Once Again
.
Warning: Slash/Straight. KiKuro/Kifem!Kuro. Once Upon a Time(fic)!AU & Happy End(fic)!AU (2 Time Setting). Reincarnation. Suicide. Chara-death. Quick-pace! OOC? Plothole? Typo(s)? 20y.o!Kuroko Tetsuya, 21y.o!Kise Ryota. Unbeta. Quick typing as usual.
Disclaimer: Kurobasu © Tadatoshi Fujimaki. Shaun own nothing, mine plot indeed.
Dedicated for #Kikuromonth week 1 (Born/Hello/711)
.
Cahaya panggung sudah dipadamkan, suara riuh penonton dan tepuk tangannya telah tiada, pementasan keluarga Kise sukses besar lagi. Pemuda berpakaian serba hitam bersembunyi di ruangan tempat tuannya beristirahat, menantinya kembali. Tak lama kemudian, dari balik pintu muncullah pemuda lain yang terlihat lelah. "Terima kasih atas kerja kerasnya, Ryota-sama."
Si pemain utama terkejut, lalu, melompat girang, "Tetsuyacchi ... Hentikan memanggilku seperti itu!" lalu, memeluk pemuda yang lebih kecil itu.
"Kau harus ingat kalau kita ..."
"... Adalah tuan dan penjaga. Tidak seharusnya seperti ini," Potong Ryota Kise sambil mengacak rambut kuningnya, "tapi, kita sudah terlanjur saling mencintai, jadinya bagaimana?" ia memberikan senyum yang lebar, wajah tampannya benar-benar menjebak. Apa kata para gadis-gadis di luar sana jika melihatnya seperti ini?
Tetsuya menghela nafasnya.
Ia cukup tahu sebagai klan Kuroko, klan yang memiliki kemampuan memata-matai, menjaga dalam diam, apapun yang membutuhkan keahlian agar tidak diketahui, itu sebenarnya akan menjadi bawahan, pekerja rendahan. Kebetulan ia ditugaskan untuk menjaga seorang dari klan penghibur, klan Kise, dan seseorang yang ia jaga merupakan aset terutama klan tersebut. Pemuda yang paling tampan dan paling berbakat. Terlalu lama bersamanya pun menyebabkan pertahanannya goyah, berapa tahun terlewati dan Ryota menyatakan perasaannya.
Mereka berdua telah menjalin hubungan yang terlarang tentu saja.
.
o.o.o.o.o.o
.
"Tetsu-chan!" Manager klub basket Teiko itu memanggil sahabatnya. Ia berlari membawa berkas-berkas yang sedang diperlukan tim basket yang ia kelola.
Manager lainnya, Tetsuna Kuroko, menatapnya datar, "Ada apa, Momoi-san?" tanyanya sambil melipati handuk yang telah dicuci.
Gadis berambut merah jambu itu mengambil nafas, "Hari ini kita harus menjemput seseorang pemain basket yang baru! Dia hebat sekali, baru 3 minggu di klub basket, sudah naik ke tim basket deretan pertama!" Satsuki berceloteh panjang. Gadis berambut biru muda itu mengangguk paham.
"Siapa namanya?"
"Ryota Kise."
Jantung Tetsuna langsung berdetak lebih kencang, dadanya sempat terasa sesak. Apa yang baru saja terjadi?
Ryota Kise?
Ryota ... Kise?
Otaknya terus saja mencari nama orang itu, pernahkah ia mengenalnya? Kenapa tubuhnya bereaksi saat mendengar nama itu? Kenapa perasaan rindu ini ...?
"Itu ... Apakah aku pernah mengenalnya?" Tetsuna menggumam pelan.
Satsuki segera memeluk Tetsuna, "Tetsu-chan! Kau imut sekaliii! Kau pasti mengenalnya, dia itu sudah sangat terkenal karena ia adalah seorang model remaja yang tengah naik daun." jawab teman masa kecil Daiki Aomine itu.
Mata birunya hanya dapat menatap lapangan basket yang masih kosong.
Dirinya merasa ada yang salah.
.
o.o.o.o.o.o
.
Siang maupun malam, Tetsuya tetap berjaga di dekat tuannya tersebut. Secara tak langsung ia menjadi orang yang paling dekat dengan Ryota. Luar dan dalam. Semua keluh kesah saat bekerja, semua canda tawa saat senggang. Semuanya diberitakan hanya kepada seorang Tetsuya Kuroko. Pemuda yang eksistensinya dipertanyakan karena minimnya aura keberadaannya.
