Bersekolah di sebuah sekolah khusus itu kadang terasa menyebalkan, menjalankan rutinitas dengan biasa-biasa saja. Apalagi bagi dua pasang sahabat pink-pirang ini—Sakura dan Ino yang sedang duduk di kantin Konoha Gakuen Girl School—. Mereka menyantap perlahan makanan yang dipesan dengan rasa ogah-ogahan. Terlebih Sakura yang baru saja memberi pelajaran pada siswi yang melanggar peraturan sekolah. Ia tidak ingin tapi, jabatan sebagai Ketua OSIS menuntutnya.

Tiba-tiba wanita yang lebih tua dari mereka dengan kaca mata dan surai merah marunnya melenggang mendekati meja mereka. Sakura sukses mendongak melihat salah satu sensei mudanya menghampiri. Alisnya kontan tertaut. Ada apa gerangan Karin—guru bahasa Inggris— datang menghampiri mereka? Apabila siswi-siswi yang kurang ajar pastilah itu hal yang sangat biasa.

"Ada apa, sensei?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut mungil Sakura sesaat Karin duduk di sebelah sahabatnya—Ino. Mendengar seloroh Sakura barusan tentu membuat Ino refleks mengikuti direksi Sakura memandang seseorang di sebelahnya yang Sakura sebut sebagai sensei.

Ekspresi Ino tak jauh berbeda melihat Karin sedang duduk manis dengan sedikit seringaian di bibirnya. Oh, tiba-tiba saja bulu kuduk Ino merinding melihat seringaian senseinya yang terlihat menyeramkan? Entah kenapa nalurinya berkata akan ada hal buruk! Gawat!

"Sakura aku ingin meminta bantuanmu. Kau bisa, kan?"

Sakura kikuk di tempat mendengar kalimat penuh penekanan itu apalagi di akhirnya. Kalau sensei-nya satu ini meminta bantuan pasti tidak bisa ditolak. Dengar saja nada bicaranya tadi. Daripada seperti sebuah pertanyaan itu lebih terdengar paksaan menyakitkan bagi Sakura. Sebelum menjawab, Sakura menggigit bibir bawahnya pelan dan menimang-nimang keputusan, tak lupa ia tilik sebentar Ino seolah bertanya 'bagaimana ini?'

Sayang sekali. Sial nasib Sakura karena Ino malah hanya mengangkat bahunya seolah tak peduli. Terang saja mendapat respon seperti itu membuat Sakura melotot ke arah Ino dan disambut cengengesan tidak jelas darinya.

"Memangnya bantuan apa, sensei? Kalau kita bisa membantu, kita akan membantu," papar Sakura di akhiri senyum manisnya. Ino tersedak seketika mendengar kata 'kita' yang keluar dari mulut gadis bubble gum tersebut. God please! Dia tak seharusnya ditarik ke dalam hal ini. Ia mengutuk jawaban Sakura barusan.

"Forehead! Apa-apaan kau ini, hah?! Kenapa jadi 'kita'? Kan yang dimintai tolong itu kamu bukan aku," sergah Ino tak terima dan menggebrak pelan meja. Tolong jangan heran, kedua gadis ini memang senang menggebrak meja walau masalahnya hanya hal sepele.

"Tidak juga. Semakin banyak yang membantu akan lebih baik. Jadi, Ino, kamu tidak keberatan, kan?" Skak! Matilah Ino. Ia kalah telak dan hanya bisa cengo dan sedetik kemudian melempar pandangan mematikan miliknya kepada Sakura. Ah, senangnya Sakura. Ditatap seperti itu tak akan membuatnya ciut, ia malah semakin memperlebar cengirannya dan menatap Ino seolah berkata 'jangan main-main denganku.'

"Hm, jadi?" Sakura sengaja menggantungkan kalimatnya memancing sensei-nya agar langsung saja mengatakan hal apa yang akan diminta tolong tersebut.

"Ikut sensei menyelinap masuk ke Konoha Gakuen Boy School, tetangga kita, lebih tepatnya hanya asramanya saja sih."

.

Disclaimer still Masashi Kishimoto

Pairing : NaruSaku, ShikaIno, and the others pairing.
[Gak suka sama pairings-nya? Jangan protes, gak ada yang maksa buat baca ini kok]

Warning : Standard Applied-Oocness, Typo everywhere, rush, etc-, AU.

Rated : T+

.

Don't Like? Easy guys! Just don't read ;)

.

.

.

.

.

"APA?!" Suara cempreng Sakura dan Ino menggegerkan orang-orang di kantin. Pasalnya suara mereka memang benar-benar cetar membahana tidak ketulungan. Bahkan mungkin dalam radius satu kilometer saja masih terdengar. Oke, mungkin ini terlalu hiperbola.

