Chapter 1: Hello.

Korea Selatan. Familiar dengan negara itu? Bagaimana dengan Seoul? Pasti kalian sering mendengar nama kota dan negara itu bukan? Entah bagaimana, negara yang terletak di bagian Timur Asia itu memiliki banyak lelaki yang tampan, dan juga gadis yang cantik.

Mengapa aku membicarakan topik yang sangat luas hingga menyangkut negara? Karena orang-orang dan cafe yang akan aku ceritakan terletak di sana. Di ibukota Korea Selatan, Seoul. Letaknya cukup strategis di tengah-tengah kota. Nyaman bagi para masyarakat terutama para pekerja dan remaja-remaja untuk mampir. Apa kaitan cafe ini dengan generalisasi lelaki tampan dan gadis cantik? Oh, aku membicarakan tentang para pekerja di cafe ini.

Cafe bernama Seventeen ini buka pukul 8 KST dan tutup pukul 9 KST di malam hari, serta memiliki 2 shift; shift pagi dan shift sore atau malam. Ada 8 orang karyawan yang bekerja di tiap shift. Oh, namun shift ini akan ditukar di hari libur. Para karyawan yang bekerja di shift pagi akan bekerja di shift malam, begitu pula sebaliknya. Dan seperti yang aku sempat bicarakan sebelumnya, cafe ini memiliki manusia-manusia sempurna sebagai karyawan.

Tokoh utama cerita ini adalah seorang lelaki yang bekerja di shift malam. Pekerjaan ini adalah pekerjaan paruh waktu baginya. Begitu pula bagi karyawan-karyawan shift malam yang lain. Namanya adalah Kim Mingyu - seorang mahasiswa tahun ke-2 di Universitas Swasta Seoul. Dia bekerja sebagai seorang koki dan barista. Bisa dibilang dia memang berbakat di bidang kuliner.

Tambahan: Kim Mingyu itu sangat tampan.

Tubuhnya juga sangat tinggi, dengan postur badan yang sempurna, dan kulit tan. Para pengunjung juga menyukai senyuman Mingyu dikarenakan senyuman lelaki itu selalu memperlihatkan sepasang taringnya yang membuatnya semakin mempesona.

Meskipun hanya seorang barista junior, namun rasa kopi buatan Mingyu tidak boleh diragukan, begitu pula masakannya. Lelaki ini punya tangan ajaib.

Mingyu dan karyawan-karyawan shift malam yang lain sudah bertingkah layaknya mereka adalah sebuah keluarga. Ada Seungcheol yang berperan sebagai ayah, Junghan yang berperan sebagai ibu, Soonyoung dan Seokmin layaknya sepasang anak kembar (meskipun mereka tidak seumuran), lalu ada Jihoon si gadis menggemaskan yang sebenarnya galak, Minghao si gadis China, dan Seungkwan si maknae.

"Mingyu-ah? Tumben kamu datang paling cepat?" Junghan mengedipkan matanya bingung saat melihat Mingyu telah duduk di sofa ruangan staff sambil menyesap kopi sorenya.

Lelaki bertubuh jangkung itu menatap sang gadis cantik ber-rambut platina itu sebelum meletakkan cangkir berisi kopinya di meja kaca di hadapannya.

"Aku tidak ada kelas hari ini, jadi aku habis jalan-jalan keliling Seoul." cengiran khas bertaringnya membuat Junghan ikut tersenyum. "Noona sendiri? Tidak bersama Seungcheol-hyung?"

"Dia ada kelas tambahan. Aigoo, anak tekhnik." gadis itu menggelengkan kepalanya pasrah.

Ya, Seungcheol dan Junghan adalah sepasang kekasih. Mereka sering datang bersama ke café setiap selesai kuliah, apalagi karena mereka menghadiri kampus yang sama. Meskipun berbedanya jurusan serta jadwal menjadi penghambat bagi mereka untuk datang bersama.

"OOOOOOOYYY!" suara gaduh yang familiar di telinga kedua remaja itu terdengar memekakkan telinga. Tak lama, pintu ruang staff dibuka secara kasar dan seorang lelaki ber-rambut pirang dan bermata sipit melompat memasuki ruangan.

"YEEESSS, aku lebih dulu dibanding Seokmin!" serunya riang.

Itu Kwon Soonyoung, salah satu pelayan dan penyambut tamu di cafe Seventeen. Berisik? Ya, lelaki itu memang sangat berisik dan ramai. Namun, itu lah daya tarik dari seorang Soonyoung.

Junghan terkekeh pelan,

"Halo, Soonyoungie. Mana Seokmin, Jihoon, dan Seungkwan?" tanya gadis dengan senyum malaikat itu sambil melihat ke belakang Soonyoung.

"Mereka payah, tidak bisa menyaingi kecepatan lariku." Lelaki ber-rambut pirang itu tersenyum bangga sambil menepuk dadanya sendiri.

