Disclaimer: I own nothing except the story line and unrequited-love feelings toward Kim Taehyung
Genre: Romance, Humor
Pair : Kim Taehyung x Jeon Jungkook
Rated: Not sure about the genre, but let's say it's M for the language and some progress later
Warning:Ambigu, typo tak tertahankan, mention of m-preg (?)
.
.
"Sorry, Not Sorry"
Part I: Prologue -How to Say 'No'
Kim Taehyung tidak pernah tahu kenapa ayah dan ibunya tiba-tiba menyerbu apartemennya. Sang ibu, Kim Seokjin langsung menuju ke dapur dan mengeluarkan apron dari tas yang dibawanya. Sementara ayahnya, Kim Namjoon yang membawakan dua kantong penuh bahan makanan, mengekornya dari belakang.
Setelahnya, Taehyung tidak ingat apa-apa lagi selain informasi mengenai Paman Jimin dan Yoongi, juga anak angkatnya yang akan ikut makan malam bersama mereka, perintah untuk bicara sopan, jangan bahas marga anak angkatnya yang bukan Park, dan beberapa hal sepele lainnya.
Menurut sang ayah yang juga merupakan CEO di sebuah perusahaan ternama yang bergerak di bidang properti, anak angkat keluarga Park bersikeras memakai marga lahirnya. Dan karena Nyonya Park terlanjur sayang kepada bocah itu, Jimin setuju untuk mengadopsinya saat si bocah masih berusia tujuh.
Selepas dari itu, Kim Taehyung benar-benar blank. Ayah dan ibunya berbicara saling bersahutan secepat rapper yang tengah berlomba mengucapkan sebanyak-banyaknya kata dalam kurun waktu tertentu, dan itu sungguh membuatnya yang terbiasa dengan kesunyian di studio merasa sangat pusing.
Dan disinilah ia, duduk di ruang makan miliknya bersama empat pria paruh baya dan seorang gadis manis dengan pipi menggemaskan.
Tuan Besar Kim mengenakan kemeja biru tosca dan celana bahan berwarna putih. Beliau duduk di ujung meja, berhadapan dengan seorang pria yang diingat Taehyung sebagai Park Jimin, teman ayahnya ketika kuliah. Pria bersurai hitam itu mengenakan sweater coklat susu.
Di sisi kiri ayahnya, duduk sang ibu dengan kemeja satin putih kesayangannya, bersisihan dengan namja yang merupakan istri dari Park Jimin. Park Yoongi, berkulit pucat, wajah judes namun penyayang. Ia kompak dengan suaminya, sama-sama berambut hitam, juga ber-sweater coklat, walau dengan shade berbeda.
Masalahnya bukan ada pada keempat pria paruh baya sok asik yang sejak tadi bernostalgia dengan menceritakan hal-hal seputar masa-masa muda mereka. Kim Taehyung yang duduk di sisi kanan ayahnya memiliki masalah yang lebih krusial.
Masalah itu bernama Jeon Jungkook, berambut panjang sepunggung, memakai backless dress berwarna hitam dengan pola bunga-bunga berwarna merah dengan panjang gaun hingga setengah pahanya.
Sexy.
Sangat sexy.
Dada berukuran sedang, terlihat pas digenggaman Kim Taehyung, dan sepertinya akan sempurna jika ia yang meremasnya. Wajahnya manis, terlihat polos dengan body semampai yang sempurna.
Jeon Jungkook begitu sexy di matanya.
Menggairahkan.
Hanya saja, si sexy Jeon tidak akan membawanya ke dalam sebuah wet dream, melainkan nightmare yang sangat Taehyung hindari.
"Jadi, Tae. Menurutmu Jungkook-chan bagaimana?"
"Pa -paman jangan memanggilku begitu. Aku sudah berumur 21, sudah tidak pantas dipanggil -chan. Laipula aku akan tinggal di Korea, jadi tidak usah memanggilku seperti ketika aku masih di Jepang." gadis itu tersenyum malu-malu menyahut pertanyaan Tuan Kim yang sebenarnya ditujukan kepada putranya. Pipinya yang masih menggembung karena berisi makanan bergerak-gerak lucu.
"Sayang, telan makananmu dulu. Jangan lakukan hal tidak sopan di depan Paman Namjoon."
"Mm.. baik, Kaa-san, maafkan aku."
Setelahnya, Yoongi menjulurkan tangan kanannya untuk mengusap kepala putri manisnya yang duduk berhadapan dengannya. Tuan Park yang melihat itu hanya tersenyum simpul.
