Ketika kau berada di bawah, kau akan mendapati orang-orang yang membencimu. Ketika kau berada di atas, beberapa orang pun akan membencimu. Bahkan ketika kau berada dalam kategori sempurna, kau akan tetap mendapati orang yang membencimu.

Seperti halnya Kim Mingyu. Ia adalah pemuda yang sempurna. Member dari boyband yang terkenal, berposisi sebagai visual karena wajahnya yang luar biasa tampan, kaya raya, bertubuh tinggi ideal, serta ramah kepada siapa saja. Ia adalah seorang idola yang baik hati, selalu menyapa penggemarnya dengan ramah.

Namun semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang menerjangnya. Mingyu tahu itu. Ia tahu tidak sedikit pula orang yang membencinya, terkadang ia tidak menanggapi. Namun Mingyu juga manusia, amarahnya sering kali terpancing ketika beberapa orang dengan lancangnya berkomentar buruk dan menyebarkan rumor keji tentangnya.

Heol.

Namun demi penggemar serta karirnya, ia bersedia bersabar dan mengabaikan semua itu.

Benarkah? Apakah Kim Mingyu benar-benar bisa mengabaikannya?

.


.

.:oo::oo::oOo::oo::oo:.

Hi, Hater!

1st Chapter

FreakinGyu's Present

Kim Mingyu & Jeon Wonwoo

Warn! YAOI.

Dilarang keras men-copy paste dan meniru tanpa izin! Jika tidak suka, silahkan tekan tombol kembali. Terima kasih.

Selamat membaca~

.:oo::oo::oOo::oo::oo:.

.


.

Do you know?

I get hurt when I see,

When I read,

When I hear people hating my idol.

.


.

Sebenarnya Wonwoo malas untuk berangkat ke kampus, apalagi di pagi hari seperti sekarang. Namun karena kerinduan akan teman-temannya, maka ia bersedia menginjakkan kaki di tempat laknat ini dengan senyuman yang merekah di kedua belah bibirnya.

Wonwoo melangkahkan kaki jenjangnya memasuki kantin kampus. Ia dan teman-temannya memiliki janji untuk bertemu di tempat itu. Pemuda manis itu mengedarkan pandangannya, dan ia mengangguk saat melihat salah satu teman melambai ke arahnya, mengisyaratkan untuk menghampiri mereka.

Dengan senang hati Wonwoo menghampiri teman-temannya dan mendudukkan diri di kursi kosong, tepat di sebelah Jihoon. Ia menatap teman-temannya satu persatu kemudian mengernyitkan dahinya heran.

Jihoon tampak sibuk dengan earphone dan buku catatannya, mungkin sedang membuat lagu baru. Pemuda mungil itu sangat berbakat dalam hal kesenian, apalagi dalam membuat lagu ballad. Chan yang tengah sibuk dengan ponselnya, berkali-kali berdecak dan mengacak rambutnya. Bisa dipastikan pemuda yang paling muda itu tengah main game dan mengalami kekalahan berkali-kali. Kemudian yang membuat Wonwoo heran adalah… Seungkwan dan Minghao.

Apa yang membuat keduanya terlihat begitu antusias memandangi layar ponsel milik Seungkwan? Oh! Dan jangan lupakan mata keduanya yang berbinar, senyuman lima jari, serta pekikan khas seorang Boo Seungkwan yang sangat mengganggu.

"Hao, Kwan, kalian sedang lihat apa?"

Minghao mengangkat kepalanya kemudian tersenyum lebar sekali hingga kedua matanya menghilang, "Menonton perform Seventeen," Jawabnya dengan nada ceria.

"Benarkah?!" Wonwoo memekik kemudian bangkit dari duduknya dan berdiri di belakang Minghao dan Seungkwan, ikut menonton perform dari boyband yang sedang naik daun itu. Namun sesaat kemudian, raut wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat. Kedua matanya menajam dan bibirnya membentuk garis lurus. Aura yang tadinya sehangat sinar matahari, berubah menjadi sedingin salju dalam sekejap, "Apa-apaan ini?" Begitu pula dengan suaranya yang berubah menjadi luar biasa datar.