"Kamu masih kalah jika harus melawanku, hyung." Mingyu berkomentar sambil memamerkan sebuah smirk.

Soonyoung mendecih lalu berlaga layaknya dia tengah menendang Mingyu. Sang barista muda pun ikut berlaga layaknya dia tertendang oleh lelaki yang lebih tua itu. Sementara Junghan? Oh, gadis cantik itu senang dengan pertunjukkan semacam ini, jadi dia tertawa.

MCD

"Yujin-ssi? Atas nama Yujin?" suara berat Seungcheol memekakkan telinga para pengunjung.

Tak lama, seorang gadis ber-rambut panjang sebahu tergopoh-gopoh mendatangi meja counter, mengambil pesanan atas nama dirinya.

"Terima kasih, oppa." dia membungkukkan badannya dengan semburat merah yang menghiasi wajahnya.

Seungcheol melemparkan sebuah senyuman ramah pada gadis itu sebelum berjalan menghampiri kekasihnya yang tengah membersihkan mesin kasir dengan telaten.

"Sayang..." Junghan mendongakkan kepalanya, lalu menatap kekasih tampannya. Sebuah senyuman terukir di bibirnya kala merasakan tangan lelaki itu mengelus surai panjang platinanya.

"Lelah ya? Istirahat lah dulu, ada Seokmin dan Soonyoung di sana. Aku akan membuatkanmu teh hangat nanti." gadis itu menegakkan posisi berdirinya agar dapat menangkup wajah Seungcheol dengan satu tangannya.

Sebuah kecupan dilayangkan Seungcheol untuk Junghan, membuat Seungkwan yang berada di sebelah mereka mendecih, Jihoon tersenyum kecil, dan beberapa pengunjung merengek iri. Oh, Mingyu juga ada di sebelah mereka - terlalu fokus dengan mesin kopi yang baru saja dia elap.

Tidak peduli.

"Mingyu-ah, aku ke bangku depan dulu ya." Seungcheol menepuk pundak Mingyu sekilas sebelum berjalan menghampiri Soonyoung dan Seokmin yang tengah berbincang di salah satu bangku.

Mingyu mengerjapkan matanya memperhatikan Seungcheol, sebelum mengangkat bahunya acuh. Dia menyesap Espresso yang dia buat sekitar setengah jam yang lalu sambil memperhatikan sekeliling café. Dia dapat melihat Seungkwan yang tengah berbincang dengan Jihoon, dan Minghao yang membantu Junghan melap beberapa cangkir dan piring.

"Aku bosan deh." dia bergumam, dan sepertinya hanya Minghao satu-satunya orang yang mendengar keluhannya.

"Mingyu-ah? Ke...napa?" gadis itu bertanya dengan aksen yang menggemaskan.

Sang barista tinggi itu melirik Minghao yang kini tengah memperhatikannya dengan mata bulat menggemaskannya. Kemudian, lelaki itu menggelengkan kepalanya sebelum mengelus surai ikal nyaris keriting milik gadis China itu.

"Bukan masalah serius kok. Hari ini membosankan saja. Aku libur, dan tidak terlalu banyak kopi yang kubuat." lelaki itu bercerita sambil terus memainkan surai ikal pirang milik Minghao.

Gadis itu menganggukkan kepalanya. Percaya lah, dia mengerti apa yang Mingyu bicarakan, hanya saja dia bingung bagaimana membalasnya.

"Tapi... hari ini..." Minghao terdiam sebentar, memikirkan kata yang tepat untuk diucapkan, "banyak lho pengunjung cantik."

Mingyu menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Minghao yang tengah tersenyum manis.

"Astaga Minghao- kamu berkomplotan dengan para manusia laknat itu?!"

Berkomplotan? Rupanya aku lupa menceritakan satu hal ya?

Kim Mingyu itu tampan, tapi dia terlalu cuek. Banyak pelanggan terutama yang cantik menyukainya, tapi Mingyu tidak tertarik. Dia lebih tertarik pada kopi dan makanan, dan tak ayal membuat para pengunjung kesal. Dia sempat mendapat teguran dari Seungcheol yang beralasan bahwa Mingyu kurang ramah. Semenjak saat itu, Mingyu mulai lebih ramah pada pengunjung, seperti tersenyum lebar pada mereka, sekedar mengajak berbincang, atau terkadang menggoda dan memuji, namun itu semua hanya lah acting. Pengunjung-pengunjung cantik itu tidak ada yang membuatnya tertarik sama sekali.

Kopi lebih menarik.

Sebuah pernyataan bodoh yang membuat karyawan-karyawan lain khawatir.

"Mingyu-ah, kamu gay?" Seokmin pernah menanyakan hal itu pada sang barista junior dan dibalas gelengan kepala olehnya.

"Tidak kok. Aku amat menyukai perempuan cantik, tapi entah kenapa mereka tidak menarik."

Dan rupanya, Minghao si gadis polos asal China ini telah bergabung dalam komplotan 'Mingyu-harus-mulai-naksir-cewe' yang dibuat oleh trio Soonyoung, Seokmin, dan Seungkwan.