Pernah sekali Ryota mengeluh, "Tetsuyacchi, kautahu klan Haizaki? Mereka selalu saja menyerang klan Kise. Seharusnya jika ingin popularitas, dia harus mengalahkanku dengan penampilannya di panggung, benar bukan?" ia memajukan bibirnya seperti anak kecil.
Tetsuya tertawa kecil lalu mengelus pelan surai kuning yang tengah bersandar di pundaknya.
Hal itu diceritakan saat hubungan dengan klan saingan Kise, Haizaki, semakin memburuk. Mereka sama seperti klan Kise, merupakan klan penghibur. Namun, pamornya masih kalah dibandingkan dengan kalan Kise yang memiliki Ryota. Waktu itu ... Musim panas ke 3 Tetsuya di kediaman keluarga pemimpin Kise.
Panas terik matahari cukup membuat orang-orang jadi malas bergerak. Tetsuya dan Ryota memilih untuk tetap berada di dalam kamar ditemani segelas dua gelas teh dingin. Angin semilir yang sejuk memasuki ruangan tersebut, menyebabkan hawanya menjasi hangat. Ryota tertidur dengan bersandar di kepala Tetsuya dan Tetsuya tertidur dengan bersandar di pundak Ryota.
Saat itu, Tetsuya sudah menjadi penjaga Ryota selama 3 tahun. Umur hubungan mereka 2 tahun.
Musim gugur tahun ke 3, Ryota diminta untuk menghadap ayahnya, tidak ada yang boleh menemani, sekalipun Tetsuya. Tetsuya merasa ketakutan, apakah tuan besar Kise sudah mengetahui hubungan mereka? Jadi, kebahagiaan yang mereka lalui itu adalah kebahagiaan semu, bukan begitu? Tetsuya mengutuki dirinya yang terlena dengan manisnya cinta. Cepat atau lambat, hubungan penuh noda ini akan kandas ...
Pemuda bermata bulat itu termenung di kamar tuannya.
"Tetsuyacchi?" Suara familiar memanggilnya untuk kembali ke dunia nyata, "Aku harus memberitahukanmu sesuatu ..." tangan pemuda tampan itu menggenggam tangan kanan kekasihnya.
Mata biru Tetsuya menangkap pipi pemuda di depannya lebam, seperti terkena tamparan, tangan kirinya yang bebas menyentuh pipi tersebut, "Apa yang terjadi ...?"
Mata beriris kuning itu mulai berkaca-kaca, lalu, bulir-bulir air mata keluar dari sisi matanya, "Aku dijodohkan ... Aku tidak mau, karena aku sudah memilikimu, tapi, aku tidak mungkin mengatakan hal tersebut itu, bukan?" kedua tangannya merangkul pemuda kecil itu.
Tetsuya menepuk-nepuk pundak pemuda kelahiran Juni itu, sebenarnya ia pun turut menangis dalam diam.
Kelegaan dan kesesakan bercampur. Berita baiknya, hubungan mereka sama sekali tidak diketahui. Berita buruknya, hububgan mereka tetap harus berakhir. Mereka berdua sama-sama terpukul.
.
o.o.o.o.o.o
.
Satsuki sudah menjemput pemuda yang baru naik tingkat tersebut, "Salam kenal, Kise-san. Aku Satsuki Momoi, manager tim basket deretan pertama." ujarnya memperkenalkan diri.
"Oh, mohon kerjasamanya, Momoi-san!"
"Ah, tapi, yang akan membantumu lebih banyak sebenarnya adalah manager kami yang satu lagi ..." Wajah Momoi berubah jadi panik, "Tetsu-chan? Tetsu-chan?!" panggilnya.
"Ada apa, Momoi-san? Apa kau sedang mencariku?"
Ryota menatap gadis setinggi 160 cm di depannya. Rambut biru mudanya yang sebahu, mata birunya yang bulat, kulit putihnya yang pucat. Harum vanila yang ia rindukan.
Rindukan?
"Tetsu-chan!" Girang Satsuki, "Ini Tetsuna Kuroko, manager yang akan membantumu selama kau berada di sini. Tetsu-chan! Ini Ryota Kise yang tadi aku ceritakan. Mata kuning madu itu bertemu dengan mata biru langit. Membawa perasaan nostalgia.
Anak bungsu dari 3 bersaudara itu lebih memilih untuk mengacuhkannya, mungkin itu hanya perasaannya. Memang berada di sekitar seorang Tetsuna Kuroko membuatnnya nyaman, tapi, mereka baru saling kenal sekitar ... sebulan? Semenjak itu, ia sering menemukan dirinya berada di dalam mimpi. Ia melihat dirinya sendiri bermain pentas. Ia bahkan tidak bisa mengingat kapan kejadian itu ada.