Sekali lagi jangan salahkan mereka. Memang siapa yang tidak akan shock saat kamu diminta masuk kandang macan? Sekolah itu memang bukanlah sekolah musuh, tapi tetap saja sekolah mereka dan KGBS menjalani perang dingin bertahun-tahun. Belum lagi peraturan di sekolah itu bisa mematikan siapa saja! Kepala sekolahnya memang kejam bahkan sampai melarang siswa-siswanya jatuh cinta! Ini serius!

Bahkan perang dingin yang terjadi saja hanya karena larangan 'jatuh cinta' itu. Dulu. Sakura, Ino dan Karin pun tak tahu kapan tepatnya. Ada seorang siswa di KGBS yang jatuh hati pada salah satu siswi KGGS, begitupun sebaliknya. Akhirnya mereka memilih untuk berpacaran diam-diam, naas memang karena pihak kedua sekolah mengetahui hal tersebut.

Mereka dengan sangat tega memisahkan kedua sejoli itu dengan cara yang memprihatinkan atau mengerikan? Masing-masing dari mereka diberi pil untuk melupakan kenangan dengan orang yang mereka cintai sekaligus melupakan orang tersebut. Setelah itu, semua hal seolah kembali seperti semula. Tak boleh ada yang mengungkit-ungkitnya lagi, namun memang tetap saja hal itu menjadi cerita turun-menurun. Dengan rahasia dan tak boleh diketahu para leluhur alias kepsek, siswi-siswi tetap menceritakan hal tersebut dari tahun ke tahun.

Kembali ke kedua gadis cantik ini yang masih shock bukan kepalang. Untuk apa memang sensei-nya berurusan dengan sekolahan sebelah? Kalau sampai ketahuan sungguh bisa kembali menggemparkan. Bisa-bisa sekolah mereka dengan KGBS benar-benar akan bermusuhan.

"Gomennasai! Kami tidak bisa sensei." Dengan tegas mereka berucap setelah kecengoan yang sempat melanda itu hilang. Lidah Karin berdecak mendengar penolakan dari mereka. Ia memang tahu bahwa tidak mudah membujuk Sakura dan Ino.

"Kamu yakin, Ino? Bisa saja kita menemukan cowok cakep di sana, kan?" Karin mencoba memancing Ino. Benar saja Ino langsung berpikir ulang dengan penolakan barusan.

Benar juga, kan? Bagaimana kalau ada cowok cakep? Mereka bisa berkencan diam-diam dan asal tidak sampai ketahuan saja. Lagipula ia juga sudah jarang mencuci mata.

"Baiklah boleh juga. Tapi, sensei yang akan menanggung semuanya ya?!" Ino menyetujui dengan mengajukan syarat membuat Karin menyeringai penuh kemenangan. Sakura kontan melotot tak percaya. Oh God please! Baru diiming-imingi cowok cakep sahabatnya langsung lunak begini?! Ck, menyebalkan betul Ino! Bagaimana ini? Sakura tak mungkin membiarkan sahabat tercinta kesusahan sendiri nantinya.

Senyum miring itu lagi dan lagi terukir di bibir seksi Karin. Irisnya menangkap ekspresi gusar Sakura. Karin cukup tahu watak Sakura, ia tak akan tega meninggalkan sahabatnya sendirian melakukan hal di batas wajar ini. Seperti kata pepatah. Sekali mendayung, dua sampai tiga pulau terlampui. Karin memang licik. Sakura tidak bodoh untuk menyadari senyum kemenangan dan tipu muslihat sang sensei. Lidah Sakura berdecak. "Baiklah kita ikut."

Yap! Karin benar-benar menguraikan cengiran kemenangannya kali ini. Riuh siswi pengunjung kantin maupun para pelayan tak terhiraukan lagi oleh ketiga makhluk yang masih duduk ini.

"Baiklah. Liburan sekolah nanti kita mulai masuk ke sebelah dan melakukan misi," ujar Karin pasti dan tegas. Semangatnya tinggi, surai merahnya pun sedikit berkibar akibat angin yang mampir sebentar, seolah-olah mendukung rencana gila guru bahasa Inggris ini.

Alis kedua gadis SMA ini kembali tertaut mendengar kata 'misi' yang keluar dari mulur sang guru. "Misi apa sensei sebenarnya?"

"Mencari cinta! Aku ingin mencari seorang pria yang beberapa hari lalu menolongku saat aku akan tertabrak motor." Cengiran itu masih mengembang kontras dengan raut cengo kedua gadis SMA di sana.

