Disclaimer: They're belong to God. Theirselves. Their Parents. Their Fans.
Warning: A Drabble. Boys Love. Drama. EYD-failure. Possible!OOC. So-what's-gonna-happen ending. Typos?
Cast: Jaejoong, Junsu. Mentioned too: Yunho, Siwon, Kris and Yoochun.
Playlist: David Archuleta - Crush
.
.
.
Forget you, oh, sooner!
.
.
.
Hari itu kelas 11 Sosial 1 sama seperti hari-hari sebelumnya. Sebelum bel masuk berbunyi, siswa-siswi membentuk gerombolan-gerombolan tertentu. Bukan seperti geng sebenarnya, hanya sekedar teman dekat yang bergerombol menjadi satu. Topik yang dibicarakan oleh mereka pun beragam. Mulai dari kegiatan sehari-hari, masalah keluarga, pacar, teman, saudara, lelucon bahkan menggosip (dimana murid perempuan mendominasi untuk kegiatan yang terakhir).
Namun sepertinya keramaian yang terjadi sama sekali tak mempengaruhi seorang namja yang berparas cantik bernama Kim Jaejoong atau yang lebih akrab disapa Joongie dan Jae oleh teman-temannya– yang sedari tadi hanya terdiam. Sedikit aneh memang, mengingat namja itu termasuk namja yang cerewet dan tidak bisa diam.
Junsu– teman sebangkunya pun menyadari hal tersebut. "Jae, kau kenapa?", tanyanya. Ia menatap Jaejoong secara intens.
"Hmm, tidak apa-apa kok," gumam Jaejoong. Suaranya lirih dan matanya menerawang kosong ke depan. Oke, Junsu mulai takut sekarang. Sikap Jaejoong sekarang ini semakin mirip seperti orang kesurupan. Pandangan matanya kosong, diam tak bersemangat dan gelagat yang berbeda dari biasanya.
Hiiiiiii–..tidak mungkin, ah!, pikir Junsu.
Dengan takut-takut, Junsu menepuk pundak Jaejoong pelan. "Ja–jae, kau sedang tidak kesurupan kan?"
Secara refleks Jaejoong menoleh ke arah namja yang bermarga sama sepertinya itu dengan mata belonya yang memicing tajam. Mencoba menghilangkan rasa kesalnya, namja pencinta gajah itu hanya menghela napas panjang. "Jebbal (tolong), jangan banyak bertanya lagi, Su-ie. Aku sedang tidak mood sama sekali saat ini."
Teman sebangku Jaejoong itu hanya mengerutkan dahinya bingung. Setahunya, sebad-mood apapun Jaejoong, ia akan menutupinya dengan sikapnya yang ceria. Namun, kali ini, Jaejoong meruntuhkan benteng pertahanannya yang kokoh dan menunjukkan perasaannya secara gamblang. Seolah-olah ia adalah sebuah buku yang bisa dibaca dengan mudah oleh semua orang.
"Ada apa?", suara Junsu terdengar tegas dan serius. Ia kembali menatap Jaejoong dengan rasa keingintahuan. "Kita teman kan?"
Pertanyaan tersebut hanya dijawab dengan anggukan pelan.
"Lalu kenapa kau tak mau bercerita padaku? Yang aku tahu, teman selalu berbagi dalam senang dan susah. Jika kau memang menganggapku sebagai temanmu, harusnya kau juga tak merasa malu untuk membagi semuanya denganku."
Junsu memang bukan namja yang pintar dalam urusan membaca perasaan atau menghibur orang lain, tapi setidaknya ia merasa apa yang telah diucapkannya bisa memberikan Jaejoong suatu cahaya baru– bahwa Junsu adalah temannya. Teman yang selalu mencoba memahami meski butuh proses. Teman yang mau berbagi dalam senang dan susah. Teman yang mau mendengarkan tanpa perlu menyela. Teman seperti itu lah, yang sebenarnya paling dibutuhkan Jaejoong untuk sekarang ini.
"A–aku," Jaejoong terdiam sejenak. Matanya bergerak-gerak gelisah. Namja cantik itu menggigit bibir bawahnya pelan– kebiasaan yang Junsu tahu temannya itu lakukan ketika sedang gugup.
"Ya?" tanya Junsu yang berusaha menunggu lanjutan perkataan Jaejoong dengan sabar.
Helaan napas lagi dilakukan– kali ini terasa lebih berat bagi Jaejoong. Ia sebenarnya ingin sekali bercerita pada Junsu sekarang dan di tempat ini. Hanya saja sepertinya saat ini bukan saat yang tepat.
"Jam istirahat. Saat keadaan kelas ini sudah sepi, ya?"
"Oke!" jawab Junsu singkat.
Kau harusnya sadar Jae, bisik Jaejoong pada dirinya sendiri, sekalipun kau bercerita tentang semuanya pada Junsu, hal itu tak akan mengubah apapun– terutama kenyataan yang ada di depan matamu.
.
.
.
Do you catch a breath
When I'm look at you
Are you holding back
Like the way I do?
.
.
.
"Jadi, apa?"
Perkataan Junsu membuka obrolan mereka yang seharusnya sudah dimulai kedua orang itu sedari tadi. Bel pertanda istirahat telah berbunyi sejak belasan menit yang lalu. Keadaan kelas pun sepi dan hanya tersisa kedua namja yang cantik dan imut itu. Sayangnya, Jaejoong masih saja mengunci mulutnya. Junsu pikir mungkin namja itu bingung bagaimana harus menyusun perkataannya.
Tidak mungkin, Junsu menggelengkan kepalanya tak percaya dengan pemikirannya sendiri. Jaejoong yang selama ini ia kenal adalah namja yang pandai menyusun kalimat tercepat sebelum mengeluarkannya dalam bentuk kata-kata. Dimana hal ini berlaku kapan pun dan dalam keadaan yang bagaimana pun.