"Ini Seventeen," Minghao kembali menjawab dengan raut polosnya. Sepertinya pemuda asal China itu belum merasakan aura gelap yang menguar dari seorang Jeon Wonwoo.

"Tidak… Maksudku mengapa harus makhluk ini yang disorot?!" Suara Wonwoo meninggi, hampir menyamai teriakan. Ia menunjuk layar ponsel Seungkwan.

Seungkwan berdecak dan menyingkirkan tangan Wonwoo yang menghalangi arah pandangnya untuk menonton sang idola, "Ini Kim Mingyu focus, Jeon."

Wonwoo mendengus kesal, "Cih. Kim Mingyu sialan itu?" Tanyanya dengan nada meremehkan. Kedua tangannya terlipat di depan dada, "Mengapa kau harus menonton makhluk itu, huh? Bahkan masih ada Jun yang jauh lebih segalanya dari sosok gelap itu!"

Seungkwan berdiri dari duduknya. Ia menatap Wonwoo garang, "Apa katamu?! Jun jelekmu itu yang sialan!" Teriaknya murka, "Seharusnya kau sadar, Mingyuku jauh lebih segalanya dibanding Junmu yang pendiam itu!"

"Hey! Pendiam itu artinya dia misterius dan membuat orang penasaran," Sahut Wonwoo, "Daripada makhluk sialan kesukaanmu itu yang selalu banyak bicara di setiap kesempatan! Menyebalkan sekali!"

"Apa katamu?!"

Wonwoo dan Seungkwan saling menatap tajam, mengirimkan sinyal permusuhan tersirat satu sama lain. Chan dan Minghao mengerti situasi. Chan langsung menarik Seungkwan untuk mundur, menjauh dari Wonwoo. Begitu pula dengan Minghao yang menjauhkan Wonwoo dari Seungkwan. Sementara Jihoon hanya mengeraskan volume lagu yang sedang ia dengarkan dan kembali sibuk dengan dunianya sendiri.

Tidak. Bukannya Jihoon tidak peduli, ia hanya terlalu bosan dengan Wonwoo dan Seungkwan yang selalu bertengkar jika sudah saling mengejek idola satu sama lain. Toh besok juga mereka akan kembali akrab seperti biasanya.

"Sialan si kurus itu. Berani sekali dia mengatai Mingyuku yang sempurna?!"

"Dasar gendut menyebalkan! Junku lebih dari siapapun, apalagi jika dibandingkan dengan makhluk itu!"

Chan dan Minghao hanya bisa mengusap wajah frustasi jika dua teman mereka seperti ini. Ini akan berlangsung seharian dan jujur saja, melelahkan bagi mereka. Akhirnya keduanya bisa sedikit bernapas lega saat Wonwoo berlalu dari kantin untuk memasuki kelasnya, sementara Seungkwan masih saja mengomel, meluapkan segala kekesalannya.

.


.

Actually, I don't give a shit.

But really? You hate me?

What a funny joke.

.


.

"Cut! Terima kasih telah bekerja keras!"

Semua orang yang berada di studio itu bertepuk tangan, saling membungkuk, dan mengucapkan terima kasih satu sama lain. Apresiasi atas pekerjaan yang telah terselesaikan dengan baik.

Mingyu tersenyum lega, lega karena satu lagi jadwal telah terselesaikan dengan sempurna. Kemudian ia melangkah menghampiri Seungcheol, Junhui dan Soonyoung yang tengah duduk di samping sang manager seraya memainkan ponsel mereka.

"Jadwal kalian padat sekali, bahkan mungkin tak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat," Manager mereka, Shim Changmin berujar seraya memainkan tabletnya, mengecek jadwal dari boyband yang ia urus, "Namun itu artinya kalian sudah benar-benar terkenal. Seventeen memang terbaik!"

Seventeen. Nama dari boyband yang tengah berada di puncak karirnya. Memiliki lima anggota yang luar biasa tampan dan aura yang memikat.

Leader mereka, Choi Seungcheol, atau yang memiliki nama panggung yang memiliki aura kepemimpinan yang kuat.

Wen Junhui, atau yang memiliki nama panggung Jun yang memiliki kemampuan menari yang hebat serta ketampanan yang tidak diragukan.