Sepertinya hari ini hari yang paling mencengangkan untuk Sakura dan Ino. Ayolah! Sejak kapan seorang putri mencari pangerannya? Setahu mereka yang ada itu pangeran mencari putrinya! Apa dunia sudah jungkir balik? Ah, mereka terlalu berlebihan. Bukan dunia yang sudah jungkir balik, hanya otak Karin saja yang memang sudah terbalik.

"I think there is something wrong with your brain, sensei," keluh Sakura dengan helaan napas sembali menggelengkan kepala keras. Tak lupa ia seruput sedikit jus stroberinya yang tinggal setengah.

"Not something wrong. Tapi, memang sudah terbalik, Forehead." Ino mengklarifikasi kalimat Sakura dengan tangan mengaduk minumannya dan bola mata yang ia putar. Jengah, bosan atau meremehkan? Pilih saja opsi mana kira-kira yang paling tepat.

Tawa keras kontan berkelekar dari mulut mungil Sakura mendengar omongan Ino yang keterlaluan. Apalagi ditambah air muka gurunya yang ditekuk dan tidak suka.

"Terserahlah. Kita akan menyamar menjadi siswa baru di sana. Tenang saja, kita hanya akan di asrama dan mungkin… guru tidak akan terlalu curiga. Bukankah liburan sekolah tidak ada kegiatan belajar mengajar? Kalian semua tenang saja, biar Ms. Karin yang persiapkan. Minggu depan, tepatnya minggu pagi, aku tunggu di apartemen. Kalian paham, kan? Kalian 'kan siswi pintar."

Tak ada penolakan lagi, tak ada cemoohan lagi. Karin langsung meninggalkan kedua muridnya yang masih terbengong-bengong mendengar penjelasan super panjang dan otoriter itu. Yap! Sesuatu buruk yang ada di benak Ino memang benar adanya.

o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o

Minggu pagi enak sekali untuk melakukan lari pagi. Ditemani kicauan burung dimana-mana, mungkin mereka bersiul pertanda terimakasih pada sang surya yang sudah kembali bersinar dan membuatnya terbangun. Belum lagi udara pagi yang masih sejuk ditambah embun-embun dingin yang menempel pada rerumputan. Pagi yang begitu indah.

Kantin Konoha Gakuen Boys School sedang ramai-ramainya. Karena semua penduduk KGBS sedang berebut ria untuk mengambil jatah sarapan masing-masing. Dua pemuda yang melihat antrian panjang itu langsung menghela napas. Tatapan mereka terlihat sekali enggan untuk berpartisipasi untuk berdesak-desakan di sana.

Ada beberapa yang terlihat brutal dengan mendorong seseorang yang ada di hadapannya agar keluar dari antrian lalu dia bisa melangkah satu ke depan. Terlalu mengenaskan hanya untuk sebuah pembagian sarapan pagi. Namun, hal ini memang sudah biasa terjadi di sini jadi sangat lumrah untuk dilihat.

"Shika bagaimana ini? Aku lapar tapi aku rasa aku hanya akan mati terbunuh di sana." Naruto—salah satu dari dua pemuda tadi—mengeluh dengan tampang memandang ngeri ke arah dimana jari telunjuknya ia arahkan. Shikamaru mengendikan bahu tak tahu. Dia memang jenius tapi tetap dia tak cukup jenius untuk menerjang kerumunan mengerikan itu.

"Terserah kau saja, Naruto. Aku titip makananku boleh, kan? Aku ingin ke toilet." Naruto menatap tak percaya. Apa tadi katanya? Ia mengantri sendirian sekaligus mengambil dua jatah makanan? Memangnya di mana hati Nara Shikamaru ini?

"Ah, ya sudah." Naruto mencibir dan mengalah. Ia langsung pergi ke arah antrian sana meninggalkan Shikamaru yang masih bergeming dan sedetik kemudian berbalik menuju toilet.

Ia terus berjalan dengan langkah yang semakin lebar dan cepat untuk segera sampai ke toilet. Langkahnya terus menelusuri koridor dan hampir berbelok ke kanan di persimpangan. Namun, niatnya ia urungkan sebentar saat melihat seorang pemuda berambut pirang yang sedang mondar-mandir tidak jelas di hadapannya sekitar enam meter dari tempat ia berdiri sekarang.

Kakinya menuntun ke arah pemuda itu dengan kening mengerut. Ia tepuk pelan bahunya sampai pemuda pirang itu terlonjak kaget dan mundur kebelakang seolah Shikamaru adalah seorang pengintai.

"Siapa kau?" Suaranya terdengar cukup cempreng untuk ukuran cowok. Shikamaru menarik sebelah alisnya melihat tingkah aneh cowok di hadapannya.

"Aku Shikamaru, lalu kamu siapa?"

