Declaimer : Everyone knew Gintama is not mine!

Pairing : Ginhiji; Okihiji; Slight Yamahiji (AN: I just love Hijiuke \/ gomen ne Hijikata-san)

Rating : M (For lemon in the ending)

Note : threesome warning!

Ginhijicase

Sudah banyak pengorbanan yang dilakukan wakil komandan untuk Shinsengumi. Bahkan orang-orang mulai menjukinya sebagai pembersih masalah, rasanya status Wakil Komandan yang seharusnya melambung tinggi menjadi sampah yang lebih buruk daripada sampah.

Sebenarnya, apakah sebuah pengorbanan itu buruk? Apakah bertarung mati-matian itu buruk?Apakah itu merendahkannya?. Apa gunanya menjadi otak satuan polisi besar yang bahkan ditakuti karena seperti iblis!?, jika dia bahkan tidak bisa menyimpan nyawanya!.

"Sialan…"

Entah, dari berbagai orang yang menghormati Hijikata— Sakata Gintoki merasa dirinya adalah orang yang paling kesal setelah semua kejadian yang terjadi. Ini pertama kalinya dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Hijikata ambruk di depannya, tidur pulas sampai sekarang seolah dia tidak akan kembali ke dunia ini.

Benar, pemuda berambut hitam tersebut. Masih tidur tak sadarkan diri dengan kulit tertutup perban-perban putih dan pakaian pasien rumah sakit. Bahkan setelah Gintoki kembali dari mengantarkan bocah Sasaki si pembuat masalah, serta sepucuk surat untuk almarhum Hijikata Tamegoro.

"Kenapa begitu panik? Apakah nyawa bocah Sasaki itu lebih penting dari nyawamu sendiri?"

Ini juga pertama kalinya. Hijikata begitu panik seolah misi penting dari Kondo di gagalkannya, atau bahkan dia sendiri yang telah membunuh atasannya!.

Kenapa kenapa? Banyak pertanyaan di kepalanya namun semuanya hampir tidak masuk akal.

Siapapun tahu alasan kenapa Hijikata menyelamatkan bocah buangan tersebut. Tetsunosuke mempunyai riwayat hidup mirip dengannya, menapaki jalan berduri yang sama dengan dirinya. Hijikata berusaha menyingkirkan Tetsu dari jalan yang berduri, dan mulai berjalan diatas padang rumput yang hijau.

Keinginan sederhana tersebut tak sampai ke hati Isaburo, meskipun Hijikata menuliskan suratnya begitu manis.Mungkin dari semua hal, kekesalan Gintoki adalah bagian tersebut.

Perasaan Hijikata tidak tersampaikan. Perasaan yang tidak pernah di berikannya pada siapapun kecuali Kondo, sekarang ingin dia ulurkan ke Isaburo namun ditolak. Bagaimana menyebutnya? Gintoki menyebutnya perasaan terbatas tersebut seperti dagangan Sakamoto yang tertulis limited edition di covernya.

Singkatnya dia hanya iri…

Dalam lubuk hati Gintoki yang paling dalam, dia selalu mengagumi Hijikata. Tidak seperti Hijikata, dia pernah sekali menyerah untuk memiliki sesuatu yang berharga. Dia terlalu takut. Terlalu takut memiliki karena merasa tak sanggup untuk melindunginya. Jika dia gagal berkorban, itu akan menyakitkannya. Dia lelah merasa untuk merasa kesakitan lagi.

Pertemuan dengan Otose, wanita tua Bangka yang harus dilindunginya. Lalu pertemuannya dengan Shinpachi dan Kagura. Membuatnya sadar, jika di dunia ini tidak ada pengorbanan sepihak. Sebagai kawan, mereka akan saling melindungi.

Sekali itu juga Sakata Gintoki, seseorang yang pernah dijuluki sebagai Shiroyasha. Bangkit, berani untuk mengorbankan segalanya demi orang-orang terpenting baginya.

Namun Hijikata kebalikannya, tidak sepenuhnya namun mirip. Mereka berdua bagaikan barang yang berbentuk dan berfungsi sama, hanya berbeda merk.