Sekali waktu selepas pertandingan, Ryota tidak sengaja membuat kakinya terkilir. Kebetulan yang sedang menangani hak tersebut adalah Tetsuna Kuroko selaku salah satu manager tim basket. Dengan telaten, gadis itu mengompres pergelangan kaki pemuda tersebut. Tetsuna mengikat rambutnya agar tidak mengganggu, dengan setelah kaos putih berkerah dan rok biru selutut. Di mata Ryota, Tetsuna sendiri cukup manis. Tetapi, kurangnya hawa keberadaan menyebabkan tak banyak laki-laki yang dapat melihatnya.
Karena dia hanya milikku.
Pemain bernomor 8 itu menggelengkan kepalanya, mencoba menghapus kata-kata itu dari kepalanya. Yang benar saja, dia sedang tidak memiliki kekasih! Bicara tentang Tetsuna juga mengingatkannya pada mimpi yang belakangan muncul. Seorang pemuda bermata bulat dengan rambutnya yang berwarna biru muda, tersenyum manis, dan memanggil namanya. Pemuda yang bermarga sama dengan perempuan di depannya.
.Saat menatap gadis yang tengah mengobatinya, Ryota menemukan sesuatu yang unik, "Kurokocchi, lehermu kenapa?" Tetsuna segera menutupi lehernya dengan kedua tangannya.
"I-itu tanda lahir. Bukankah kau juga memilikinya?" Tetsuna menjulurkan tangannya dan mengambil tangan kiri Ryota, "Ini tanda lahirmu juga, bukan?" memperlihatkan sebuah garis di pergelangan tangan kirinya.
"Bagaimana kautahu?!"
Tetapi, Tetsuna memilih untuk menjawabnya dengan diam.
.
o.o.o.o.o.o
.
"Aku dengar ... Perang antara klan Kagami dan klan Aomine sudah berakhir ..." Ryota bersandar pada jendela yang terbuka, menatap salju yang turun terus-menerus, "Mereka berdamai ... Tetapi, hidup kedua calon pemimpin klan berakhir di tangan klan masing-masing," ia masih menggantung kalimatnya. "karena ayah dari Taiga Kagami akhirnya menyadari bahwa putranya mencintai putra klan musuh."
Penjaga Ryota itu memasang wajah sedih. Ia mengenal kedua orang itu, Daiki Aomine dan Taiga Kagami. Mereka adalah calon pemimpin klan, mereka berasal dari dua klan yang berbeda dan bermusuhan, tapi, cinta tumbuh di area yang berbahaya. Mereka berdua saling mencintai.
Sedikit miris, karena ia seperti melihat kisah cintanya sendiri.
"Apakah jika ayahku mengetahui hak tentang kita ..." Dia diam sejenak, "ia akan membunuhku?"
Pemuda klan Kuroko itu hanya menggenggam tangan kekasihnya, "Jangan berpikir negatif seperti itu ... Kita hanya harus bersikap biasa dan jangan sampai ketahuan benar?"
Tetsuya tahu ia hanya membohongi dirinya sendiri, ia tahu bahwa ia juga cemas dengan hubungan mereka sendiri. Ia yakin Taiga ataupun Daiki pernah berusaha untuk mengembalikan segala hal seperti dahulu kala namun gagal, terbukti saat Daiki masih melindungi Taiga dan Taiga melepaskan pedangnya tanpa peduli masih berada di medan perang untuk memeluk Daiki. Tetsuya juga berusaha, namun tidak berhasil. Perasaan ini menahannya untuk tetap berada di samping mataharinya.
"Kurokocchi, di pentas yang akan datang ... Aku memutuskan untuk menjadikannya pentas terakhirku. Aku juga sudah memiliki tabungan yang cukup banyak ..." Tetsuya menatapnya bingung, "Ayo kita kabur dari sini."
.
o.o.o.o.o.o
.
"KUROKOCCHI! KAU HARUS MENJAWAB PERTANYAANKU!"
"Kau harusnya diam, Kise. Tetsu sedang sibuk mengurusi tim." Daiki mendengus kesal sambil memukul teman satu timnya.
"Tapi, aku butuh jawabannya!" Rengek Ryota lagi.
"Tapi, akan lebih baik kau diam, Kise-chin."
"Ki-chan nembak Tetsu-chan?!"
