy yang kesal, menjambak rambutnya sendiri, frustasi karena Alvida tidak mati juga, dia lalu mengayunkan goloknya ke dada montok hasil operasinya Alvida lalu...
Jleeebbbbbbb!
Golok itu menembus silikon dibalik payudara Alvida dan menancap dijantung tante malang itu dan seketika, matilah dia.
Luffy tersenyum puas, dia lalu menarik goloknya yang sudah berlumuran darah, lalu pergi meninggalkan mayat Alvida.
XxX
Luffy POV
Halo semua, namaku Luffy, aku adalah seorang pembunuh. Tolong jangan tanya alasan aku membunuh karena aku benci pertanyaan itu, aku membunuh karena aku suka bisa dibilang hobi lah, puas kalian dengan jawaban ku? Dan jangan bilang aku jadi pembunuh karena masa lalu ku suram atau aku disiksa orang tuaku atau kisah-kisah sejenis itu, maaf saja yah, aku dari kecil selalu bahagia, orang tua ku pengusaha kaya raya dan tolong jangan bilang orang tua ku jarang pulang dan memperhatikanku, mereka sangat perhatian dan selalu pulang kerumah setiap hari dan kedua orang tua ku juga harmonis baik di ruang makan maupun di ranjang.
Jadi kenapa aku harus membunuh? Plis deh, jangan tanya pertanyaan bego kayak gitu, aku membunuh karena aku pengen, kenapa tokoh penjahat selalu digambarin kejam? Kenapa Madara Uchiha di komik Naruto pengen nguasain dunia? Kenapa G and K begitu keren? Selalu tidak ada alasan logis untuk semua itu bung, kalau mau mencari logika mending belajar matematika sana.
Oke kita berlanjut kecerita, saat ini aku sedang berada disebuah cafe sambil menikmati secangkir kopi hangat dan melihat-lihat orang-orang yang masuk ke cafe itu, aku sedang mencari korban pembunuhan berikutnya.
Aku menancapkan pandangan pada wanita berambut hitam yang duduk sendirian dipojokan cafe, dia terlihat asyik meminum kopi yang baru saja diantarkan seorang waiter laki-laki berbadan kekar.
Yah sesuai tebakan kalian, wanita itu yang nanti akan jadi korbanku berikutnya, ngomong-ngomong, aku memang selalu mengincar wanita karena secara fisik mereka lebih lemah dariku sehingga memudahkanku membunuhnya, masa aku musti mengicar si waiter yang berbadan kekar itu? Malah aku nanti yang jadi korban pembunuhan.
End of POV
Luffy menghampiri wanita berambut hitam yang duduk sendirian dipojokan kafe.
"Nona, kau sangat cantik, boleh aku duduk disamping mu? Pasti boleh donkkk." tanya Luffy dengan gaya gentleman tapi memaksa.
"Tidak boleh!" sahut sang wanita ketus.
Tapi, entah karena kuping nya budeg atau nggak ada rasa malu, Luffy segera menarik kursi dimeja itu dan duduk disamping wanita itu.
"Cowo kurang ajar! Mesum! Bandot!" maki wanita itu tapi sepertinya Luffy tidak menghiraukan makian itu.
"Siapa nama mu nona?" tanya Luffy dengan gaya James Bond yang dia tonton di layar tancap yang biasa ditayangkan dikampungnya.
"Nico Robin!" jawab wanita itu dengan jengkelnya dan berharap pria kurang ajar yang duduk disampingnya segera pergi.
"Aku Luffy."
"Nggak nanya tuh." Sahut Robin, cuek.
'Sabar, Sabar nanti juga nih wanita gua habisin.'
Setelah berbincang-bincang beberapa waktu, tepatnya Luffy sendiri yang mengoceh sendirian tanpa disahut Robin, akhirnya Luffy mulai melancarkan aksinya.
"Robin, apartemenku di Whiskey Peak, dekat dari sini, apakah kau mau mampir?"
"Tidak mau!"
Mendengar penolakan itu, penis Luffy - maaf - mental Luffy langsung down.
"Kecuali kau mau bayar aku 20juta satu jam, baru mau aku mampir." Lanjut Robin, yah ternyata Robin adalah seorang pelacur kelas kakap.