Hijikata berkorban dan melindungi tanpa memperdulikan itu semua. Dia tidak peduli meskipun tidak ada yang melindunginya, tidak peduli jika dia harus kesakitan seorang diri. Bahkan Gintoki yakin jika pemuda tersebut tidak masalah jika jasanya dilupakan atau bahkan diejek setelah kematiannya.

"Sebenarnya…Orang seperti apa dirimu?," dia pasti sudah gila. Duduk di kursi pengunjung dan menatap wajah tampan Hijikata berlama-lama, masih lagi mengagumi lelaki tersebut. "Kau terlalu baik, Oogushi-kun," tanpa sadar dia mengulurkan tangan, menyentuh rambut hitam pekat bagaikan langit malam tanpa bintang. Suraian halus mengelitik kulit jemarinya, memaksanya menarik bibirnya dan tersenyum.

Hijikata telah membebaskannya, hanya karena status mantan Joishi nya sama dengan miliki Tetsu. Jika dia ditangkap sebagai mantan, maka bocah itu juga. Apakah sekali lagi keberadaannya diabaikan oleh wakil komandan?.

"Hmm…"

Hijikata mulai bersuara dan mengeliat diatas tempat tidurnya. Orang yang pertama kalinya dilihatnya setelah siuman adalah orang terakhir yang ingin dia temui saat ini. "Kenapa kau ada disini?," tanyanya lirih meskipun berusaha sekasar mungkin.

"Dasar. Asistenmu yang manis itu memintaku untuk menjagamu sementara dia melakukan sesuatu bersama Zaki," jawabnya. Gintoki mencegah Hijikata bangkit, mendorongnya pelan untuk kembali berbaring "Aku tahu kalau kau merasa kesal dengan keadaanmu yang sekarang. Tapi percuma saja, keras kepalamu bisa membuka lukamu lagi," ocehnya. Untuk kali ini saja Hijikata menurut, dan tak membantah seperti biasanya.

Langit-langit putih rumah sakit. Sudah berapa kalinya dia harus menikmati pemadangan yang sama setiap kali dia terluka dan ambruk. Meskipun tidak melihat sosok di sebelahnya, Hijikata merasa risih "Hei, kau bisa pergi sekarang. Seharusnya sebentar lagi Tetsu dan Yamazaki kembali," mintanya.

"Tidak bisa," Gintoki menjawab cepat. Sebenarnya jika bisa Hijikata ingin berteriak kenapa!? Namun kondisinya jelas tak memadai. Dengan mudah Gintoki melanjutkan kalimatnya "Apalagi aku mengkhawatirkanmu," entah itu hanya lelucon yang biasa dilontarkan tokoh utama Gintama, atau memang Gintoki sudah menjadi gila dan keceplosan. Hijikata mengabaikannya, hari ini adalah hari pertama dimana mereka saling berbicara seperti orang waras pada umumnya.

"Terima kasih," balas Hijikata lembut "Bukan karena mengkhawatirkanku, tapi karena telah mendorong Tetsu dari atap sebelumnya. Mau bagaimanapun kau telah menyelamatkannya,"

Gintoki mengertakan giginya, dia sangat kesal sekarang. Beruntung Hijikata tidak bisa melihat wajahnya saat ini. "Hou, kau sangat suka pada bocah itu huh," dia tidak pernah dendam pada Tetsu, namun dia hanya bisa sangat marah pada dirinya sendiri. Berlahan Gintoki menunduk, dan mendekatkan wajahnya dengan Hijikata. Mata mereka saling bertemu. Bola mata biru Hijikata yang sedikit kaget, melebar dan tak terkendali wajah itu memerah. Sensasi bibir mereka bersentuhan terasa begitu kilat, seolah hanya ilusi belaka. Namun senyuman jahil Gintoki adalah bukti jika mereka telah melakukan sesuatu yang…memalukan, meskipun hanya bagi Hijikata karena dia tidak bisa menolah dengan kondisinya.