Cowok itu tiba-tiba gelegapan dan salah tingkah sendiri membuat Shikamaru aneh dan tertawa kecil. "Tak perlu grogi. Kita kan sama-sama cowok, mendokusai."

"Ah, i-iya. A-aku Ino, Inojin." Cowok pirang yang sebenarnya Ino itu menampilkan cengiran polosnya sembari menggaruk pipinya pelan.

"Baiklah, mendokusai. Tadi aku lihat kamu mondar-mandir di sini. Apa ada masalah?"

"B-begini, aku sedang mencari toilet, katanya ada di sekitar sini tapi aku tak bisa menemukannya. S-soalnya aku 'kan murid baru." Ino lagi-lagi cengengesan berusaha untuk menutupi kegugupannya. Kalau sampai identitasnya terbongkar di hari pertama. Matilah ia.

"Oh… Pantas saja tingkahmu seperti anak rusa mencari induknya. Ikut denganku, kebetulan kita mempunyai satu destinasi yang sama."

"Hah? Ikut denganmu? Mana bisa begitu! Dasar mesum!" Ino heboh sendiri dan mencak-mencak mendengar ajakan cowok yang katanya bernama Shikamaru tersebut. Ia tak terima tentu, apa maksudnya coba cowok itu mengajak ke toilet? Ia masih punya harga diri!

"Mesum? Apa maksudmu? Kita kan sama-sama cowok terlebih lagi aku bukan guy. Kalau memang tidak mau tak masalah, aku duluan saja. Mendokusai." Shikamaru berbalik dan Ino menepuk jidatnya. Bodoh sekali ia. Kenapa bisa lupa bahwa statusnya sekarang ia adalah seorang cowok. Bagaimana kalau orang satu ini curiga?

"Tunggu! Baiklah aku ikut denganmu." Ino berlari dan mencoba mensejajarkan diri dengan Shikamaru yang sudah melangkah duluan di depannya. Ia masih merutuki kebodohannya tadi. Meskipun dia normal dan dirinya perempuan tapi dia kan tidak tahu kalau dirinya ini seorang perempuan. 'baka Ino' Ino membatin di dalam hati.

Mereka masuk ke dalam kamar mandi. Ino menatap ngeri melihat kamar mandi cowok yang seperti ini. Kami-sama mana mungkin ia buang air kecil dengan berdiri bagaimanapun ia adalah seorang perempuan. Ino menggigit bibir bawahnya dan bergeming membuat Shikamaru kembali aneh dengan tindak-tanduknya. Perlahan Shikamaru menepuk bahu Ino. "Kenapa?"

"T-tidak apa-apa. Hanya saja dimana kamar mandi yang tertutup?" Ino bertanya antusias dengan kepala yang sudah menoleh memutari kamar mandi ini. Mencari yang tertutup agar ia bisa cepat menyelesainkan tugas alamnya itu.

"Tertutup? Kau senang yang rahasia-rahasiaan, mendokusai?" Ino mengerucutkan bibirnya melihat Shikamaru yang mati-matian menahan tawa. Memangnya salah apa? Memangnya tidak ada cowok yang seperti itu?

"Sudahlah cepat katakan!" Ino memalingkan wajahnya yang sudah memarah menahan amarah. Kenapa juga ia malah harus bertemu dengan cowok menyebalkan satu ini? Kenapa tidak yang baik-baik saja?

Shikamaru menjawab hanya dengan menunjukan ruangan yang dicari Ino dengan jari telunjuknya. Ia masih aneh dengan cowok pirang ini. Baru kali ini ia menemukan cowok spesies aneh begini.

Tanpa mengucap sepatah kata pun Ino melangkah menuju kamar mandi yang dimaksud. Malas sekali harus meladeni orang menyebalkan seperti itu. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan tarikan napas lega dan senyuman yang mengembang. Tiba-tiba wajah cerahnya berubah lagi menajadi bad mood maksimal. Kenapa cowok yang tadi mengantarnya masih ada di sini?

Ia terus berjalan tak acuh, pura-pura tak melihat satu pun makhluk adam di sini. Yang ia lakukan hanya buru-buru keluar agar cowok itu tak menyadari kehadirannya. Penasaran juga Ino apa cowok itu melihat ke arahnya atau tidak. Akhirnya ia melirikan mata sebentar untuk melihat Shikamaru. Sial! Ternyata Shikamaru sedang menatapnya juga. Kontan ia buru-buru lari dari toilet dan menjauh darinya.

Setelah dirasa makhluk satu itu tidak mengejar. Ino memberhentikan diri dan mencoba kembali menetralkan napasnya yang tarik ulur. Ia menghela napas lega selega-leganya. Untung saja ia masih bisa menghindari cowok itu, kalau tidak bisa gawat. Bagaimana kalau dia sampai mencurigainya? Itu tidak boleh terjadi.