"Gemini hari ini akan mendapatkan jawabannya."
Akashi diam mendengarkan.
Ryota jadi pusing. Ia hanya penasaran dengan tanda lahir yang ia miliki dan Tetsuna miliki. Mungkin, Tetsuna tahu siapa pemuda yang makin sering muncul di mimpinya.
"Kau sepertinya salah paham, Momoi-san ..." Tetsuna muncul di tengah-tengah kawanan pelangi itu, "Aku sudah selesai. Sepertinya aku harus menyelesaikan satu masalah lagi." ucapnya sambil menarik si model.
Semuanya memberikan tatapan apa yang barusan terjadi?
Tetsuna menarik Ryota ke belakang gedung gym. Ia menghela nafasnya, lalu menatap pemuda bermarga Kise itu. Ryota sudah siap mendengar jawabannya, ia tampak seperti anjing yang menggoyangkan ekornya karena senang.
"Aku mulai ..." Tetsuna membuka mulutnya, "Aku tidak tahu apakah kau mengingatnya apa tidak. Tanda lahir yang kita miliki memberitahukan kita, bagaimana kita mati di kehidupan sebelumnya." Awal kalimat yang diucapkan Tetsuna membuat seorang mulut Ryota terbuka dengan tidak elitnya.
"Hanya itu?!" Pekiknya tidak sabar. Tetsuna bahkan dapat melihat ekor imajiner itu turun karena kecewa.
"Aku belum selesai ... Namaku Tetsuna Kuroko dan nama di masa laluku adalah ... Tetsuya Kuroko." Nama pemuda itu memancing ingatan di kepala pemuda berambut kuning itu.
"Tetsuyacchi! Kita akan selalu bersama, bukan?"
"Tetsuyacchi?" Lirihnya. Di kepalanya segera berputar semua ingatan di kehidupan masa lalunya, pertama kali ia bertemu dengan penjaganya, saat ia menyatakan cintanya, saat mereka menghabiskan waktu bersama, sat mereka memutuskan untuk kabur, dan saat nyawa mereka hilang. Ryota segera menatap pergelangan tangan kirinya, saksi bisu kematiannya. Lalu, menatap gadis di depannya yang memiliki tanda lahir di leher, penyebab kematiannya.
"Aku ... Sudah mengingat semuanya lebih dulu daripadamu. Aku minta maaf untuk menyembunyikannya. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kulakukan saat melihat semua hal itu ..."
.
o.o.o.o.o.o
.
Keputusan mereka sudah bulat, mereka akan lari bersama. Untuk hidup bersama. Mereka sudah mempersiapkan semuanya, sisa menunggu pentas ini berakhir.
Tetsuya berjaga di depan dan melihat seorang yang mencurigakan berusaha masuk ke dalamnya, "Maaf, apa yang ingin anda lakukan? Anda tidak bisa masuk." Tetsuya menjulurkan tangannya, melarang pemuda bertudung itu untuk masuk.
"Aku harus bertemu dengan Ryota-sama. Ada yang harus ditambahkan pada dandanannya."
"Bisakah saya memercayai anda?" Tepat setelah penjaga Ryota itu bertanya, muncul seorang Kise yang membela pria bertudung itu. Berhubung orang dari klan Kise itu sendiri yang memperbolehkannya, apa boleh buat. Tapi, tetap saja, Tetsuya tidak bisa berhenti untuk menatapnya.
"Bagus, kau mendapatkan yang kauinginkan, akupun juga begitu," Terdengar orang berbisik-bisik tidak jauh dari tempat pemuda bermarga Kuroko itu, "dengan membunuh Ryota." Tetsuya merasa tersambar petir.
Bagaimana bisa seorang dari klan itu sendiri mau membunuh orang klannya?! Iri hatikah? Bencikah? Ataukah dendam pribadi? Apapun alasannya, ia harus melindungi tuannya ... Ia harus cepat menyelinap ke ruang rias Ryota. Gesit tapi tidak ketahuan.
Tetsuya melangkahkan kakinya lebih cepat dan berusaha untuk tidak membuat suara. Ia tahu jalan tersembunyi di ruang tersebut, ia akan masuk dari sana dan meminta tuannya untuk kabur. Sayangnya, rencana dan kenyataan bisa bertolak belakang. Tetsuya mengintip dan melihat si pembunuh tersebut sudah berada di dalam ruangan. Pisau berada di tangan orang dengan tudung dan sudah diayunkan.