"Kom...plotan?" Minghao bertanya dengan ekspresi wajah kebingungan. "Aduh, aku kan juga mau kamu mulai peduli pada perempuan."

Untung seorang gadis polos macam Minghao, jawaban itu membuat Mingyu terdiam.

"Tidak bisa membalas aku ya?" Minghao mendekatkan wajahnya pada Mingyu dan menatapi sepasang iris tajam milik lelaki itu dengan sepasang mata bundar menggemaskannya. Jari telunjuknya menusuk-nusuk perut rata milik sang barista.

Duh, sudah tau masih bertanya.

Lelaki kelahiran Seoul itu mendorong tubuh mungil nan kurus sang gadis China dengan perlahan, lalu mencubit hidung mancungnya.

"Coba lagi saat kamu sudah punya pacar. Okay?"

Kemudian, dia berjalan menuju Junghan yang sekarang sudah ikut berbincang dengan gadis-gadis lainnya, meninggalkan Minghao dengan wajah merah dan bibir yang mengerucut lucu.

"Noona. Nanti kamu pulang?" Mingyu menarik tangan Junghan dengan lembut, sontak membuat perhatian ketiga gadis di hadapannya itu tertuju padanya.

"Oppa mau menginap? Sepertinya Soonyoung-oppa dan Seokmin-oppa akan menginap." Seungkwan menjawab pertanyaan yang ditujukan pada Junghan. "Lalu sepertinya Jisoo-oppa juga akan menginap karena katanya besok dia ada meeting pagi."

Kalimat terakhir diucapkan gadis itu dengan nada sangat sangat bahagia dan dengan suara yang tinggi.

"Memangnya kenapa, Gyu?" Junghan menatap barista muda itu.

"Bosan di rumah. Aku akan menginap."

Jihoon menatap lelaki yang tingginya berbeda jauh darinya itu.

"Mingyu-ah, kamu ada masalah?"

MCD

Pukul 13 KST, Mingyu baru saja keluar dari kampusnya. Kelas mendadak dibatalkan, dan dia masih punya 3 jam sebelum dia memulai shift kerjanya. Lelaki itu memutuskan untuk berkunjung ke taman yang terletak di dekat kampus Soonyoung, Seokmin, Jihoon, dan Seungkwan. Temannya pernah memberitahu bahwa ada warung ddeokbokki yang lezat di taman itu. Dengan bermodalkan sedikit bagian dari gajinya, Mingyu pun melesat menuju taman itu.

Setelah memarkirkan motornya di tempat parkir yang tersedia, lelaki bertubuh jangkung itu pun menelusuri taman untuk mencari warung ddeokbokki yang dimaksud oleh temannya. Bibirnya terus menggumamkan nama warung ddeokbokki itu, sementara sepasang irisnya menjelajahi sekeliling taman, memastikan bahwa dia menemukan warung itu. Akhirnya, dia menemukan warung itu setelah 10 menit berjalan mengitari taman besar yang kebanyakan dikunjungi oleh pelajar itu. Sang barista muda masuk ke dalam antrian yang cukup panjang, dan dia memutuskan untuk berkirim pesan dengan temannya.

"Uhh… Ya? Aku ada di taman, kenapa?" sebuah suara yang tidak familiar di telinganya sontak menarik perhatian Mingyu. Kemudian, lelaki itu menemukan bahwa gadis yang mengantri di depannya adalah pemilik suara itu.

"Ada 4 orang lagi, aku tidak akan lama." Gadis itu kembali berbicara. Suara beratnya benar-benar memenuhi indera pendengaran Mingyu. Dia jatuh cinta pada suara unik gadis itu.

Tak lama, gadis itu memutus sambungan telponnya, lalu menghembuskan nafas dengan kasar. Nampaknya gadis itu kesal. Mingyu mengerucutkan bibirnya memperhatikan gadis itu dari belakang. Kemudian, dia mengerjapkan matanya saat gadis itu bergeser keluar dari antrian, membalikkan badannya, dan menatap Mingyu,

"Silahkan, aku tidak jadi beli." Seulas senyum ditujukan kepada Mingyu, lalu gadis itu berlalu, meninggalkan Mingyu yang terpana.

Gadis itu. Gadis dengan rambut hitam, panjang, dan lurus, dengan poni samping yang jatuh tepat di atas matanya. Dan sepasang mata miliknya sangat indah. Sipit, tajam, cantik. Hidungnya bangir nan mancung, bibirnya tipis berwarna pink, juga jangan lupakan satu alasan penting lain yang membuat Mingyu terpana dan langsung tertarik pada gadis itu;

Suaranya.

Berat dan unik, layaknya kopi Americano – salah satu kopi yang memiliki kandungan caffein berat, namun terasa enak untuk dinikmati, apalagi untuk menghilangkan stress. Candu, layaknya suara gadis itu. Semua elemen yang ada pada gadis itu mengingatkannya pada kopi.