Junsu yang mulai bosan menunggu Jaejoong berbicara pun mengetuk-ngetukkan jarinya tak sabar di atas meja. "Jae–"
"Aku merasa...telah jatuh cinta pada Yunho."
"–joong." Hening sebentar. "MWOERAGO?! (APA?!)"
Junsu membulatkan matanya horor. "Yunho, murid kelas ini juga kan?"
"Tenta saja, Su-ie." Jaejoong memutar bola matanya kesal. "Yunho yang mana lagi. Seingatku, hanya ada satu nama Yunho di sekolah ini."
Yunho dan Jaejoong?
Sungguh, Junsu tak pernah berpikir jika mereka berdua cocok menjadi sepasang kekasih. Bukannya apa-apa, meskipun keduanya berasal dari kelas yang sama, kedua namja itu jarang terlihat berbicara akrab satu sama lain.
Oh, kenapa Junsu tidak merasa aneh saat Jaejoong berkata jika namja itu telah jatuh cinta pada Yunho yang notaband-nya juga seorang namja? Tentu saja karena sekarang ini hubungan tersebut sudah dipandang sebelah mata lagi oleh masyarakat universal. Malah, Junsu sekarang juga sedang berpacaran dengan namjachingu yang sangat ia sayangi, Park Yoochun. Jadi ia tak merasa aneh bahkan jijik pada Jaejoong.
Sejauh yang namja berbadan montok itu tahu, Yunho bukanlah tipe namja alim seperti Siwon– mantan pacar Jaejoong. Yunho malah hampir seperti Kris– mantan pacar Jaejoong yang lain. Tak heran juga sih, mengingat Kris dan Yunho bersahabat dekat.
Yunho yang playboy. Yunho si tukang PHP (Pemberi Harapan Palsu). Yunho yang womanizer. Yunho yang ukenizer (?). Yunho yang bad boy. Yunho yang borju. Yunho yang merupakan cerminan sempurna namja keren raja gengsi masa kini.
Yun-yunho yang itu?!
"Kau sedang tidak bercanda kan, Jae?"
"Tentu tidak, Junsu-ie baby~"
"Tapi kau sudah tahu sendiri kan bagaimana namja yang satu itu?"
Berpacaran dengan Kris yang merupakan sahabat Yunho secara tidak langsung membuat Jaejoong sempat mengenal Yunho walaupun tidak terlalu akrab. Yunho hampir bisa dibilang mirip dengan Kris– bukan dari segi wajah tentu saja, melainkan sifat. Bedanya, Kris adalah tipe bad boy yang dingin dan kaku meski kadang bersikap konyol– yang terbatas hanya pada sahabat, kekasih dan keluarganya. Sedang Yunho adalah tipe bad boy easy going yang sering menggoda yeoja dan uke sana-sini secara terang-terangan.
"Hmm, aku cukup mengenalnya kok. Tapi ya bagaimana lagi? Kita tak akan pernah tahu kapan, dimana dan dengan siapa kita akan jatuh cinta, bukan?"
Yunho tak akan pernah menyukai Jaejoong lebih dari teman sekelas. Lagipula namja yang senang berkecimpung dalam dunia musik itu sadar jika selera Yunho sangat tinggi dan menurut dirinya sendiri, ia tak memenuhi satu pun kriteria calon kekasih namja tersebut.
"Sayangnya, aku sadar kok, Su-ie. Yunho takkan pernah jatuh cinta padaku."
"Tak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Jaejoong!"
"Iya, aku tahu. Jujur, aku takut dengan perasaan ini. Aku takut tersakiti lagi." Jaejoong menunduk– menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tidak, ia tidak akan menangis. Hanya saja rasa sakit di dadanya tak bisa ditolerir lagi.
"Jaejoong?"
"Takut berharap. Takut jatuh." Tanpa disadari Jaejoong, suaranya mulai bergetar.
"Uljima, Jae! Senyum dong!", hibur Junsu.
"Aku tak menangis, Su-ie!" Jaejoong mendongakkan wajahnya dan menatap Junsu kembali. Ia tersenyum lebar– walau terlihat sedikit dipaksakan. "Aku mengatakan hal ini padamu supaya aku mempunyai kenangan kalau aku pernah jatuh cinta pada seorang Jung Yunho."
Namja imut itu merasa bingung dengan perkataan teman sebangkunya. "Eh?"
"Aku akan mencoba melupakan perasaan ini karena aku tahu Yunho tak akan pernah jatuh cinta padaku. Jadi ya, dari pada aku harus sakit hati di belakang lebih baik aku menyerah dari depan, sejak saat ini kan?"
Ya, karena menurut Jaejoong, ia dan Yunho tak akan pernah bersama.
Yunho tak akan jatuh cinta padanya, kan?
.
.
.
The End.
.
Dan, hidup ending gantung! Yeah! Oh ya, ini yang saya sebut dengan 'so-what's-gonna-happen ending', yaitu ending yang bikin beberapa orang berpikir, "Terus habis itu mereka gimana?" atau "Kok udah maen selesai mulu ceritanya?"
Oke, intinya maafin saya ya kalau menurut chingu ceritanya gaje. Karena, cerita ini true story atau kisah nyata saya sendiri, ya begini. Dalam artian yang sebenarnya, endingnya memang begini, haha. /plak
Bedanya, saya ini cewek dan yang saya suka itu cowok.
Oh ya, saya lagi mencoba melanjutkan pelan-pelan semua cerita yang sudah saya buat dan diambang dicontinued. Support saya terus ya! (kalau ada yang mau sih...)
.
.
.
Review? Criticism?
*kissANDhug*