Mendengar itu penis Lu - maaf lagi- mental Luffy langsung kembali naik.
"Oh tenang saja, 20juta sih pasti aku bayar, bokap gua kaya! WAHAHAHAHA!" tawa Luffy dengan psychonya.
Luffy lalu memanggil waiter berbadan kekar untuk meminta bon dan membayar tagihan minuman mereka, lalu mereka berdua segera beranjak pergi dari kafe itu.
Di apartemen Luffy...
"Ayo segera kita mulai!" pinta Robin dengan bernafsunya.
"Hah? Mulai apaan?" jawab Luffy dengan begonya.
"Mulai xxx dan xxx lalu xxx lah!"
"Oh, santai saja sayang, minum dulu wine yang sebotol seharga 100 juta ini."
Luffy memberikan segelas wine yang tentu saja sudah di beri obat tidur pada Robin dan dengan cepat Robin langsung menegak habis wine itu.
"Baik ayo kita mulai!"
"Tu-tunggu sebentar." gagap Luffy yang menunggu pengaruh dari obat tidur.
"..."
"..."
"Kapan mulainya sih? Ingat waktu lo Cuma 1 jam! Gak lebih! Kalo kurang bolehlah."
"I-iya tapi ayo minum lagi." Ujar Luffy seraya kembali menyodorkan wine berisi obat tidur.
Beberapa lama kemudian, Robin terus minum sampai wine seharga 100 juta yang dicampuri obat tidur seharga 300 juta itu ludes tak berbekas sementara Robin masih saja nggak teler-teler.
'Aje gile ini orang, duit gue udah habis 400 juta tapi nggak teler juga.'
"Minumannya udah habis, ayo kita mulai!" pinta Robin lagi seraya mulai membuka pakaiannya, namun tiba-tiba...
Duakkkkkk!
Luffy segera memukul kepala Robin dengan sebatang pentungan dan seketika Robin langsung pingsan dan satu lagi, pentungan itu seharga 5 ribu perak.
Luffy tersenyum laknat melihat tubuh Robin yang pingsan tanpa daya, dia lalu menyeret tubuh Robin kedapur, mengambil tali dan mengikat kedua kaki dan tangan wanita itu.
Setelah memastikan ikatannya kuat, Luffy mengambil satu teko kopi yang sangat panas dan mendidih, lalu dia membangunkan Robin dari pingsannya dengan menyiram kopi yang mendidih itu kewajah Robin.
"KYAAAAAAAAAAAA!" teriak Robin ketika kopi panas itu menyiram wajahnya sementara Luffy tersenyum melihat penderitaan Robin.
"Kalo bikin kopi, pake gula donk! Nih kopi pahit amat!" bentak Robin seraya menjilati kopi yang melumuri wajahnya.
"Oh maaf, lain kali aku pake gula deh.. Eh tidak! Dari pada memikirkan rasa kopi seharga 50 juta itu mending kau berdoa agar dosa-dosa mu diampuni karena aku akan membunuhmu!"
"APA? TIDAKKKKKKKKKK! TOLONGGGGGGG!" teriak Robin penuh ketakutan.
"Ya ya teriak saja, tak akan ada yang bisa mendengarmu." Seringai Luffy, sadis.
Tok Tok Tok
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari apartemen Luffy.
"WOI JANGAN BERISIK, ORANG MAU TIDUR!" jerit suara seorang pria yang tampaknya tetangga Luffy.
Dengan segera Luffy langsung mengambil kaus kaki yang sudah 2 tahun tak dicuci dan menyumpal mulut Robin.
"Yah! Maaf!" balas dan terdengar langkah kaki tetangga Luffy yang beranjak menjauh dari pintu apartemennya.
Setelah keadaan kembali aman, Luffy menyeringai kembali, sementara Robin tampak memberontak seperti cacing kepanasan, berusaha lolos dari ikatan yang menjeratnya.
"Bagaimana kalau kita mulai dari wajahmu dulu, sayang." Luffy mengambil pisau dapur lalu kemudian...
ZRAAATTTTTT!
ZREEETTTTTTT!
ZROOOOTTTTTTT!
Seketika, wajah Robin yang tadinya cantik langsung dipenuhi goresan dan darah.
