NARUTO © Masashi Kishimoto
Tou-san (Jangan) Berubah © Hafure654
Genre : Family, Friendship, Slice of Life
Rating : K+ - T
Read and Riview
Layang - Layang
"Tou-san, kenapa Kaa-san pergi membawa Hanabi-chan?" Aku yang saat itu masih kecil, bertanya-tanya akan kepergian Kaa-san yang menggendong adikku Hanabi yang masih bayi. Dan Tou-san segera menggendongku juga, pergi berlawanan arah dengan Kaa-san.
"Kita sekarang akan hidup berdua tanpa Kaa-san dan Hanabi," kata Tou-san dengan raut wajah yang tak kumengerti.
"Tapi kenapa Tou-san?" tanyaku sambil memeluk lehernya.
"Kaa-san hanya akan pergi bekerja."
"Pulangnya lama ya Tou-san? Sampai Hanabi-chan juga di bawa."
"Iya, jadi jangan nakal kalau bersama Tou-san."
"Hehe Hinata nggak nakal kok. Hinata kan sayang Tou-san. Muach," kucium pipi Tou-san dengan sayang. Tou-san pun menciumku balik di pipi.
"Hihi geli Tou-san, kumis Tou-san panjang."
Perjalanan pulang kami berakhir dengan canda dan tawa. Inilah Tou-san yang amat kusayang, Tou-san yang akan selalu ada bersamaku dengan segala yang dimilikinya.
Dan betapa lugunya aku saat itu, ketika waktu mulai mengungkapkan kebenaran yang terjadi. Tapi pada akhirnya aku tetap mencintainya. Tou-san, jangan berubah!
0
"Hinata-chan, ayo main layang-layang. Teman-teman yang lain sudah menunggu di lapangan." Ah, aku tersentak kaget akan kedatangan Naruto yang datang masuk rumahku tanpa permisi. Saat sedang asyik nonton TV, ia malah datang mengganggu. Namun akhirnya kuiyakan juga, anak kecl seperti kami tentunya lebih senang bermain bersama teman-teman sebaya lainnya bukan. Daripada sibuk menyendiri di dalam rumah.
Kami berlarian menuju lapangan, anginnya memang sedang mendukung sekali ternyata. Kulihat kebenaran akan apa yang Naruto katakan. Banyak teman laki-lakiku yang bermain layang-layang. Dan kulihat cuma aku sendiri yang berjenis kelamin berbeda. Yah karena memang kawan-kawan sebaya yang ada di kompleks Konoha kebanyakan laki-laki. Jadi kelahiranku kurang tepat di sini sepertinya. Tapi apa peduliku. Anak kecil sepertiku yang terpenting bermain bersama lainnya sepuasnya. Lest Go!
Aku menghampiri Kiba yang asik dengan layang-layang bergambar anjing miliknya.
"Hoi Kiba!" seru Naruto di sampingku.
"Hoi Naruto! Eh ada Hinata-chan juga, mau coba juga nggak?"
"Hehe memang itu yang mau kulakukan, mana Kiba benangnya? Aku juga mau main!" seruku tak sabaran.
"Heh, sabar dong! Ini, awas jangan sampe putus," ucap Kiba sambil memberiku benang layang-layangnya.
"Siap Bos!" Aku mulai menarik ulurkan layang-layang Kiba, dengan mereka berdua berseru di kanan-kiriku memberi instruksi dengan semangat.
"Lebih tinggi lagi Hinata-chan!" seru Naruto dan Kiba.
Aku pun mengangguk bersemangat sambil tertawa riang bersama kedua temanku yang juga tetangga sebelah rumahku. Kami tertawa bersama, khas anak-anak kecil dengan keriangannya.
Hingga Naruto memegang lenganku. "Ayo bantu aku menerbangkan layang-layangku juga Hinata-chan. Aku juga ingin main."
"Ini Kiba." Kuserahkan kembali layang-layang Kiba dan diterima dengan baik olehnya.