"Jungkook-ku sedikit manja, tapi dia anak yang manis. Jadi maaf kalau dia seperti itu."
Taehyung terkekeh ketika teman lama ayahnya menatapnya. Ia dengan sangat kasual menyentuh bahu gadis Jeon yang tidak tertutup pakaian, curi-curi kesempatan. "Paman jangan bicara begitu. Jungkook sangat manis, dia juga sopan dan terlihat cantik dengan gaunnya."
Kim Seokjin menaruh sendok dan garpunya, membuat gerakan dengan kedua tangannya seolah dirinya akan menarik gemas kedua pipi putranya.
Sementara itu, satu-satunya gadis disana terlihat gelisah. Ia tersenyum canggung dan beberapa kali menggerakkan kakinya. Pemuda Kim yang duduk di sebelahnya tentu melihat itu. Siapa yang bisa mengabaikan sepasang paha mulus yang bergesekan di balik gaun ketat yang hanya menutupi hingga setengah paha? Pasti orang itu bukanlah Kim Taehyung.
"Aku permisi sebentar." Taehyung beranjak dari duduknya, lalu berjalan masuk ke kamar.
Awalnya, Seokjin memberikan isyarat kepada sang suami agar menyusul putra mereka karena yang dilakukan Kim muda sungguh tidak sopan. Tapi setelah melihat pemuda bersurai coklat tembaga kembali dengan sebuah coat dan selimut kecil berwarna biru, Nyonya Kim harus mati-matian menahan hasratnya untuk menubruk dan memeluk putra semata wayangnya itu.
"Eomma akan cerewet dan bilang dia kepanasan kalau aku menaikkan suhu AC-nya. Jadi, kuharap ini cukup." gumam Taehyung dengan suara rendahnya saat memakaikan coat hitamnya di pundak Jungkook, membetulkan letaknya hingga tak sengaja punggung tangannya menyentuh dada si gadis. Setelahnya, ia dengan telaten menutup paha putri angkat keluarga Park dengan selimutnya.
"Astaga, Taetae… aku tidak ingat kau semanis ini." Yoongi berkomentar. Seingatnya, Kim Taehyung lima belas tahun yang lalu adalah bocah ABG menyebalkan yang selalu mengganggu suaminya, Jimin. "Selama aku dan Jimin tinggal di Jepang, kau berubah menjadi seorang gentleman, huh?"
Dan Taehyung hanya bisa tertawa renyah sambil memakan suapan terakhir makan malamnya.
"Kurasa mempertemukan mereka saat ini memang momen yang tepat." ucap Nyonya Kim menggelendot di lengan suaminya. Ia melirik sang suami, lalu mereka berdua saling bertatapan dengan pasangan Park. Keempatnya kemudian mengangguk hampir bersamaan.
Setelah itu, yang Taehyung dengar hanyalah bunyi lonceng kematian.
"Taehyung, Jungkook akan menjadi istrimu nanti, appa harap kau bisa membimbingnya dengan baik karena Jungkook masih sangat muda."
Senyum sang ayah bagaikan senyum dewa kematian yang ditunjukkan saat akan mencabut nyawa seorang manusia.
"Jungkook juga, Taehyung oppa jauh lebih tua darimu. Sebagai seorang istri, kau harus menghormati dan melayaninya sepenuh hati. Mengerti?" Jimin terlihat mengusap kepala putri manisnya penuh kasih sayang, mencontohkan bagaimana Jungkook harus memanggil pria yang duduk di sebelahnya. Ia tersenyum kelewat lebar hingga matanya hampir tak terlihat.
Jeon Jungkook menunduk dalam. Ia bahkan mengurungkan niatnya yang hampir mengambil gelas untuk minum.
Tidak.
Tidak. Tidak. Tidak.
Kim Taehyung adalah manusia bebas. Terikat di salah satu perusahaan saja dia ogah, apalagi jika harus terikat seumur hidup dengan seseorang.
Dirinya adalah manusia super bebas, fotografer freelance yang tidak hanya bekerja untuk satu majalah, tidak hanya aktif di satu situs sehingga ia bisa seenak jidat mematok harga yang dia mau untuk fotonya yang super oke.
Kegiatannya adalah jalan-jalan, jeprat-jepret sesuka hati, datang ke event Jejepangan dan memotret tokoh anime favoritnya yang di-cosplay-kan di sana. Atau mendaki gunung, melewati lembah, dan berjalan menyusuri sungai yang mengalir indah ke samudera. Bersama teman-temannya bertualang untuk hunting.