"Ap…Apa yang kau pikirkan sih!?," Hijikata berusaha sekuat tenaga untuk mendudukan dirinya. Sayangnya kedua tangan besar pemuda bersurai perak diatasnya menahan kedua pundaknya "Benar, aku hanya orang aneh yang menyerang seseorang yang tak berdaya sepertimu. Namun…" dia menjeda dengan senyuman "Apakah kau tidak ingin sekali saja, memperhatikanku?"

Apa maksudnya?— Hijikata hanya menatap bola mata merah diatasnya penuh tanya dan tak mengatakan apapun lagi. Gintoki juga, setelah mengatakan hal-hal gila dia pergi begitu saja. Tak lama kemudian, seperti dugaan Tetsu bersama beberapa orang datang.

Okihiji case

Patut dipertanyakan apakah Hijikata itu manusia atau bukan. Pemuda yang beberapa hari yang lalu kini telah berjalan, berkeliaran di rumah sakit. Kondo hanya menghela nafas dengan tingkah Hijikata yang tidak selayaknya pasien. "Hmm?...Kenapa wajahmu Sougo?," Tanya si gorilla pada remaja yang berdiri anteng di depan jendela.

Wajah tanpa ekpresi Sougo, terlihat berbeda dari biasanya. Hanya Kondo seseorang yang telah bersamanya bertahun-tahun yang dapat mengenali mood anak bersurai coklat pasir tersebut. Sougo tidak pernah suka jika Hijikata terluka bukan karena dirinya, namun rasa tidak suka tersebut lebih kentara dengan aura misterius di sekeliling remaja tersebut.

"Tidak ada Kondo=san," jawab Sougo "Aku hanya bertanya-tanya apakah tidak apa-apa mmbiarkan Hijikata-san berkeliaran dengan keadaan seperti itu?," terangnya. Semakin anak itu tersenyum, semakin besar juga aura hitam yang mengepung ruang peristirahatan dimana penghuninya masih keluar untuk membeli majalah!. "Kondo-san kelihatannya si brengsek itu menghindariku"

Komandan menelan ludahnya sendiri. Semenjak kejadian hari itu, Hijikata menghindari Okita. Jelas saja, mana ada yang di jenguk malah pamit pergi membeli majalah pada penjenguknya!? Bukannya sesuatu seperti itu adalah tugas si penjenguk?— Hijikata juga tidak pandai menyembunyikan kegugupannya saat di depan Sougo, membuat anak itu ingin menghancurkan seisi rumas sakit.

Daripada sampah, Tetsunosuke lebih seperti hama baginya—hama yang harus dibasmi—Selama ini dia adalah anak kesayangan Hijikata satu-satunya. Selama Sougo meminta, Hijikata akan menurutinya apapun yang terjadi, meskipun diikuiti dengan omelan. Namun hari ini juga Hijikata sama sekali tidak menatapnya dan kabur begitu saja, sebenarnya dimana etnik samurai yang dipegangnya!?.

"Ma…Maa.." Kondo melambaikan tangannya "Dia hanya malu bukan? Kejadiannya dengan Gintoki juga pasti salah paham"

Pada hari itu. Selain yamazaki dan Tetsu, Sougo dan Kondo juga ikut bersama untuk melihat kondisi sang wakil komandan. Remaja yang memiliki insting tajam tersebut menghentikan rombongan di belakangnya, dan meminta mereka pergi untuk sesaat. Tentu saja, Okita melihat semuanya.

Gintoki dan dirinya berpapasan dan disanalah Hijikata menjadi penjahat disini. Sebenarnya untuk apa dia mencemaskan bahkan menginginkan lelaki yang ingin dibunuhnya?, namun sifat keras kepalanya menolongnya. Dia tidak peduli jenis perasaan apa yang dia miliki pada Hijikata, yang pasti setelah kakaknya meninggal tidak ada lagi yang bisa memiliki Hijikata selain Kondo. Jika bisa dia ingin memanipulasi Hijikata sepenuhnya, sayangnya rupanya ada satu lagi hama. Sakata Gintoki apa yang dia pikirkan?.