Mingyu tertarik dan jatuh hati pada seorang gadis untuk yang pertama kali.

"Permisi, kamu mau maju atau aku serobot?" seorang gadis yang antri di belakangnya menyadarkan Mingyu dari lamunannya.

Kim Mingyu baru sadar bahwa antrian di depannya sudah kosong.

MCD

Jihoon menganggukkan kepalanya setelah Mingyu selesai bercerita. Tidak, bukan hanya Mingyu – seluruh karyawan café Seventeen dan seorang pengunjung tetap di café itu – Hong Jisoo, ikut menganggukkan kepala mereka.

"Berarti project kita bubar sudah!" Seokmin memberi komentar yang ditanggapi oleh Soonyoung dan Seungkwan.

"Project? What project?" Jisoo bertanya menggunakan bahasa Inggris – maklum, dia lama tinggal di Amerika.

"It's a long stowwy, oppa." Seungkwan membalas dengan bahasa inggrisnya yang pas-pasan sambil tersenyum manis ke arah Jisoo. "UGH aku suka sekali saat Jisoo-oppa berbicara menggunakan bahasa inggris! Sexy sekali!" serunya riang sambil memeluk Seokmin, sementara lelaki yang dipeluk hanya bisa terkekeh nelangsa.

Jisoo pun ikut terkekeh. Dia tidak memiliki perasaan khusus pada Seungkwan, tapi dia gemas dengan pola dan tingkah laku gadis itu.

Seungcheol hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan Jihoon tersenyum kecil memperhatikan barista senior itu. Sadar diperhatikan, Seungcheol menolehkan kepalanya ke arah Jihoon dan melemparkan sebuah senyuman kepada gadis mungil itu, membuat gadis ber-rambut pendek model bob dengan warna pirang-pink itu gelagapan. Berusaha menyembunyikan wajahnya yang merah, dia menolehkan kepalanya ke arah Mingyu, dan baru lah otaknya bekerja lagi.

Choi Seungcheol membuat otaknya kosong.

"Mingyu-ah, bisa sebutkan lagi ciri-ciri gadis itu?"

Mingyu menatap Jihoon balik sambil menahan senyumannya.

"Rambut panjang dan lurus berwarna hitam. Kira-kira panjangnya sampai sini…" lelaki berkulit tan itu membuat gestur panjang rambut se-lengan menggunakan tangannya. "Matanya sipit dan tajam, kulitnya putih, hidung mancung, bibir tipis."

"Terdengar sempurna…" Soonyoung bergumam.

"Dan suaranya berat?" Jihoon mengabaikan gumaman Soonyoung dan melanjutkan pertanyaannya.

Anggukkan kepala sang barista junior sudah cukup membuat seorang Lee Jihoon puas.

"Indeed, sounds perfect." Jisoo memberikan komentar sambil tersenyum pada Mingyu. "Seleramu tinggi ya, Mingyu-ah."

"Aigoo, hyung…" Mingyu terkekeh malu sebelum menyesap kopi buatannya secara perlahan.

Perlahan, para pengunjung mulai berkurang dan kini café sudah sepi. Hanya menyisakan mereka ber-9. Soonyoung berjalan menjauhi meja counter saat pelanggan terakhir keluar. Dia mengucapkan terima kasih kepada pelanggan terakhir itu, sebelum menutup pintu café, menguncinya, dan membalik tanda 'OPEN' menjadi 'CLOSED'. Setelahnya, dia kembali ke meja counter.

"Terima kasih dongeng malamnya, Mingyu-ah." Pelayan sekaligus penyambut tamu itu menunju pundak lebar Mingyu dengan lembut.

"Yep. Terima kasih Tuhan, Mingyu sudah mendapat pencerahan." Seungcheol memberikan komentar, mengabaikan Mingyu yang menggerutu kesal karena terus-terusan diledek. "Sekarang waktunya kita beristirahat. Ingat, besok kita shift pagi."

Semuanya menganggukkan kepala tanda setuju dengan Seungcheol, lalu satu persatu meninggalkan meja counter menuju ruangan staff, namun Mingyu masih tetap berdiri di sana, menghabiskan kopinya. Dia juga masih harus mencuci cangkir itu setelahnya. Dia memperhatikan Jihoon yang mencegat Seungcheol, dan berbicara sesuatu pada barista bertubuh kekar itu. Setelahnya, Seungcheol mengangguk, mengusap surai Jihoon dengan lembut, lalu masuk ke dalam ruangan staff. Mingyu tidak melewatkan senyuman lebar yang terpampang di wajah Jihoon, dan bagaimana wajah imut nan bulatnya berubah menjadi berwarna merah.

Imut. Jihoon memang manis sekali.

Setelah gadis itu menghilang ke dalam ruangan staff, hanya tinggal Mingyu dan pikirannya mengenai si gadis kopi yang tadi siang ditemuinya.