Dan ayahnya bilang apa tadi?
Menikah?
Yang benar saja!
Umurnya masih 29, masih tergolong muda bagi orang Korea untuk menikah.
Jangan hanya karena pasangan Kim kawin muda, lalu mereka ingin anaknya melakukan hal yang sama.
Ini tidak adil. Sangat-sangat tidak adil.
Jeon Jungkook memang sexy. Dan Kim junior pasti tidak akan keberatan untuk berkencan dengannya.
Tapi untuk menikah?
Memiliki keluarga?
Memiliki tuyul-tuyul di rumahnya?
Itu pasti gambaran nyata dari yang namanya mimpi buruk.
Keempat manula di hadapannya pasti sedang melawak.
"Appa, kau bercanda kan soal menikah? Lagipula Jungkook masih sangat muda. Appa sendiri yang bilang." pemuda Kim harus menahan dirinya agar tidak menggebrak meja. Bagaimanapun ada teman ayahnya bersama mereka.
"Appa tidak bercanda, junior. Appa sudah terlalu baik padamu dengan membiarkan kau keluyuran kemana-mana, menolak kuliah dan meneruskan perusahaan keluarga kita." Namjoon menghela nafas kasar. "Kau boleh mangkir dari kewajiban meneruskan perusahaan, tapi berikan appa cucu yang bisa menggantikanmu. Jungkook adalah pasangan yang tepat. Kau sendiri yang bilang dia cantik, manis, dan sopan."
Sial.
Kim Taehyung terjebak dalam omongannya sendiri.
Walau pujiannya untuk Jeon manis bukan bualan, tidak seharusnya Tuan Kim menyerangnya dengan itu.
"Pa -paman, mungkin tidak seharusnya memaksa Ta -Taehyung oppa seperti itu…" Jungkook angkat bicara, suaranya sedikit bergetar dan itu sukses membuat Seokjin langsung berdiri dari duduknya untuk menghampiri gadis yang diidamkannya menjadi menantu.
"Ssstt… tidak apa-apa, sayang. Oppa hanya sedang kaget. Dia senang memilikimu sebagai calon istrinya." pria berkemeja satin itu memeluk Jungkook, membelai pipinya lembut. "Lihat, kau sangat cantik. Taehyung oppa hanya tidak menyangka bahwa calon istrinya akan secantik ini."
Dan gadis Jeon tersenyum tipis sambil menundukkan kepalanya, sementara Seokjin terlihat mendelik ke arah putranya.
Tuan dan Nyonya Park menghela nafas pasrah.
"Mungkin ini memang terlalu cepat untuk mereka." gumam Yoongi pada akhirnya. Wajahnya terlihat sedih ketika menyunggingkan sebuah senyum yang dipaksakan.
Tuan Park tersenyum menenangkan. Tanpa malu ia mencium pelipis istri-nya, lalu membisikkan sesuatu sambil merangkulnya.
Kim Taehyung merasa bersalah.
Dia terlihat seperti penjahat di sini.
Seolah Jeon Jungkook tidak cukup baik baginya, dan itu sungguh membuat keluarga si gadis sedih. Padahal bukan itu maksudnya. Taehyung hanya belum siap untuk menikah. Belum bisa membangun komitmen serius dengan seseorang.
Berpikir…
Ia harus berpikir keras dan membuat sebuah alasan yang tepat.
"Pa -Paman.. aku bukannya tidak ingin menikahi Jungkook. Aku hanya, tidak bisa melakukannya."
"Diam kau, anak durhaka! Jangan bicara macam-macam dan membuat Jungkook-ku sedih. Kau jahat."
Astaga… bahkan ibunya mengatakan hal itu kepadanya.
Sungguh Kim Taehyung tidak mau dikutuk menjadi batu setelah ini.
"Eomma… biarkan aku menjelaskan dulu."
Seokjin masih terlihat kesal, bahkan ketika Namjoon mengusap kepalanya untuk menenangkan.
"Jin hyung, jangan bilang begitu. Mungkin memang Jungkook kami belum pantas untuk Taehyung." gumam kepala keluarga Park dengan senyum andalannya.
