[Short Fic]
Title : Return; Ichiban no Takaramono
Main Cast : Oh Sehun; Lu Han
Pairing : HunHan
Genre : Sweet Romantic, Fluff (gagal!)
WARNING!
BOYS LOVE STORY!
GEJE SCENE DETECTED!
Please yang merasa dirinya SIDER gak usah baca!
Susah susah buat gak dihargai (-.-")
HEY PLAGIATOR!
MENYINGKIR SONO!╰(◣﹏◢)╯
Jonanda Taw present
Twitter JoNandaTaw
Facebook Jonanda Taw
Copyright ©2013
Cerita ini terinspirasi sama MV dan lagu Lee Seunggi dengan judul yang sama ._. "Return"… Juga versi akustik dari "Ichiban no Takaramono" yang dinyanyiin LiSA (OST. Angel Beats)… FF ini juga cuma selingan masa-masa suntuk menjelang UNAS -_- Jadi mohon dimaafkan kalau cerita ini GEJE PAKE BANGET :"( Dikerjain dalam semalam pula… Soalnya gak sempet ngedit /alasan abal/
I Hope You Like It ^^ Enjoying the Fanfiction, okey ?
Masih kuingat tentang perjumpaan pertamaku denganmu, terselip diantara memoar kasih yang kita bangun bertahun-tahun lamanya…
Aku menatapmu dengan nafas memburu, dan kau menatapku dengan wajah terkejut
Jujur, aku menyukaimu tepat saat detik itu melaju
Manik matamu memang bukan mutiara, namun sebening berlian
Bibir tipismu memang bukan beledu, namun selembut sutera
Kulit pucatmu memang bukan susu, tapi pantulan air surgawi
Oh Tuhan, bagaimana bisa kau menciptakan insan sesempurna dirinya?
Dan dengan lirih, kubilang bahwa aku tertarik padamu…
Aku tak diburu waktu, tapi kenapa tak ada persiapan yang kulakukan hingga wajahku sedatar batu?
Bukan anggukan, bukan senyuman, namun hanya kedipan. Kau berkedip dengan cantiknya…
Aku suka…
Bodohnya, aku bahkan tak tahu namamu
Kau tetap buatku terpaku, padahal kau tengah berlari menjauh
Kukira, ini bukan lebih dari rasa suka
Namamu Luhan
Sebuah nama yang manis
Namamu Luhan
Dan semakin lama, aku sadar Luhan telah menculik hatiku
Untuk kesekian kalinya, kunyatakan rasaku padamu
Kusuguhkan sekuntum Lily, sepotong kecil hatiku yang tertutup rimbun Casablanca yang mengendap lebih pekat
Seluruh pesanku telah tertuang didalamnya
Bagaimana detikku memikirkanmu, bagaimana jantungku yang kehilangan kemampuannya berdegup saat manik itu menatapku
Dan tanpa kuduga, kau sentuh Lilyku
Membawanya dalam pelukmu, lalu mengangguk
Setiap kali kau muncul
Suara itu menggema cukup rendah
Sampai wajahmu menyerupai sinar matahari di atas langit
Kau selalu bersinar dengan terang melalui hari-hariku
Memberi cahaya tulusmu, mengintip ke celah hatiku yang berbatu
Melelehkan seluruh isi hatiku sehingga musim dingin itu berakhir
Salju menipis, musim semi tak tertepis
Hingga kini, berada disisimu adalah suatu kebiasaan untukku
Nadiku melemah jika sekejap saja tak mendengar suaramu
Oksigenku menghilang jika sekejap saja tak merasakan dekapmu
Indraku melumpuh jika sekejap saja kau menghilang dari pelukku
Jangan pergi…
Karena aku tak yakin apa yang dapat kuperbuat tanpa Malaikatku…
Aku menyelami hatimu seperti berburu harta karun
Teka-teki berliku harus kulalui untuk merengkuhmu…
Aku menganggap rasaku dan rasamu yang beradu bagaikan kotak harta karun
Bongkahan itulah yang telah menjaga hati yang berhasil kau culik dan tak pernah kuminta kembali…
Aku menganggapmu sebagai harta karun
Karena kaulah sebagian molekul yang membuatku tetap bisa menunjukkan lengkungan samar dari bibirku yang tak lelah melantunkan kata cinta untukmu…
Kini, statusku bukan sebagai kekasihmu lagi
Statusmu bukan sebagai kekasihku lagi
Kita adalah sepasang pengantin…
~ Seoul, 12 April 2013 ~
Sehun melangkahkan kakinya dengan gugup ke altar gereja. Tangannya yang terbungkus sarung tangan putih bersih terasa basah oleh keringat. Untung gereja mungil itu ber-AC, jadi keringat hasil perasaan waswas dari hatinya tak sampai menguap dan mengotori make-up tipisnya.