MCD

"Selamat pagi, selamat datang di Seventeen Café!" suara merdu Seungkwan bergema ke seluruh ruangan saat pelanggan pertama berjalan memasuki café.

Gadis ber-rambut ikal se-punggung itu sampai di café pukul setengah 7 KST, di saat karyawan-karyawan yang menginap belum bangun – kecuali Jihoon yang sudah rapi dan sudah mulai memasak makanan untuk dijual hari ini. Tumben sekali, mengingat Jihoon sangat susah bangun tidur.

Baik Junghan maupun Minghao belum datang, jadi Seungkwan hanya sendirian berdiri di balik meja kasir. Soonyoung dan Seokmin tengah menyiapkan meja-meja dan kursi-kursi, dan menyapu lantai café. Mingyu sedang menyiapkan mesin kopi, dan Jisoo tengah berkutat dengan laptopnya di salah satu meja café, secangkir Americano hangat menemani pagi sibuk lelaki asal Amerika itu. Jihoon? Gadis itu menghilang sejak pukul setengah 8, dan dia enggan memberitahu tujuan dan alasan kepergiannya pada Seungkwan, tapi gadis itu berjanji akan kembali pukul 10.

"Hai, ingin pesan apa?" Seungkwan tersenyum kepada wanita dengan seorang anak perempuan yang menjadi pelanggan pertama itu, sementara Mingyu sudah bersiap untuk membuatkan pesanan mereka.

"Aku ingin pesan Omelet, jangan diberi saus sambal." Lalu wanita itu menatap papan menu yang digantung di atas counter. "Hot Vanilla Frappucino. Ekstra saus caramel?"

Gadis bermarga Boo itu menganggukkan kepalanya sambil mengetikkan pesanan wanita itu di mesin kasir, tidak menyadari Mingyu tengah bercengkerama dengan sang anak perempuan. Bercengkerama? Ya, barista itu tengah mengajak gadis kecil pemalu itu berbicara, dan memberikan sekotak mini cookies rasa vanilla kepadanya. Sang gadis kecil menerima cookies itu sambil tersenyum malu, lalu menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher ibunya. Mingyu terkekeh pelan sebelum mulai membuatkan pesanan sang ibu.

"Semuanya 55,000 won, dan anda bisa menunggu di salah satu bangku. Nanti pesanan anda akan kami antar, nyonya."

Pelanggan wanita itu tersenyum setelah membayar pesanannya, lalu mencari bangku untuk dirinya dan anaknya. Seungkwan melambaikan tangannya ke arah si anak, dibalas dengan senyuman malu oleh bocah itu.

"Minumannya sudah jadi. Aku akan ke dapur, okay?" Mingyu menepuk pundak Seungkwan dengan lembut, lalu masuk ke dapur.

Tepat setelah Mingyu masuk ke dapur, Minghao keluar dari ruang staff – telah mengenakan seragam dan make up. Dia melambaikan tangannya ke arah Seungkwan yang juga melambaikan tangannya balik ke arah gadis bermata bulat itu.

"Selamat pagi. Pagi juga Jisoo-oppa." Gadis ber-rambut ikal itu melambaikan tangannya ke arah Jisoo. "Pagi, Soonyoung-oppa, pagi Seokmin." Lalu ke arah Soonyoung dan Seokmin, yang tentu saja dibalas oleh ketiga lelaki itu.

Tidak lama, Seungcheol dan Junghan datang bersama, disertai dengan pelanggan yang terus berdatangan ke café. Tepat pukul 9, Seungkwan dan Junghan tengah beristirahat di dalam ruang staff, meninggalkan Minghao sendirian di balik meja kasir. Seungcheol berada di dapur, dan Mingyu tengah membuat beberapa minuman pesanan para pelanggan.

"Atas nama Hyejung!" suara berat Mingyu menarik perhatian seisi café, dan tak lama seorang gadis datang mengambil minuman atas nama dirinya. Tersenyum manis dengan ekspresi wajah malu-malu, gadis itu membungkukkan badannya lalu kembali duduk di bangkunya.

Minghao tersenyum memperhatikan gadis itu, tidak menyadari ada seorang lelaki yang telah berdiri di depan meja kasir, siap untuk memesan.

"Uhh… Permisi?" lelaki itu mulai berbicara, membuyarkan lamunan Minghao.

"O-oh, maafkan aku…" Minghao membungkukkan badannya canggung dengan semburat merah di wajah manisnya. Aksen China nya yang kental membuatnya semakin menggemaskan. "Ingin pesan apa?"

Si pelanggan lelaki itu tersenyum pada Minghao.

"Hot Chocolate, extra Hazelnut syrup. Ukuran sedang, atas nama Junhui." Minghao terkejut saat lelaki itu berbicara bahasa China. "Berapa totalnya, Minghao?"

Minghao mengerjapkan matanya beberapa kali. Bagaimana lelaki itu tau namanya?