"Ryota-kun! Hati-ha...!" Ucapannya terhenti karena pisau tersebut telah melukai lehernya.
Ryota baru saja tersenyum senang saat mendengar suara Tetsuya yang ia cintai, namun, senyuman itu segera memudar saat menemukan pemuda yang ia cintai itu tergeletak dengan genangan darahnya sendiri.
"Te-Tetsuyacchi?" Suaranya bergetar, ia menggenggam tangannya, "Jangan bercanda ... Tetsuyacchi, ayo bangun ..." ia tidak bisa memercayai hal ini. Ini semua bohong, bukan? Ia memegang leher pemuda berkulit pucat itu dan tidak menemukan denyut nadinya.
Tetsuya Kuroko telah tiada.
"Hah ... Hahaha ... HAHAHAHA!" Ryota tertawa histeris. Lalu, mengeluarkan pisau yang berada di obi-nya, pisau kecil yang disembunyikan Tetsuya jikalau Tetsuya tidak bisa melindunginya lagi, "Kalian telah mengambil hal yang paling berharga untukku ... Apakah kalian bisa mengembalikannya?" ia berjalan mendekati kedua pemuda itu.
Si pemuda bertudung itu berjalan mundur dan terjatuh, tudungnya yang terlepas memperlihatkan sosok dengan surai abu-abu dan wajah bengis, Shogo Haizaki, "Sial. Aku ingin membunuhmu, Ryota."
Aktor itu tersenyum manis, "Kau sudah membunuhku dari dalam ..." jarinya mengetuk-mengetuk dadanya sendiri, "Saatnya giliranmu." mata kuningnya berkilat dan langsung bergerak dengan cepat menusukkan pisau itu ke leher saingannya. Pandangan matanya beralih ke orang satu klannya, orang yang iri dengan bakat Ryota, tanpa basa-basi, Ryota segera menancapkan pisau tersebut ke perut orang itu dan mencabut pisau yang telah bernoda darah.
"Tetsuyacchi ..." Ryota berjalan mendekati mayat penjaganya, "aku tidak bisa hidup tanpamu, kautahu bukan?" ia duduk di sisi Tetsuya dan mencium bibirnya untuk terakhir kalinya, "Aku akan menyusulmu. Semoga kita akan bertemu lagi." dan mengiris pergelangan tangan kirinya dengan pisau yang ia pegang.
.
o.o.o.o.o.o
.
Mengingat semua hal di masa lalunya membuatnya ia senang sekaligus merasa sedih. Ia berhasil menemukan kekasihnya di kehidupannya yang baru. Mereka tetap terlahir sebagai yang ditakdirkan bersama.
Langit biru yang berada di atas mereka, padang bunga yang tenang menjadi tempat yang mereka pilih untuk menghabiskan waktu berdua, jauh dari keramaian.
Tetsuna menatap model remaja yang tengah tidur beralaskan kakinya. Tangannya yang mungil dibiarkannya memainkan helaian rambut kuning itu, "Apakah mengingat kehidupan masa lalu itu anugerah ataukah petaka?" gumamnya. Mata birunya menatap tanda lahir Ryota, sebuah garis yang berada di pergelangan tangan kirinya.
"Kupikir sebuah anugerah? Jika kita tidak saling mengingat, aku tidak akan bertemu dengan Tetsuya lagi. Tetsuna tidak akan bertemu dengan Ryota lagi," Pemuda itu bangun dan mencium bibir Tetsuna singkat, "kita tidak akan seperti ini ..."
Tetsuna mengangguk pelan.
"Terima kasih atas kerja kerasnya, Ryota-kun."
"Aku pulang, Tetsuyacchi ..."
Mengenang masa lalu yang indah cukup membuat mereka merasa hangat, tetapi, sekarang yang harus mereka jalani adalah hidup di masa kini.
Tetsuya Kuroko yang terlahir sebagai Kuroko Tetsuna, anak tunggal, mantan manager Teiko dan sekarang menjadi manager SMA privat Seirin.
Ryota Kise yang terlahir sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara, model remaja yang terkenal, dan bermain basket di SMA Kaijo.
Apapun yang nanti akan mereka hadapi ... Mereka hanya berharap, jika mereka tidak bisa lepas dari lingkaran reinkarnasi ini, izinkankah mereka terlahir dan bertemu kembali.
.
o.o.o.o.o.o
.
A/N: Maaf telat. Saya hanya menumpahkan yang ada di pikiran saya, nanti mungkin bakal ada revisi hahaha. Maaf absurd.
Thankies for reading and have a nice day!
Shaun.