"Kenapa melihatku malah lari, mendokusai?" Ino terkesiap mendengar ucapan seseorang tepat di telinga kanannya. Ia bisa sangat mengenali kalau orang itu adalah Shikamaru. Bagaimana mungkin dia sampai mengejarnya? Apa dia sudah mencurigainya?

Ino tetap bergeming kaku. Semua pergerakannya kelu. Ia bahkan sangat bingung untuk berekspresi seperti apa, merespon seperti apa. Damn! Kenapa harus terjebak di suasana macam ini!

Dengan sangat tidak elit Shikamaru menepuk bokong Ino pelan membuat Ino memalingkan wajahnya. Menatap Shikamaru dengan garang.

"Waw… bokongmu besar juga ya? Kalau kau seorang gadis kau sudah masuk dalam kategori seksi." Apa? "Sikapmu juga manis dan wajahmu cantik seperti Barbie, sayangnya kau ditakdirkan untuk menjadi seorang cowok, Inojin." Apa? Apa?

Shikamaru melangkah pergi meninggalkan Ino dengan wajahnya yang memerah. Malu dan marah di waktu yang bersamaan. Seringaian tercetak jelas di mulut Shikamaru dan menjilat bibirnya sensual membuat Ino semakin geram. "Kau tahu Inojin kalau kau seorang gadis pasti sudah kucium, mendokusai, hahaha." Terkadang, orang jenius seperti Shikamaru juga memiliki ketertarikan pada sesuatu yang seksi, kan?

Tawa itu terdengar merendahkan harga diri seorang Yamanaka Ino, dan Ino benci akan hal itu. Matanya tajam dan menyala menatap punggung Shikamaru yang semakin mengecil. Iris biru langitnya seolah berubah menjadi warna langit sore—merah. Batinnya terus mengutuk pemuda bernama Shikamaru itu. Ia tetap bergeming di tempat belum bisa sadar dari keterkejutannya.

o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o

Iris shappire Naruto menelusuri ruangan kantin ini mencari-cari sosok Shikamaru. Kenapa sahabatnya tak kunjung datang juga? Ia taruh makanan yang sudah didapatkan di salah satu meja bersama teman-teman lainnya. "Aku titip makananku dan Shikamaru, Kiba. Aku akan mencarinya."

Setelah berucap demikian, Naruto langsung meninggalkan teman-temannya dan keluar dari ruangan kantin yang sudah mulai terkendali.

Sembari melangkah ia terus-menerus memerhatikan sekeliling barangkali saja sahabatnya itu sedang tidur. Bukankah sudah menjadi hobi Shikamaru untuk tidur dimana saja? Lidah Naruto berdecak karena batang hidungnya pun tak bisa ia lihat. Sebenarnya kemana memang? Kenapa ke toilet saja selama ini?

Derap langkah Naruto semakin cepat dan cepat. Perutnya sudah lapar begini dan Shikamaru tak kunjung datang. That's so troublesome. Langkahnya berhenti sampai ia melihat satu meter di hadapannya sesuatu yang berwarna merah muda. Tunggu dulu itu warna rambut? Naruto memegangi perutnya sembari tertawa keras. Sebenarnya tak ada yang aneh, tapi menurut Namikaze tunggal ini seorang laki-laki dengan rambut warna pink mencolok seperti itu sangat aneh dan lucu.

"Pink? Hahahaha…" Ia terus-menerus berujar kata 'pink' sambil terus tertawa keras membuat cowok pemilik rambut berwarna pink yang ia tertawakan itu berbalik dan melangkah ke arahnya dengan wajah merah menahan amarah. Pikir saja memang siapa yang tak akan marah saat dirinya ditertawakan macam itu?

"Kenapa memangnya kalau rambutku berwarna pink, hah?!" Cowok pink ini yang ternyata Sakura membentak keras Naruto membuat Naruto langsung menutup mulutnya agar tidak tertawa lagi. Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal dan mengeluarkan senyum lima jarinya.

"Maaf, maaf. Hanya saja rambutmu antik. Damai, oke?" Jari Naruto sudah membentuk pola 'V' membuat Sakura mendengus melihatnya.

Sakura melihat Naruto dari ujung kaki sampai ke ujung kepala membuat Naruto grogi dan kikuk. Ia seperti tersangka saja dilihat setajam itu. Iris emerald Sakura berbinar, ide kecil hinggap di otaknya yang cukup cemerlang. Seringaian itu terukir jelas di mulut mungil Sakura membuat Naruto sedikit was-was.