"Sayang, tidak apa-apa." Yoongi mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala putrinya yang masih menunduk. "Tidak apa-apa…"
"Tidak, tidak… kumohon hentikan ini." Taehyung mengacak rambutnya frustasi. Ia merasa bersalah juga karena membuat Park sekeluarga sedih gara-gara penolakan yang ia lakukan. "Ini bukan karena Jungkook tidak pantas untukku, oke? Ini karena aku adalah seorang homo, gay. Aku tidak bisa menikahi gadis cantik seperti Jungkook. Bukannya aku tidak mau atau Jungkook yang tidak pantas untukku, tapi karena aku memang tidak bisa mencintainya. Aku menyukai pemuda manis yang memiliki penis. Apa itu cukup jelas? Aku tidak bisa jatuh cinta kepada seorang gadis berdada besar."
Kim Taehyung. 29 tahun. Baru saja mengucapkan kalimat yang bisa membunuh dirinya sendiri.
Kedua orang tuanya mematung dengan ekspresi yang sulit diartikan setelah mendengar alasan konyolnya yang hanya dibuat-buat. Sementara Park Jimin dan Park Yoongi menatapnya dengan sorot teduh.
Dan Jeon Jungkook, gadis itu sekarang menoleh ke arahnya.
Kim Taehyung berani bersumpah, gadis cantik yang sedari tadi bertingkah manis dan menggemaskan, anggun dan menggairahkan itu kini menggertakkan giginya, menatapnya marah dan mendecakkan lidahnya kesal.
Kemana perginya sopan santun yang tadi ditunjukkan?
"Syukurlah…"
Taehyung menoleh cepat ketika mendengar ibunya mengucap syukur, ia memicingkan matanya penasaran.
"Kupikir kenapa alasannya. Ternyata hanya masalah batang." kepala keluarga Kim menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu mengacungkan jempol ke arah Tuan Park. "Kurasa perjodohan ini sukses besar, Jim. Kita akan segera memiliki cucu."
"Kau senang, sayang?" mengabaikan ucapan Namjoon, Jimin sibuk menciumi pipi istrinya yang kini memeluk dirinya erat sambil tersenyum tanpa henti.
Dan Kim Taehyung menyadari ada yang tidak beres di sini.
Seharusnya mereka tidak sebahagia ini setelah mengetahui alasannya menolak karena pernikahan antara dirinya dan Jeon Jungkook, yang notabene adalah seorang gadis tetap tidak akan terjadi.
Kecuali kalau…
'Kau… bodoh.' gumam Kim muda dalam hati saat membaca gerakan bibir tanpa suara Jungkook.
Perasaannya semakin tidak karuhan gara-gara itu.
"Kalau yang kau inginkan adalah seorang pemuda manis, ber-penis, dan menggemaskan…" Seokjin menarik tangan kanan putranya, lalu dengan sangat kurang ajar menyentuhkannya di bagian selatan Jungkook. Dengan sengaja, ia menekannya agak keras. "Jungkook punya penis."
Kim Taehyung bisa merasakannya, tonjolan di selangkangan Jungkook yang hanya dimiliki oleh kaum adam.
"Dan ini." kali ini giliran Nyonya Park yang menarik bagian atas gaun anaknya sehingga pundak gaun itu melorot, menampilkan dada Jungkook yang rata setelah silikon sewarna kulit ikut lepas bersamaan dengan gaunnya. "Jungkook terkadang suka pakai rok dan silikon di dadanya, tapi kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Putraku pemuda tulen."
"Kalau begitu, sudah diputuskan. Jungkook akan segera menjadi menantu keluarga Kim." ucap Kim Namjoon final.
Kepala putra tunggal Kim terasa kosong.
Dunianya berputar-putar.
Kim Taehyung, pria dua puluh sembilah tahun yang mengatakan sebuah kebohongan bahwa dirinya penyuka sesama jenis demi menghindari perjodohan dengan seorang gadis, anak teman ayahnya. Malah berakhir dengan menyetujui perjodohannya tanpa sengaja karena si gadis ternyata seorang pemuda.
Ibaratnya, Jeon Jungkook adalah sebuah gerbang menuju tempat bernama mimpi buruk, dan Kim Taehyung baru saja membukanya.
.
.
.
Tbc?
.
.
Thanks for all the support yang readers sampaikan untuk ff Tiger
Ini belum kelihatan humornya kayanya… ahahahha
Well, I need your support for this one, too
I know I'm committing suicide by posting a new series, but yeah…. I'm a sadistic to myself. Bless me…
.
Review please
With love, Tiger
Line: kimtaemvan
Ig: kim_taemvan