"Kondo-san aku akan berbicara dengannya"

Yamazaki membantu Hijikata dengan memberikan pundaknya sebagai pembantu jalan. Pria culun tersebut terlihat senang bisa membantu atasannya, dia selalu berpikir jika atasannya yang satu itu selalu mengambil semuanya sendirian "Tapi aku selalu menyukai sisi keren itu, Hijikata-san," tiba-tiba saja dia menyuarakan pikirannya. Hijikata menaikan alisnya, sama sekali tidak mengerti dengan pengakuan yang tiba-tiba tersebut "Tapi sayang sekali kalau Danna yang akan mengam—" suara ledakan terdengar. Mementalkan si inspektur ke luar jendela, dan membuat kehancuran di sekitar. Pelakunya tidak lain adalah kapten devisi satu, Okita Sougo menembak peluru bazokanya pada salah satu anggota Shinsengumi hanya karena kesal dengan bagian Danna –, Jika ingin menambahi itu juga karena Yamazaki mengaku seenaknya.

Hijikata yang terkena hempasan terjatuh ke lantai, dengan kakinya yang belum pulih cukup susah untuk berdiri. Sougo mengulurkan tangannya, membantu orang special setelah Kondo baginya. Hijikata tidak mengatakan apapun dan menerima bantuan remaja tersebut, dia sama sekali tidak melakukan kontak mata dan bertingkah begitu gugup.

"Hijikata-san…"

Okita mendorong Hijikata ke dalam kamar, mengikuti dia mengunci pintu putih di belakangnya. Kondo sudah pergi beberapa saat yang lalu, ketika Sougo berkata jika dia ingin berbicara dengan Hijikata. Menghormati keinginannya komandan gorilla tersebut menolong Yamazaki yang terjatuh dan bersama kembali ke markas.

"Hmm…Sougo?," Hijikata memanggil. Dengan kikuk dia menatap remaja di depannya, dia bahkan tidak terlalu berani untuk bergerak dari posisinya sekarang.

Sougo tersenyum licik, menikmati reaksi konyol Hijikata. "Kau menghindariku Hijikata-san," ujarnya seraya mendekat. Dengan tangannya dia memaksa Hijikata untuk menoleh padanya, mengajaknya saling menatap. Warna biru bagaikan lautan dalam, selalu bisa membuat si pemilik mata coklat merasa takjub. Sementara Sougo takjub memandangi bola mata Hijikata, pemuda bersurai hitam tersebut mendorong pelan tubuh yang lebih kecil darinya.

"A…Aku tidak menghindarimu," Hijikata menyangkal. Kakinya yang telah lelah untuk menyangga tubuhnya melemas, terpaksa dia melempar pantatnya keatas kasar dan duduk "….Hanya saja…Kau melihatnya bukan? Si brengsek itu?"

Setelah semua yang terjadi, tentu saja Sougo tahu siapa yang dmaksud 'si brengsek' itu. Hanya saja melihat Hijikata tidak seperti biasanya dan begitu kikuk, sisi sadisnya tidak tahan jika tidak menjahili si wakil komandan "Siapa?," tanyanya pura-pura bodoh.

Memang bodoh—pikir Hijikata mengetahui niat buruk Okita untuk menjahilinya. Dia tidak ingin berurusan dengannya lagi kalau begitu "Oh, kau tidak mellihatnya?," anggap saja begitu, dia tidak ingin mempermalukan dirinya lebih dari ini.

Sougo duduk di kursi pengunjung seraya memutar bola matanya. Dia terlihat malas setelah tahu jika Hijikata tidak akan mengikuti permainannya "Jika yang kau maksud adalah Danna yang menciummu kemarin. Iya, aku melihatnya," akunya. Meskipun rencananya gagal, bisa melihat Hijikata bersemu merah membuatnya cukup puas "Jadi…apa hubunganmu dengan Danna?," tanyanya membuat Hijikata semakin sewot pada seseorang yang memiliki rambut perak.