"Nametag mu." Seolah bisa membaca pikiran Minghao, lelaki itu menjawab.

"O-oh… Ya, atas nama siapa?" Minghao yang gelagapan, membuat bahasa Korea nya menjadi semakin hancur dan terdengar membingungkan.

Si lelaki bernama Junhui itu terkekeh pelan.

"Junhui. Minghao, kamu tidak perlu berbicara bahasa Korea padaku."

Wajah manis Minghao sudah memerah sempurna saat ini.

"Y-ya..." balasnya pelan sambil menuliskan nama Junhui di gelas kertas yang akan digunakan sebagai tempat minuman lelaki Cina itu.

Mingyu yang memperhatikan interaksi kedua orang itu tersenyum. Sepertinya gadis itu telah menemukan seseorang yang dapat membuat jantungnya berdegup lebih kencang daripada biasanya – jatuh hati. Senyumannya semakin lebar saat Minghao memberikan gelas kertas itu padanya. Mingyu yang iseng, mengambil sharpie yang biasa digunakan para kasir untuk menulis nama pelanggan di gelas-gelas mereka, dan menambahkan gambar hati serta emoji senyum di sebelah nama Junhui. Dia juga menuliskan nomor ponsel Minghao di ujung bawah gelas, sebelum kemudian membuatkan pesanan si lelaki China itu.

"Totalnya… umm… 34,000 won." Junhui membayar sambil tersenyum. Setelahnya, dia berjalan menuju sebuah bangku dan menunggu pesanannya sambil memainkan ponselnya.

Setelah pesanan lelaki dengan ber-rambut coklat itu jadi, Mingyu memanggil Soonyoung untuk mengantarkan pesanan si lelaki itu. Soonyoung menghampiri sang barista, dan terkekeh melihat gelas yang terdapat gambar hati serta nomor ponsel di permukaannya.

"Jadi kamu berubah menjadi gay karena putus asa dengan gadis kopi itu?" Soonyoung mencibir sambil terkekeh.

Mingyu tersenyum lebar sambil menggelengkan kepalanya, lalu berbisik pada Soonyoung,

"Orang China. Calon pacar Minghao. Lihat dia, wajahnya merah sekali saat ini." Dan Soonyoung pun menuruti perintah Mingyu untuk melihat Minghao. Benar saja, wajah gadis China itu masih merah sempurna saat ini, dan dia tampak tidak fokus.

Menggemaskan sekali Xu Minghao.

Setelah tertawa, si pelayan ber-rambut pirang itu pun mengambil pesanan Junhui dan mengantarkannya pada lelaki yang terlihat seperti habis ber-olahraga itu. Mingyu tersenyum puas.

Junhui membulatkan matanya setelah melihat gelas pesanannya, lalu menatap Minghao. Gadis yang ditatapi itu hanya bisa tersenyum canggung dengan wajah yang masih merah karena malu. Kemudian, dia terlihat gelagapan menanggapi Junhui yang terkekeh renyah sambil mengangkat gelasnya ke arah gadis itu.

Soonyoung dan Mingyu tengah melakukan tarian selebrasi bersama, mendapat tatapan cemburu dari Seokmin yang tengah mengelap kaca café.

.

.

Hari itu terasa begitu cepat, namun Jihoon benar-benar tidak ada di café, membuat Seungcheol cemas meskipun dia tahu apa yang dilakukan gadis mungil itu, dan kemana dia pergi.

"Jihoon kemana sih?" Soonyoung bertanya pada karyawan-karyawan yang lain. Nada bicaranya menunjukkan bahwa dia jauh lebih khawatir daripada Seungcheol. "Tiba-tiba menghilang tanpa izin. Bolos dia?"

Beberapa detik setelahnya, pintu café terbuka dan Jihoon masuk ke dalam – sudah mengenakan seragam, dan dia tersenyum lebar ke arah teman-temannya – terutama ke arah Mingyu. Kenapa gadis itu masuk melalui pintu depan? Itu kan pintu untuk para pelanggan? Para karyawan café saling bertatapan dan raut wajah mereka sama; bingung.

"Maaf aku terlambat, sudah jam 12 ya?" gadis itu terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Soonyoung bergerak cepat mendekati gadis mungil bermata sipit itu, lalu memeluknya erat. Sontak membuat para karyawan kaget – kecuali Seokmin dan Seungkwan.

"Kamu kemana saja? Aku – maksudku, kami semua mengkhawatirkanmu."

Jihoon yang tengah terkejut, menatap Seungcheol yang juga terkejut. Namun kemudian, gadis itu dapat melihat sang barista senior tersenyum hangat yang anehnya, membuat dadanya berdenyut sakit. Perlahan, gadis ber-rambut pirang-pink itu mendorong tubuh Soonyoung menjauh.

Mendadak, Kwon Soonyoung merasa kosong.

"Aku habis dari kampus, Soonyoung-ah." Kemudian, Jihoon menatap wajah teman-temannya satu persatu – termasuk Jisoo yang masih disitu. Tatapannya berhenti pada Mingyu.