Sakura perlahan mendekatkan dirinya dengan Naruto. Degup jantung Naruto berpacu dengan waktu. Bukan apa-apa, hanya saja ia takut diapa-apakan oleh pemuda pink ini. Mulut mungil itu semakin dekat dengan telinga Naruto sampai deru napas Sakura menyapu pipinya hangat. "Resletingmu terbuka, baka pirang."

Naruto terkesiap dan langsung menggapai resleting celananya. Ia raba-raba sebentar sampai akhirnya ia sadar bahwa pemuda pink ini mengerjainya. Resletingnya tidak terbuka sama sekali. Yap! Sakura melangkah mundur dan menertawakan Naruto sekeras Naruto menertawakannya tadi. Melihat muka Naruto yang memucat dan kelabakan seperti tadi pemandangan lucu tersendiri menurutnya.

"Kau! Kau mengerjaiku!" Alis Naruto menukik tajam. Pandangannya berkilat-kilat melambangkan amarahnya yang meluap. Sakura hanya mengendikan bahunya tak peduli masih tetap dengan tawa kerasnya.

"Satu sama. Sama-sama menertawakan, ne Baka pirang?" Perkataan Sakura seolah menantang membuat Naruto semakin geram saja. Irisnya benar-benar nyalang tak berbeda jauh dengan iris emerald Sakura yang tak gentar dan terkesan menantang itu.

"Namaku bukan Baka pirang, Pink!"

"Kalau begitu namaku juga bukan Pink,Baka!"

"Dasar Pink!"

"Kau sendiri Baka!"

Mereka berteriak dengan melempar julukan satu sama lain. Tak ada yang mau mengalah satu pun di antara mereka.

Naruto mulai lelah meladeni cowok pink menyebalkan ini. Ia berhenti berteriak tentu itu membuat Sakura pun berhenti meneriakinya. Namun, tatapan mereka masih tajam dan menantang. Seolah ada petir yang saling menghubungkan.

Bukan hanya itu, mereka semakin mendekatkan diri seolah mereka tak takut pada yang lainnya. Alis yang terangkat satu dan senyum miring menghiasi wajah Sakura, sedangkan Naruto masih menatapnya penuh amarah dan gemerutuk gigi yang terdengar. Terang saja, Sakura merasa menang sekarang, ia telah membuat si Baka ini menahan marah padanya.

"Sebenarnya siapa kau ini, Pink? Aku baru melihatmu?" Naruto menanyakan pertanyaan lain dan mencoba berdamai dengan keadaan. Lagipula ia tak punya ide untuk membalas perbuatan Sakura tadi.

"Sudah kubilang namaku bukan Pink, aku Saku, Saku…" Sakura gelagapan mencari nama cowok yang cocok. Ah, hampir saja ia membuka identitasnya sendiri. Baka Sakura!

"Saku? Saku apa? Saku baju?" Naruto mengejek dengan tampang meremehkan. "Bukan! Sakumo maksudku. Haruno Sakumo."

"Jadi kau salah satu murid baru yang katanya masuk hari ini ya? Kenalkan aku kapten basket di KGBS, Namikaze Naruto." Sakura memandang tak minat mendengar perkenalan Naruto yang sok cool itu. Baru jadi kapten basket saja sombong, pikir Sakura.

"Aku tidak peduli siapa kau," sergah Sakura santai dan mengendikan bahu membuat Naruto lagi-lagi geram. Baru kali ini ada orang yang meremehkannya sampai seperti ini. Benar-benar menyebalkan.

"Kau! Kau benar-benar menyebalkan, Sakumo!" Naruto berteriak tepat di hadapan Sakura, namun teriakan Naruto tak menggoyahkan posisi Sakura sekarang. Dia masih diam dan membiarkan Naruto berteriak sepuasnya. Tapi posisinya tak bertahan lama, sampai ketika seorang siswa menyenggol tubuh Naruto dan membuatnya oleng ke depan menubruk tubuh mungil Sakura.

Naruto refleks melingkarkan tangannya di pinggang Sakura dan wajahnya bertubrukan dengan wajah Sakura. Tak bisa terhindarkan lagi, bibir mereka bertemu. Sakura melebarkan matanya tak percaya. Kami-sama! First kiss-nya diambil oleh pemuda yang tak ia kenal!

Tiba-tiba dada Naruto bergemuruh. Ia semakin memperdalan ciuman tak sengaja itu. Tangan kananya meraih leher Sakura dan mendorongnya untuk memperdalam ciuman itu. Sakura masih terlalu shock untuk bereaksi, badannya terasa lemas tidak ada tenaga. Bibir Naruto terus melahap bibir mungil Sakura seolah tak ingin melepaskan.