Kwon Soonyoung, atau yang memiliki nama panggung Hoshi yang bersinar seperti bintang. Berkepribadian ganda, itu menurut teman satu grupnya. Karena ia bisa menjadi menggemaskan, namun juga bisa menjadi seksi saat menari.

Lee Seokmin, atau yang memiliki nama panggung Dokyeom. Sang happy virus. Semangat yang tidak pernah surut serta suara emasnya yang selalu membuat para penggemar meleleh.

Kim Mingyu. Sosok sempurna yang mejadi seorang visual di Seventeen. Memiliki penggemar paling banyak dan paling agresif, serta yang paling terkenal di antara semua anggota.

Dan Hansol Chwe, atau yang memiliki nama panggung Vernon. Sang maknae yang paling normal jika dibandingkan dengan ke empat hyungnya. Pemuda keturunan Amerika ini memiliki sifat yang kalem dan sangat jujur.

Enam anggota namun bernama Seventeen? Jawabannya, mereka debut pada tanggal tujuh belas.

Seokmin tersenyum lebar. Kedua tangannya merangkul Hansol dan Mingyu, "Tentu saja, Hyung. Kami adalah yang terbaik," Ujarnya dengan semangat, membuat orang-orang yang berada di sana terkekeh.

Soonyoung tertawa dan berhigh five dengan Seokmin, "Tentu. Tapi siapa yang terbaik dari yang terbaik?"

"Kita berdua!"

Dan dua orang yang paling aneh itu kembali tertawa bersama-sama. Sangat keras seolah meluapkan segala perasaan yang membuncah di dada.

Hansol berdecak dan memilih untuk mendengarkan lagu dengan menggunakan earphone. Junhui sibuk mengambil selca dirinya sendiri, beberapa jepretan dengan gaya yang sama dan tak berubah sedikitpun. Seungcheol masih fokus pada ponselnya, begitu pula dengan Mingyu.

Pemuda tampan itu tersenyum tipis seraya mengetikkan kalimat manis di caption untuk foto yang akan ia post di akun Instagram pribadinya. Terbayang di pikirannya, bagaimana para penggemar balas menuliskan kata-kata manis untuknya. Ah~ itu menggemaskan.

Namun siapa sangka?

Komentar pertama yang ia dapat tidak seperti yang ia bayangkan tadi. Komentar pertama yang membuat Kim Mingyu menggeram kesal. Bagaimana tidak?

Jww717: Kau pikir kau manis? Tidak. Itu menggelikan.

Jww717: Apa pipimu selalu sebesar itu? Terlihat seperti kakek-kakek yang berada di panti jompo. Kasihan~

Sialan! Mingyu menggelikan katanya? Hey! Mingyu itu manis, lebih manis dari gula termanis yang ada di dunia ini.

Mingyu mirip kakek-kakek di panti jompo katanya? Ayolah. Setampan ini dibilang mirip kakek-kakek? Apa dia bercanda?

Pipi Mingyu besar katanya? Mingyu meraba pipinya sendiri, menekannya beberapa kali, bahkan mencubitnya. Hm… Mungkin yang ini memang benar, Mingyu memang chubby.

Tapi Mingyu itu tampan! Camkan, tampan!

Mingyu memejamkan kedua matanya, berusaha menekan amarah yang meluap. Kemudian ia mendengus kesal.

"Lihat saja nanti, aku akan mengingatmu, Jww717!"

.


.

Hey, you.

Can you feel it?

The day I meet you,

Is the weirdest day in my life.

.


.

Jeon Wonwoo menyukai Seventeen. Tidak, ia hanya menyukai Wen Junhui. Menurutnya, Junhui adalah deskripsi dari kata sempurna. Tampan dan berkepribadian tenang serta misterius.

Benar-benar type ideal Wonwoo.

"Dan si gendut itu menyebutnya jelek? Apa dia bercanda?"

Wonwoo kini berada dalam perjalanan pulang dengan berjalan kaki, karena ia harus membeli bungeoppang yang dipesan kakaknya tadi pagi. Kebetulan letak penjual bungeoppang itu tidak jauh dari kampus Wonwoo, jadi ia tak perlu merogoh kocek karena menggunakan bus. Ayolah, menurut Wonwoo, satu won saja sangat berharga.