Tak puas dengan itu, Luffy segera merobek-robek baju Robin yang disertai dengan tatapan marah sekaligus ketakutan dari Robin yang hanya bisa berteriak dalam hati.
'Sialan! Baju merek Versace gue dirobek-robek!' maki Robin dalam hati.
Setelah Robin sukses dibikin telanjang bulat tanpa sehelai benang pun dari merek versace, Luffy dengan kalapnya memasukan pisau dapur ke vagina Robin membuat Robin membulatkan matanya dan menangis seketika akibat rasa sakit di vaginanya dan akibat baju versacenya yang sudah terkoyak.
Darah segera mengalir dari dalam vagina Robin yang sudah babak belur, namun hal itu tidak membuat Luffy puas, dia lalu mengambil dua buah penjepit jemuran, kemudian dia menjepit puting payudara Robin dengan alat itu membuat tubuh Robin kembali mengejang seperti cacing ditaburi garam.
"WAHAHAHAHA! RASAIN LO! WAHAHAHAHHA!" tawa Luffy mengelegar melihat kesakitan dan penderitaan Robin.
"WOI! JANGAN BERISIK!" kembali terdengar jeritan dari tetangga Luffy.
"Maaf!" sahut Luffy lagi.
Setelah keadaan aman lagi, Luffy segera mengambil garam, lalu dia menaburi garam-garam itu ke luka-luka Robin, menciptakan kepedihan yang teramat sangat dan membuat Robin menggelempar hebat.
Lalu dengan paksa Luffy menarik puting payudara Robin yang sudah terjepit oleh penjepit jemuran hingga akhirnya kedua puting itu lepas dari tubuh Robin.
Nafas Robin tampak terengah-engah, entah karena kaus kaki yang tak di cuci 2 tahun yang menyumpal mulutnya atau karena mulai kehabisan darah, namun yang pasti matanya mulai tertutup, dia mulai merasa lelah dengan rasa sakit yang dia terima dan tak berapa lama kemudian, akhirnya wanita malang itu merenggang nyawa.
XxX
Esok harinya di sebuah Gang sempit..
"Pembunuh ini sangat tega, di duga dia menyiksa korban terlebih dahulu sebelum menghabisinya." Ujar seorang polisi berambut pirang dengan poninya menutupi sebelah matanya.
"Setega apa pembunuh ini kira-kira, bawahanku, Sanji?" tanya seorang polisi wanita berambut biru.
"Yang pasti lebih tega dari lagu dangdut yang dinyayikan Meggy Z, Inspektur Vivi." Jawab Sanji, seraya mengambil sampel darah dari sebuah mayat wanita yang wajah nya hancur dengan kaus kaki yang 2 tahun tak dicuci menyumpal mulutnya.
"Kita harus menangkap pembunuh ini! Berani-beraninya dia menyumpalkan kaus kaki bermerek Gucci yang sangat bau kemulut seorang Lady!" geram Sanji penuh amarah.
"Kaus kaki merek Gucci yang sangat bau? Itu memang kejam, kasihan si Gucci tidak pernah dicuci tuannya." Sahut Vivi.
"Baiklah Sanji aku serahkan tkp ini padamu aku mau pergi dulu." Ujar Vivi seraya keluar dari gang sempit itu.
BRUKK!
Baru saja Vivi keluar dia menabrak seorang pria berambut hitam yang tampak berjalan tergesa-gesa dan akibat tabrakan itu, Vivi nyaris jatuh namun dengan sigap tubuhnya segera dipegang oleh pria yang ditabraknya sehingga sekarang posisi mereka seperti orang berpelukan.
Wajah Vivi seketika memerah ketika dia menatap pria yang menolongnya, jantungnya berdegup kencang, begitu pula sang pria, jantung pria itu pun berdetak hebat seperti genderang mau perang, sementara rona merah wajah pria itu menyamarkan gores luka dibawah matanya.
"Ke-kenalkan aku Luffy, siapa namau nona?"
The End (Bercanda dink)
To be Continue...
A/N: Tadi nya fict ini mau one shot tapi cerita hasil guyonan kami melebar kemana-mana, kami putuskan si pembunuh berantai bakal jatuh cinta sama si polisi yang mengejarnya dan kami putuskan fict ini jadi 2 chapter, chapter depan akan lumayan panjang jadi sedikit lama updatenya.