"Di…Diam! Aku tidak punya hubungan apapun dengannya. Jadi berhentilah berpikir yang aneh-aneh supaya aku tidak menjahuimu, tolol!," olokan yang terakhir cukup membuat Sougo marah. "Heh, aku tidak masalah dengan kau menjahuiku," Sougo memulai permainannya kembali, sesuai dugaannya Hijikata mengerut kesal dan mulai meledak "Kalau begitu pergilah! Bukannya seharusnya kau bekerja?," teriaknya sambil menunjuk-nunjuk pintu putih di seberang sana.

"Kau mengusirku? Padahal setelah jauh-jauh aku menjengukmu," oceh remaja tersebut seraya membuka sebungkus permen dan memakannya, dengan seenaknya dia membuang sampahnya kearah Hijikata.

"Jengukanmu itu sama sekali tidak manis tahu! Bertingkah seperti anak-anak seumuranmu, brengsek!," teriak Hijikata lalu melempar sampah tersebut ke tempatnya "Serius, kembalilah ke tempatmu. Selama aku tidak ada bertingkahlah seperti kau adalah wakil komandan yang kau cita-citakan i—" omelannya berhenti. Manik birunya melebar, membulat sebulat mungkin, ketika menyadari bibir Okita menempel dengan miliknya. Rasa asam dan manis permen lemon berputar di sekitar indra pengecapnya, aroma teh hijau yang selalu diminum Sougo setiap pagi semerbak mengelilinginya.

Keterlaluan, bahkan ciuman ini lebih dalam daripada yang dilakukan Gintoki. Lelaki yang lebih muda memasukan lidahnya, menjelajah setiap sudut mulut Hijikata sambil memutar permen. Permen tersebut selalu perpindah tempat, membagi rasanya pada mereka berdua. Ketika permen tersebut mengecil dan hamper habis. Sougo meninggalkan manisan tersebut di mulut Hijikata dan memutuskan ciuman.

"Manis bukan?," Sougo menunjukan seringaiannya. Rasanya Hijikata ingin menggamparnya namun dia menahan diri, jika seperti ini terus remaja tersebut hanya akan terus mempermainkannya. "Kalian pikir apa sih yang kalian lakukan? Mencium seorang laki-laki!?" teriaknya, berusaha menyembunyikan rasa malunya. Sougo hanya menertawakannya sambil mengulurkan tangannya ingin sedikit memberikan kecupan.

Hijikata mendorongnya lalu menakikan kedua kakinya, dan mulai berbaring. Mengambil selimut dia menyembunyikan seluruh tubuhnya, tapi yang paling penting adalah wajahnya "Pergilah aku ingin beristirahat," usirnya. Kelihatannya cara tersebut adalah cara terakhir untuk mengusir si kapten devisi pertama yang sedang membolos, dengan kedok…menjenguk wakil komandan.

"Hijikata-san," panggil Sougo malas-malasan " Kabur itu melanggar kode etik Samurai, bukan?"

Lelaki yang sudah menutup matanya tak menjawab dan mengabaikannya. Menengok jam, ini juga sudah waktunya bagi sang kapten devisi pertama untuk bermain dan bergabung dengan orang-orangnya "Baiklah, kau ada benarnya wakil komandan. Aku akan melanjutkan tugasku," ujarnya sebelum pergi.

Ginhiji/Okihiji Case

Hijikata telah kembali melaksanakan tugasnya sejak tiga hari yang lalu. Dia sudah bisa berteriak memarahi bawahannya, dan bertingkah biasa di depan Okita namun setiap kali melihat Gintoki dia akan mencaci makinya.

"Danna, kita buat singkat saja. Jangan menggangu idiot disana itu," mintanya sarkas sambil menunjuk sosok Hijikata diluar dari dalam dinding kaca. Untuk beberapa saat Gintoki tidak mengindahkan remaja di depannya dan menghabiskan parfait keduanya. Baru saja mereka bertemu, Sougo mengajaknya membolos dan mentraktirnya di kafe, tentu kesempatan ini tidak disia-siakannya.

Sougo masih nempak tenang, jawaban seperti apapun dia berencana tetap membunuh pemuda penggila gula di depannya. Namun dia membutuhkan keterangan, serta alasan melakukannya agar hatinya tenang dan tidak membabi buta.