"Dan aku mengajak seorang teman. Aku akan mentraktirnya hari ini." Kekehnya. "Mingyu-ah, buatkan dia kopi paling enak, okay? Supaya dia tidak kapok datang ke sini."

Mingyu mengerjapkan matanya bingung.

"Tentu saja, itu kan pekerjaannku, noona."

"Lho, kopi buatanku juga tak kalah enak dengan buatan Mingyu." Seungcheol memprotes.

Jihoon menganggukkan kepalanya.

"Aku setuju, tapi aku mau Mingyu saja yang membuatkan pesanan temanku."

Semuanya saling bertatapan, dan Mingyu mengangkat bahunya acuh.

"Mana temanmu?" Itu Seokmin yang bertanya. Dia, Minghao, dan Seungkwan memperhatikan ke arah pintu café yang belum juga dimasuki oleh pengunjung lagi.

"Oh, aku menyuruhnya berdandan dulu. Dia pucat kalau tidak memakai blush on dan lipstick." Gadis mungil itu menjawab sambil tersenyum ke arah pintu. "Wonwoo-ah!"

Tidak lama, seorang gadis berjalan dari samping café, lalu memasuki café. Gadis bertubuh langsing itu mengenakan kemeja hitam bermotif bunga berwarna putih yang kedua kancing teratasnya tidak dikancing. Mini skirt berwarna hitam menunjukkan kaki jenjang putihnya, dan leher panjang nan putihnya dihiasi dengan choker berwarna hitam. Rambutnya panjang se-lengan, berwarna hitam, dan lurus. Mata gadis itu sipit, dan tatapannya tajam, hidungnya mancung, dan bibirnya tipis. Gadis itu cantik.

Familiar?

Kim Mingyu tengah terpaku di tempatnya saat ini. Bibirnya terbuka saking terpananya dia melihat gadis itu. Jihoon tersenyum penuh kemenangan sambil melihat ke arah Mingyu, dan para karyawan lain reflek mengikuti arah tatapan Jihoon – Mingyu yang tengah melongo.

Untungnya dia masih terlihat tampan.

Gadis itu pun sampai di depan meja counter.

"Teman-teman, ini teman satu kampusku – Jeon Wonwoo. Perkenalkan."

Semua karyawan Seventeen melambaikan tangan mereka sambil tersenyum – termasuk Jisoo, kecuali Mingyu. Gadis itu pun tersenyum canggung sambil melambaikan tangannya balik.

"Halo, namaku Jeon Wonwoo. Salam kenal. Maaf merepotkan karena Jihoon akan mentraktirku hari ini."

Mingyu masih terdiam. Suara berat itu – suara yang menjadi candu baginya. Suara paling merdu yang pernah dia dengar.

"Oh, tidak apa-apa. Kalau begitu kamu bebas memesan." Seungcheol bergurau, mendapat sebuah tatapan galak dari Jihoon. Gadis bernama Wonwoo itu terkekeh pelan.

"Wonwoo-ah, hari ini kamu punya pelayan pribadi lho!" Jihoon mendekati gadis itu dan merangkul lengannya.

Gadis cantik itu hanya bisa mengerjapkan matanya bingung, pasrah saat tubuhnya di tuntun mendekati Mingyu yang masih terpaku di balik meja counter.

"Ini adalah barista kami. Namanya Kim Mingyu. Dia pelayan pribadimu hari ini. Tampan kan?" Wonwoo tersenyum canggung menatap Mingyu yang masih melongo. "Minuman dan makanan buatannya sangat enak, kamu pasti suka!"

Seungkwan yang gemas melihat Mingyu, menepuk punggung lelaki itu dengan kencang, dan meneriakkan nama barista itu dengan lantang.

"H-halo, aku Kim Mingyu! Hai… hai, salam kenal." Barista tampan itu tersenyum lebar sambil membungkukkan badannya. Gerakannya kaku, dan kentara sekali bahwa dia nervous.

Seluruh karyawan tersenyum memperhatikan adegan lucu di hadapan mereka – beberapa di antara mereka bahkan menahan tawa.

"Salam kenal, Mingyu-ssi. Semoga makanan dan minumanmu membuatku ketagihan. Sekali lagi, namaku Jeon Wonwoo."

Itu adalah nama gadis kopi milik Mingyu. Gadis pertama yang membuat Mingyu tertarik dan langsung jatuh hati. Gadis yang membuat para karyawan Seventeen lega karena ternyata barista muda mereka masih normal. Manis sekali.

MCD

Rubrik Khusus Trio S; Soonyoung, Seokmin, dan Seungkwan

Soonyoung: Selamat malam! Berjumpa dengan aku, Kwon Soonyoung

Seokmin: Aku Lee Seokmin

Seungkwan: dan aku, princess Boo Seungkwan!

Seokmin: Aigoo, princess Boo…

Soonyoung: Apa topik kita hari ini?