Sejak kelasnya selesai dua puluh menit lalu, Wonwoo tidak berhenti menggerutu. Bibirnya mengerucut lucu, kedua alisnya mengerut seolah menyatu. Menggemaskan memang, namun tidak membuat orang-orang berhenti menatapnya aneh.

Manis dan imut, tapi gila. Begitu kata orang. Ayolah, orang waras tidak akan berbicara sendiri, bukan?

Wonwoo memang gila, apalagi jika ada yang menghina sang idola tercinta, Junhui.

Demi Tuhan, Wonwoo tidak bisa berhenti memikirkan hinaan yang terlontar dari si gendut Seungkwan. Kata-kata menyebalkan itu terngiang di kepalanya, bahkan ketika ia berada di dalam kelas. Rentetan kalimat laknat itu seolah melekat layaknya lem di otak Wonwoo.

Kalau saja Seungkwan bukan temannya sejak bangku Sekolah Menengah Pertama, mungkin ia akan berbaik hati menuliskan namanya di buku death note.

Cih. Semua ini karena si Kim Sialan Mingyu.

"Makhluk itu memang tampan, tapi Junku lebih tampan. Junku juga menari lebih baik dari si hitam itu."

Wonwoo membenci Kim Mingyu.

Menurutnya, Mingyu tidak pantas menjadi member yang paling terkenal di Seventeen. Junnya lebih pantas. Tentu saja. Jun tampan, kalem, dan berbakat. Tapi apa kenyataannya? Kim Mingyu itu jauh lebih terkenal daripada Junnya. Padahal makhluk itu hanya mengandalkan gigi taringnya yang mampu membius milyaran penggemar. Oh! Dan jangan lupakan kemampuan merayunya yang memuakkan.

Cih. Wonwoo berdecih untuk kedua kalinya hari ini.

Dunia memang tidak adil.

Yang berbakat diabaikan, yang tampan diutamakan.

Wonwoo terlalu sibuk dengan segala kekesalannya hingga tidak terasa ia sudah sampai di depan penjual bungeoppang. Ia kemudian menghela napas dan tersenyum tipis kepada sang penjual, "Aku beli sepuluh."

"Baik."

Wonwoo memperhatikan sang penjual yang tengah memasukan beberapa bungeoppang ke dalam plastik. Kemudian ia menerima dengan senang hati saat penjual itu menyodorkan sekantung plastik bungeoppang itu padanya, "Terima kasih," Ujarnya seraya memberikan sejumlah uang pada penjual itu.

Wonwoo menatap bungeoppang yang berada di dalam kantung plastik itu, "Apa aku boleh memakannya satu?" Gumamnya. Kemudian tangannya mengelus perutnya yang terus berbunyi sejak tadi. Karena pertengkarannya dengan Seungkwan, ia tidak jadi sarapan di kantin, "Ah… Jeonghan Hyung akan memarahiku nanti," Sambungnya seraya mengerucutkan bibir.

Wonwoo berniat melangkahkan kakinya untuk pergi ke halte. Namun baru satu langkah, seseorang menabraknya dari belakang. Tidak terlalu keras namun cukup membuat tubuhnya terdorong beberapa langkah ke depan. Wonwoo menoleh, bersiap memarahi orang yang berani menabraknya.

Sosok berpakaian serba hitam. Kaos hitam, celana jeans hitam, topi hitam, kacamata hitam, dan masker hitam. Wonwoo mengernyitkan dahinya heran. Amarahnya menguap seketika, berganti dengan perasaan heran akan sosok ini.

Apakah ia seorang teroris? Mengapa pakaiannya serba hitam seperti itu?

Wonwoo meringis saat pemikiran itu terlintas di kepalanya. Kalau benar sosok itu teroris, maka ia ada di posisi yang terancam. Ah… Tidak. Wonwoo menggelengkan kepalanya, menepis segala pemikiran buruk yang muncul di otaknya.

"Hey, kau baik-baik saja?"

Wonwoo tersentak. Kedua matanya menatap horror saat menyadari bahwa sosok tadi lah yang bertanya padanya. Kemudian Wonwoo mengangguk cepat, terlampau cepat hingga membuat kepalanya pening.