Sebentar lagi, aku akan menjadi suami, pikirnya.
TAP… Kakinya sudah menjejak sempurna dialtar kayu ek tua itu. Suara berdecit berbisik lirih, memecah hening. Pendeta botak didepannya memandangnya dengan kagum, bocah semuda ini akan menikahi kekasih prianya?
Apa ia sudah siap? Secara fisik…pria sejantan dirinya pasti sudah siap. Tapi secara psikis? Mampukah ia menjadi pendamping hidup terbaik Luhan, untuk selamanya?
Kaki-kaki lain mulai bergerak mendekatinya. Dua pasang, Luhan dan ayahnya. Sehun tak berani menoleh, takut-takut kosentrasi mengucapkan janji pernikahan yang ia latih berulang-ulang mendadak kabur entah kemana. Tapi Sehun yakin, Luhan akan tampak sangat cantik dengan pakaian yang ia gunakan, entah itu gaun ataupun jas tuxedo.
Ahhh… Tapi, bagaimana ini? Ia sudah sangat ingin melihat calon istrinya itu! Luhan akan menjadi seseorang yang selalu ada disampingnya saat ia terbangun, selalu mengantarnya saat berangkat kuliah atau kerja dengan kecupan ringan dibibir, dan selalu mengakhiri hari dengan pelukan hangat, sampai mati. Dan Sehun ingin menatapnya untuk terakhir kali, terakhir kali menyandang status kekasih. Karena setelah ini ia akan menatap Luhan dengan cara lain, ia akan memandang Luhan sebagai istrinya…
Dan dengan keteguhan hati, akhirnya Sehun memutar tubuhnya 90 derajat sembari menoleh menatap kekasihnya yang berjalan menunjuk dengan senyum dikulum. Pipinya merona. Manis sekali….
Lagi-lagi degup jantungnya melambat, memudar, dan ia merasa aliran darahnya terhenti. Luhan mendongak, menumpukan bening matanya tepat pada sepasang mata lain yang memandangnya penuh rasa, lalu melebarkan senyumnya. Ia begitu cantik dengan tuxedo sederhana yang sepasang dengan Sehun, terselip kelopak lily yang tertata rapi pada saku kecil di dadanya. Dan Luhan juga membawa sebucket Lily putih dengan beberapa tulip di celahnya, bukan mawar atau bunga lainnya. Menurut Sehun, Luhan tak pantas tersakiti oleh apapun dan siapapun. Bahkan oleh duri mawar yang mahkotanya begitu indah.
Sehun sadar, ini salah satu titik puncak kebahagiaannya… Ulang tahun terindahnya… Hari pernikahannya dengan seseorang yang sangat ia cintai sepenuh jiwanya…
Luhan sudah tepat berdiri di hadapannya. Mata mereka masih tertaut. Senggolan ringan di siku Sehun oleh ayah Luhan membuyarkan lamunannya, menginstruksi Sehun untuk segera menerima tangan Luhan yang ia sodorkan, untuk digandeng.
Kulitnya meremang nikmat saat bersentuhan dengan bagian tubuh terluar Luhan itu. Sekilas senyum tipis terlukis apik dari bibirnya. Sekarang Sehun tau… Ia siap untuk menjadi suami Luhan selamanya, mencintainya sepanjang sisa waktunya.
Aku mencintaimu, sungguh…
Bagaimana bisa aku menolak saat Tuhan menitipkan malaikat terindahnya padaku?
Bagaimana bisa aku berpaling saat malaikat itu bagai medan magnet bagi jantungku?
Waktuku memang tak akan terulang, semakin pendek saatku untuk terus ada disisimu…
Tapi aku bahagia karena waktu terus bergulir…
Karena kadar rasa ini terus bertambah dari waktu ke waktu…
Dengan batas tiada tara…
~THE END ~