Seungkwan: Yah, yah, oppa! Sebelum lanjut dengan topik, kita harus menjelaskan pada pembaca rubrik macam apa ini.

Soonyoung: Oh, ya. Benar juga. Rubrik special Trio S ini akan muncul di setiap chapter, dan pastinya akan ada bintang tamu spesial yang kita undang.

Seungkwan: Nah! Topik hari ini adalah…

Soonyoung, Seokmin, dan Seungkwan: Menjaga hubungan tetap awet!

Seokmin: Topik macam apa ini?

Seungkwan: Oppa tidak punya pacar, jadi oppa pasti tidak mengerti.

Soonyoung: Ouch.

Seungkwan: Karena itu, bintang tamu kita hari ini adalah… Seungcheol-oppa! Beri tepuk tangan!

Seungcheol: Apa-apaan ini… Jangan lupa bereskan ruangan ini nanti! Dasar kalian…

Seungkwan: Bawel…

Soonyoung: Anyway, hyung! Ini adalah rubrik keren kita bertiga

Seokmin: Kita akan melakukan wawancara. Pokoknya akan asyik, tenang saja hyung!

Seungcheol: Terserah… Jadi ada apa kalian mengundangku?

Seungkwan: Well! Karena topik hari ini adalah 'Menjaga Hubungan Tetap Awet', dan Seungcheol-oppa adalah lelaki yang paling konsisten dalam berhubungan…

Soonyoung dan Seokmin: Yah yah yah!

Seungkwan: Berisik! Jadi, kami ingin tahu, bagaimana bisa oppa sangat konsisten dalam berhubungan. Oppa dan Junghan-eonnie sudah 2 tahun pacaran, kan?

Seungcheol: Astaga haha… Aku merasa tersanjung disebut sebagai lelaki yang konsisten dalam berhubungan. Well, rahasiaku adalah cinta dan komitmen.

Seungkwan: Whoa, pembicaraan berat…

Soonyoung: Bisa jelaskan pada pembaca secara detail, hyung?

Seungcheol: Cinta itu penting. Itu kan penyebab utama seseorang bisa menjalin kasih. Aku cinta Junghan, dan dia juga cinta padaku. Kami bisa menjaga perasaan cinta kami, sehingga kami tetap merasa layaknya baru pertama kali jatuh cinta tiap kali kami bersama. Jelas?

Seokmin: Keren, hyung! Oke, bagaimana dengan komitmen?

Soonyoung: Astaga, aku saja hanya kepikiran naksir, suka, kagum…

Seungcheol: Komitmen itu tidak kalah penting dengan cinta. Kalau tidak ada komitmen, cinta itu tidak akan bertahan. Kami saling berkomitmen untuk saling mencintai, tetap bersama, saling berbagi dan terbuka, dan saling menjaga satu sama lain. Oh, terutama aku yang memiliki komitmen untuk melindungi Junghan, apapun yang terjadi.

Seungkwan: KYAA! Aigoo, Seungcheol-oppa romantis sekali… kalau Hansol, dia…

Soonyoung: WAH! Terima kasih untuk jawaban kerennya, hyung. Benar-benar membuka mata hatiku

Seokmin: Ekhm, aku juga…

Seungkwan: Yah yah yah! Oppa-deul! Kalian tidak bisa lihat princess sedang bercerita?

Seungcheol: Haha sama-sama. Rubrik ini menarik juga

Soonyoung: Tentu saja! Seperti yang kita janjikan

Seungkwan: Eish…

Soonyoung: Sekian Rubrik Trio S hari ini. Aku Soonyoung

Seokmin: Aku Seokmin!

Seungkwan: ….Boo Seungkwan

Soonyoung: dan bintang tamu kami…

Seungcheol: Choi Seungcheol!

Soonyoung, Seokmin, dan Seungcheol: Sampai bertemu di lain kesempatan!

Seungkwan: Aku benci oppa-deul

MCD

Hai guys! Baru kemarin gue update last chapnya MBIJF ya wkwk. Ini dia my new project I was talking about in MBIJF's after note! So apparently, Imma Carat. Tapi gue masih nulis EXO kok, kalem aja! Tapi, gue juga nge-ship anak2 Seventeen you see, and my no. 1 OTP is Meanie YEAY! I ship the other pairings too, but I won't mention 'em since itu sama aja gue ngasih spoiler buat main pairings di fic ini yang masih gue rahasiakan. Paling yang harus kalian tau ya Meanie aja.

So, this isn't a rated M fanfic. Masih gabisa bayangin bocah2 itu jadi rated M gitu lah. Ini more like daily live. Students' daily live including problems and love story. Macem curhatan gue aja wkwk. Hope you guys still have interests in reading my story eventho it's Seventeen, not EXO. Sengaja bikin plot cepet btw, tapi ga keburu-buru, I promise.

Lemme know if you support this project or nay by reading this story and giving me some reviews, okay?