"Benarkah? Kau benar baik-baik saja?"

Wonwoo kembali mengangguk. Kemudian ia berbalik dan melangkahkan kakinya dengan cepat. Tidak lari, hanya jalan cepat saja. Demi Tuhan, Wonwoo ingin secepatnya pergi dari sosok itu. Menyeramkan sekali. Sepertinya memang benar teroris.

.


.

Since the first time I see everything about you,

My heart keeps fluttering,

You are the only person I want to protect till the end of the world.

.


.

Junhui dan Soonyoung tidak bisa menyembunyikan raut herannya. Begitu pula dengan Seungcheol dan Hansol, namun tidak dengan Seokmin yang tampak tidak peduli.

Bukan masalah besar, hanya Kim Mingyu.

Teman satu grup mereka itu tak henti-hentinya tersenyum sejak pulang ke dorm. Dua jam lalu, Seungcheol menyuruhnya untuk membeli bungeoppang. Awalnya Mingyu menolak keras, namun pada akhirnya ia tetap pergi dengan raut cemberut karena paksaan serta ancaman dari Seungcheol. Bukan ancaman yang serius sebenarnya, hanya pengurangan porsi makan saja.

"Omomi ganjil ganjil, dugeun dugeun~"

Bahkan pemuda tinggi itu bernyanyi dan bersenandung. Benar-benar mengherankan sekaligus menyeramkan.

Soonyoung tidak tahan. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya, "Kau baik, Gyu?"

Mingyu mendudukkan diri di samping Seokmin yang tengah menonton TV di ruang tengah dorm mereka. Kemudian ia menoleh kepada Soonyoung, "Tentu, aku sangat baik-baik saja," Jawabnya dengan nada riang disertai senyuman lebar di bibirnya.

Serius. Ini tidak berada di taraf mengherankan lagi. Ini sudah memasuki taraf menyeramkan, benar-benar menyeramkan.

Soonyoung bergidik ngeri saat Mingyu tersenyum begitu lebar padanya. Sementara Junhui memilih untuk memasuki kamarnya, melihat Mingyu tersenyum seperti itu mendadak membuatnya kehilangan selera untuk hidup. Hansol dan Seungcheol berakting seolah muntah. Hanya Seokmin yang berbaik hati bersikap biasa saja pada Mingyu.

"Gyu, benar kau baik-baik saja?" Seungcheol mengulang pertanyaan Soonyoung, "Apa hal yang baik terjadi?"

Mingyu menggeleng, masih dengan senyumannya.

Sebenarnya iya, suatu hal yang baik telah terjadi padanya. Hanya saja Mingyu tidak mau berbagi pada teman-temannya yang terkadang terlampau menyebalkan.

Sebenarnya tadi Mingyu tadi bertemu dengan sosok yang sangat menggemaskan. Tidak, bukan hanya menggemaskan, namun manis juga. Seperti permen jelly. Manis dan membuat gemas. Ia ingat saat sosok itu menatapnya dengan terkejut, kedua matanya membulat lucu. Untuk kesekian kalinya Mingyu mengatakan ini, sosok itu sangat menggemaskan. Ah! Dan jangan lupakan ketika sosok itu membalikkan tubuh dan melangkah cepat menjauhinya. Sungguh menggemaskan.

Ah~ Mingyu lupa menanyakan namanya.

"Seok, apa aku bisa bertemu lagi dengannya?"

Seokmin yang sedang fokus dengan drama kesayangannya pun hanya mengangguk. Jawaban itu membuat Mingyu kembali tersenyum senang.

Tentu saja.

Jika jodoh, tidak akan kemana, bukan?

.


.

TBC

.


.

Hai hai haiii~

FreakiGyu is here~

Udah baca? Udah? Udah? Udah?

Muehehe. Ini fanfict yaoi pertama gue. Huft, akhirnya bisa bilang 'lo gue' di sini karena teman ff ini ga terlalu berat kaya Fine. Alurnya juga ringan kok, ga ada maju mundur kaya Fine. Dan yang terpenting, ga ada teka-teki kaya Fine.

Jadi gimana? Kalian suka kah?

Mind to review? :3

Xoxo,

FreakinGyu