Naruto menyukainya. Sungguh. Bibir yang menurutnya seorang cowok itu entah kenapa malah terasa manis dan nikmat. Ia masih enggan untuk melepaskannya. Sakura kaku dan bingung bagaimana caranya menyingkirkan baka pirang ini. Ia berontak dan memukul dada Naruto namun, Naruto tetap tak mengindahkannya. Sampai dua menit kemudian, Naruto baru melepaskan ciuman dadakan itu karena dia perlu mengambil oksigen.

"Baka pirang brengsek! Kau! Kau mencuri first kiss-ku!" Sakura berteriak kencang dan Naruto hanya bisa mengeluarkan cengirannya. "Maaf, aku duluan." Naruto meninggalkan Sakura yang masih mencak-mencak karena ia melihat Shikamaru dari arah depan tepat di belakang Sakura.

'Kami-sama apa aku guy? Kenapa aku menikmati itu?' pikir Naruto. Batinnya berkecamuk, terus memikirkan selera barunya, yaitu mencium bibir seorang laki-laki.

Sakura berbalik dan menatap Naruto dengan tatapan membunuh saat pandangan mereka bertemu. Sakura menyusul sahabatnya yang entah kenapa tak kunjung muncul. Langkahnya terus dihentak-hentakan sampai akhirnya, irisnya menangkap sosok Ino versi lelaki sedang bergeming dan mematungkan diri di tengah jalan. Kedua pipi Ino terlihat merona juga merah karena marah. Sakura yang belum peka apa yang terjadi pada Ino langsung menghampirinya.

"Ino, first kiss-ku dicuri Si Baka Pirang brengsek itu!"

Ino masih diam mendengar teriakan tersebut. "Ino, Ino? Kau tidak apa-apa?" Sakura mengguncang-guncangkan tubuh sahabatnya itu. "Pig! Pig! Jangan mengerjaiku!" teriak Sakura belum berhenti mengguncang-guncangkan tubuh Ino yang seperti raga ditinggalkan rohnya.

"Aku seksi? Apa aku seksi, Sakura? Sampai-sampai membuat laki-laki berkepala nanas itu berubah menjadi menjijikan?" Pertanyaan aneh terlontar dari bibir Ino. Sementara Sakura menghembuskan nafas lega, setidaknya Ino tidak kehilangan rohnya.

Tangan kanan Sakura diletakkan di atas kening Ino yang tak selebar miliknya. "Kau baik-baik saja, kan? Pertanyaanmu itu benar-benar bodoh," kata Sakura acuh, mengabaikan semua rasa khawatirnya pada Ino.

"Pertanyaan ada untuk dijawab, Sakura-chan."

Kali ini Sakura benar-benar tercengang. Memangnya Ino mengalami kejadian apa? Apa lebih dahsyat dibandingkan kejadian pencurian first kiss-nya? "Kau seksi. Seksi sekali malahan. Mungkin, kalau aku laki-laki sungguhan aku akan tertarik dengan bentuk tubuhmu. Puas?" tanya Sakura berharap dapat mencairkan kejiwaan Ino.

"Tapi, kau tidak akan sampai menepuk bokongku, kan?" tanya Ino polos namun masih pada posisi yang sama.

"HEH!"

o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o.o

Naruto membuka pintu yang membatasinya dengan atap sekolahnya. Dia mencari sosok Shikamaru yang membawa makan paginya ke tempat favoritnya. Perutnya sudah merengek minta diisi, namun Shikamaru masih saja mempermainkannya sampai-sampai membuatnya harus ke atap sekolah KGBS.

"Shikamaru! Mana makan pagiku?" teriak Naruto begitu melihat Shikamaru duduk manis memakan jatah makan paginya. Dia seenaknya sarapan dan membuatku kelaparan, pikir Naruto.

"Ck! Kecilkan suaramu, Naruto. Kau mengganggu ketenanganku. Apa kau mau bibirmu itu aku jahit? Mendokusai!" keluh Shikamaru dengan sedikit mengancam teman berambut pirangnya ini. Ah iya, pirang! Naruto mengingatkannya dengan laki-laki pirang yang lain, laki-laki yang sebenarnya menarik perhatian Shikamaru sejenak. Inojin. Laki-laki berambut pirang dengan tingkah yang menggemaskan.

Sementara Naruto duduk terdiam di samping Shikamaru. Bibir? Tangannya memegang bibirnya sendiri, matanya dia pejamkan dan membayangkan sensasi aneh yang terasa disaat dia mencium bibir manis Sakumo. Jika dari dulu ada bibir manis seorang gadis yang lebih manis dari Sakumo, mungkin sekarang Naruto tidak akan merasa bahwa dirinya guy. Jadi, itu semua salah Sakumo?