"Hmm? Apa dia milikmu?," daripada menjawab Gintoki malah bertanya "Sejak kapan? Kupikir dia masih berkeliaran sendirian dengan pantat seksinya itu," ocehnya memperhatikan si wakil komandan di luar sana.

"Danna, jika dia mendengarnya kau akan terbunuh. Dia memang sendirian tapi bukan berarti kau bisa merampoknya"

"Maa…makanya aku tanya merampoknya dari siapa? Jangan katakana kalau gorilla itu punya hubungan dengannya, atau yang lebih parah si Yamazaki itu—Oh tidak, yang paling parah kalau dia ternyata adalah si uke Sasaki Tetsu-apapun-itu…" Gintoki mengoceh masih dengan melahap manisannya.

Meminum kopinya, Sougo mendengarkan semuanya. Ternyata benar tujuannya dengan Gintoki adalah sama "Danna kau berbicara seolah Hijikata-san lebih buruk daripada pelacur yang harganya mahal. Tentu saja dia masih Cherry-boy sama seperti asistennya, mengingat para perempuan menjauh darinya karena moyones, dan yang lebih penting lagi belum ada Seme yang bisa menguasainya. Tentu karena ke-tsundere-annya," dia mungkin bukan Seme sempurna karena hanya Author ini saja menyetujuinya jadi seme. Tapi ceritanya kali ini dia harus jadi seme apapun yang terjadi, dan dia sih oke saja semenjak dia selalu tertarik mendominasi Hijikata.

"Hentikan kalian berdua! Pembicaraan kalian gak beres, Fic ini juga!," rupanya tidak hanya mereka berdua. Shinpachi dan Kagura mengikuti pembicaraan rese mereka. "Benar, ini bukan pembicaraan yang cocok untuk perempuan tahu," timpal Kagura sebelum melahap pudingnya, "Tapi karena si sadis mentraktir, aku akan bertahan mendengar cerita humu kalian"

"Gin-san katakan saja kalau kau sudah menyerah mengejar Ketsuno-san. Tapi bukannya kau tidak mau berurusan dengan Shinsengumi,?" Tanya Shinpachi menatap atasannya dengan wajah cemas. Mencemaskan kewarasan Gintoki itu percuma saja, dari awal pemuda itu memang merasakan getaran aneh semenjak pertarungan pertamanya dengan Hijikata. Gintoki jatuh cinta pada mata iblis yang sama sekali tidak cocok dimiliki seorang polisi.

"Oi, brengsek. Jangan katakana kalau kau menyukai Mayora?," Kagura bertanya pada Sougo. Remaja bersurai coklat tersebut hanya menjawabnya dengan senyuman licik, lalu memulai pembicaraannya dengan Gintoki sekali lagi "Jika kau menginginkan pertarungan aku menerimanya Danna. Bukannya menyenangkan sesekali bertingkah seperti Samurai?"

"KAU MEMANG SEHARUSNYA SAMURAI, IDIOT!" Shinpachi memulai perannya. Mengkomentari segala sesuatu yang bodoh, bukannya Hijikata juga terkadang melakukan peran yang sama. Oh dewa atau apapun itu, jangan buat remaja berkaca mata ini mulai berpikir jika peran yang diibawanya ini terlihat enak di dominasi. Apalagi bukannya Gin-san juga terkadang memainkan peran orang yang normal, berbeda dengan pasangan Kagura dan Sougo yang selalu melakukan hal gila dengan wajah polos.

"Hou, kau mau bilang kalau sesekali melakukan sesuatu untuk orang yang kau sukai tidak ada salahnya. Souchirou-kun rupanya kau masih remaja ya?," Nadanya terdengar seperti menyindir, membuat Shinpachi berdiri dan berteriak "MEMANGNYA APA SALAHNYA JADI REMAJA? BUKANNYA ITU NORMAL? KAU MELAKUKAN SESUATU UNTUK ORANG YANG KAU SUKAI BUKAN? APA SALAHNYA!?," tenang saja apa yang di lakukan Shinpachi normal kok di Gintama, jadi mereka juga sudah tidak peduli jika orang-orang menatap mereka dengan aneh.