"Cepat terbangkan Naruto! Nanti kita tanding siapa yang terbangnya paling tinggi," perintah Kiba pada Naruto.
"Aku yang akan menang! Ini Hinata, pegang," Naruto memberikan layang-layangnya padaku. " Sekarang mundur sedikit, tunggu aba-abaku ya. Satu, dua, TIGA!" Aku menerbangkannya ke atas dan Naruto mulai menarik ulur layang-layangnya. Menjaga supaya tak cepat jatuh. Saat dirasa telah pas ia mulai menerbangkan layang-layangnya mendekati Kiba.
"Ayo Naruto, kalahkan Kiba!" Aku pun bersorak memberikan semangat kepada Naruto, yang sudah kuanggap seperti adikku sendiri karena aku lebih tua setahun darinya.
"Hehe pasti!"
Kiba yang tak terima mulai mengulurkan benangnya dan sekarang lebih tinggi layang-layang laki-laki berambut coklat itu. "Lihat, punyaku lebih tinggi haha!"
"Tak akan kubiarkan." Tanpa pikir panjang Naruto mengulurkan benang-benangnya dengan cepat, hingga layang-layangnya lah yang lebih tinggi. Dan detik berikutnya benang layang-layang Naruto pun putus, menyebabkan layang-layangnya melayang pergi. "TIDAK! Layang-layangku..."
"Bagus Naruto, kau memang baka. Harusnya jangan kau ulurkan semua benangnya!" Aku memarahi akan kebodohannya itu.
"Haha aku menang!" Kiba tertawa akan kemenangannya. Aku kesal dan kulihat Kiba menyerahkan layang-layangnya kepada Naruto yang sedang bersedih. "Nih, aku tau kau belum puas mainnya kan? Pakai punyaku saja."
"Hua arigato Kiba!" Naruto mengambil layang-layang yang diterbangkan Kiba.
"Kau yang terbaik Kiba!" Aku memberikan dua jempol kepada Kiba, laki-laki berambut coklat itu memang yang paling bisa dihandalkan. Sebab umurnya juga setahun di atasku dan dua tahun di atas Naruto. Mungkin karena itulah ia lebih dewasa dalam bersikap. Membuatku dan Naruto begitu menghormatinya.
Sore itu, kami memuaskan hasrat jiwa anak kecil kami yang senang bermain layang-layang hingga senja datang. Berbelas kasih masih memberikan sedikit cahaya jingganya untuk menunjukkan kami arah jalan pulang. Ketika kami memutuskan untuk pulang setelahnya.
Kami pulang dengan riang, hingga tibalah di depan rumah Kiba terlebih dahulu. "Aku masuk duluan ya, besok main lagi. Jaa." Kiba melambaikan tangannya dan memasuki rumahnya.
Di samping rumah Kiba adalah Rumahku, "Aku masuk duluan Naruto, hati-hati sama Kaa-chan mu haha." Karena semua anak-anak tahu, Kaa-chan Naruto itu cukup galak.
"Ah iya, Kaa-chan!" seru Naruto menepuk jidatnya, "Jaa Hinata-chan." Dan Naruto telah berlari masuk ke dalam rumahnya yang berada di samping rumahku. Betapa rumah kami sangat mendukung pertemanan kami bukan.
Aku masih berjalan santai menuju pintu depan rumahku dan berpikir. Jika Kaa-san sedang berada di rumah, Kaa-san pasti juga akan memarahiku. Karena bagaimanapun aku tetap perempuan, yang tak boleh main hingga petang. Hah, aku rindu Kaa-san. Nanti malam minta Tou-san untuk nelpon Kaa-san deh. Rambut pendekku bergoyang karena aku mulai berlari masuk. Cepat-cepat untuk membersihkan diri dan menelpon Kaa-san.
Grobogan
06.05.19
Tunggu kelanjutannya besok malam, sekitar pukul 20.00 - 20.30 WIB