"Anak baru…"

"Anak baru…"

Shikamaru dan Naruto saling tatap. Mereka tidak menyangka akan membahas topik yang sama. "Kau dulu!" titah Shikamaru pada Naruto.

"Si Pink—Eh, maksudku si anak baru itu membuatku sadar akan satu hal, Shikamaru. Hal yang sebelumnya tidak pernah aku pikirkan, lewat di pikiranku saja tidak. Dia punya bibir yang manis dan lembut, membuatku ingin sering-sering menyentuhnya. Ketika bibir kami bertemu, ada rasa nyaman yang kudapatkan." Naruto bercerita semuanya yang dia alami dengan penghayatan penuh, membuat Naruto terlihat seperti sedang berlatih teater.

Shikamaru menghembuskan nafas sebelum berbicara pada Naruto. "Apa tak merasa janggal apabila ada laki-laki berbadan cukup… errr…" Shikamaru bahkan tak sanggup untuk mengatakannya. Dia sadar betul pembicaraannya terlewat aneh dan gila. "Seksi?" Akhirnya satu kata itu keluar juga dari bibir Shikamaru yang biasanya jarang bicara itu.

Dua siswa itu terdiam. Memikirkan kejadian yang menimpa mereka dengan dua siswa baru tersebut. "Kita benar-benar guy, Shikamaru?" tanya Naruto.

Apa ini efek mereka berada di asrama yang isinya hanya ada makhluk Adam semua? Bisa saja 'kan mereka menjadi guy karena mereka tidak bisa memenuhi hasrat pria dalam diri mereka. Maksudnya, sesekali mereka perlu juga 'kan asupan gadis-gadis cantik? Karena tak dapat memenuhi hasrat pria mereka, pada akhirnya jiwa guy mereka telah mengontrol hati keduanya.

"Tapi… aku tidak menyangka kalau orang sejenius dan malas sepertimu ini masih tertarik pada sesuatu yang seksi, dattebayo!" kata Naruto yang tersirat ledekan di dalamnya.

Shikamaru memandang awan yang berarak pelan di atasnya. "Dunia ini sangat merepotkan, Naruto," jawab Shikamaru. "Salah satu hal merepotkannya adalah bahwa seorang kapten basket KGBS terkenal sepertimu memiliki kelainan seksual." Pernyataan Shikamaru barusan membuat Naruto tersedak dan membuang satu suap nasi ke atas lantai.

'Bagaimana kalau kaa-chan dan tou-chan mengetahui kelainan seksual ini, bagaimana reaksi mereka ? dan yang lebih penting apa aku benar-benar guy hanya dalam kurun waktu satu hari dan gara-gara satu makhluk? Arrghhhh~.' Mereka membatin bersamaan di dalam hati.

.

To Be Continued


A/n :

Uhuk apa yang sudah kami buat? Huwaaa apa ini masih aman di Rate-T? :3

Na : Sumpah ya kok aku bisa jadi semesum iniiii? Please ini pasti gara-gara si imouto yang nularin virus mesumnya :'3

Bol : Tapi 'kan ini ide awalnya neechannnn~

Na : Tapi tapi tetep aja neechan ketularan kamu imoutoooo

Bol : Jangan salahkan diriku neechan salahkan dua orang itu yang sudah membuat kita malah membicarakan hal-hal aneh gitu#dor

Na : Minna jangan salah paham ya, maksudnya karena frustasi ngomongin mereka yang ga peka-peka jadi deh kita malah tersesat dalam pembicaraan tak berguna seperti itu*wink*

Bol : Bener itu dan akhirnya deh si neechan malah minta buat beginian*bow*

Na : Ya apapun itu yang pasti kemesuman di dalam fic ini bersumber dari si imouto no ecchi/?/ngek

Bol : Neechan aku tidak mesum hanya sedikit hentai aja kan aku belajar dari dia yang tidak peka/eh, yasudahlah aku duluan mau membanting orang-orang tidak peka*wuss*

Na : Baiklah minna, bagaimana dengan first fic collab aneh bin abal dan bin bin lain kami ini? Semoga tidak terlalu mengecewakan ya hehehehe! kalau ini sudah tidak aman di rated-T katakan saja karena kami belum terlalu paham soal rate. Dan untuk judul biarkan ya seperti itu karena apa ya? Entahlah kenapa malah tiba-tiba terpikirkan judul aneh itu wkwkwk!

Concrit? Saran? Kritik? bahkan flame kami terima-terima saja asal TIDAK SOAL PAIR! Menyukai pair hak dari seseorang kan? :) Sampai jumpa di chap ke-2 nanti! Dont forget to..

.

Review! ^^