"Sudah, kalian kalau mau bertarung sono gih. Biarkan gadis kecil ini mendapatkan ketenangan," Kagura mengibaskankan tangannya, mengusir mereka semua. Rasanya pernah kejadian deh, kalau tidak salah Kondo juga pernah menantang Gintoki karena Tae bukan?. Kenapa pemilik Yorozuya selalu bersaing cinta dengan orang-orang Shinsengumi sih?— Pertanyaan tersebut akan selalu menjadi pertanyaan tokoh normal seperti Shinpachi dan bagi para fans Gintama, khususnya Author dan reader saat ini.

"Tidak bisa," jawab kedua lelaki yang sedang bersaing di cerita ini. Kagura dan Shinpachi menatap heran pada jawaban mereka berdua. Katanya bertarung seperti samurai, sekarang kok bertingakh pengecut?— "Hijikata-san ada disini"/"Oogushi-kun masih ada disini" jawab mereka serentak meski dengan versi berbeda.

"Jika dia melihatku sekarang dia akan memberiku tugas tambahan Karena membolos," lanjut Sougo

"Oogushi-kun akan malu jika salah satu anak buah kesayangannya kalah di depan umum bukan?," baik, kali ini Gintoki sendiri yang memancing.

Shinpachi berkeringat dingin sambil membenahi letak kacamatanya, dia—tidak— seluruh ruangan ini bisa merasakan aura kutukan planet sadis yang dikeluarkan Okita!. Meskipun gadis di sebelahnya ini masih nampak tenang bahkan menghiraukan semua ini.

"Kalau begitu, untuk menaikan derajat Shinsengumi dan membuat Hijikata-san senang. Aku akan mengambil kepala Shiroyasha sebagai souvenir," Sougo meletakan tangannya diatas sarung pedangnya, siap kapanpun mencabut senjata kebanggaan samurai.

Shinpachi tidak bisa mengatakan apapun, mau bagaimanapun kedua monster ini diluar batas kemampuan. Sedangkan monster betina di sebelahnya sama sekali tidak tertarik. Baru saja Shinpachi berniat kabur, Kagura angkat bicara "Jangan bodoh," oloknya "Buat apa kalian saling membuh tapi belum mendapatkan hati si Mayora itu?"

Suasana menjadi lebih ringan, baru kali ini Kagura mengatakan sesuatu yang normal di saat konflik konyol terjadi, atau mungkin tidak…

"Papi pernah bercerita jika di suatu planet ada kejadian bagaikan drama yang kalian ributkan saat ini. Apa yang diceritakannya persis yang kalian alami, bodoh. Saling merebutkan, bertarung mati-matian hanya untuk seorang wanita," gadis tersebut bercerita di sela dia menjilati piring penuh karamelnya "*slruup*….Akhirnya setelah beberapa orang melerai mereka, akhirnya mereka kembali ke cara *slruup* tradisional mereka"

Penasaran, Shinpachi mewakili yang bersangkutan untuk bertanya "Seperti apa?"

"Threesome, siapapun yang bisa memuaskan wanita itu. Seharusnya bisa membuat wanita itu jatuh cinta bukan? Kau tahu terkadang wanita memiliki gairah seks melebihi para pria dan— "

"SEBENARNYA APA YANG DICERITAKAN SI KEPALA GERSANG ITU PADA ANAK GADISNYA!?"

Sementara Shinpachi berceramah dan mengumpat ayah gila Kagura itu. Gintoki dan Sougo sudah melakukan kesepakatan.

Kesepakatan tang akan menimbulkan trauma pada Hijikata….

To be Continue

A/N:

Rencananya sih mau buat satu chapter aja, tapi akhirnya malah putus di sini deh. Apalagi rasanya ceritanya makin aneh deh hahahaha…. Oh ya kalian bisa manantikan lemon di Chapter selanjutnya, tapi jangan terlalu berharap deh dengan kemampun menulis saya untuk sesuatu yang berhubungan dengan hal mesum. Maa…SEE YOU NEXT CHAPTER : )