Disclaimer: character belongs to Pledis entertainment, but the storyline's belong to me.
© 2016 Oxydien Storyline
Kalau ditanya apa tujuan utama lelaki bersurai cokelat karamel itu pergi ke Perpustakaan umum, maka tanpa ragu Ia akan menjawab 'Tidur'. Intensitas tidur lelapnya berkurang karena dibebani banyaknya tugas sebagai perwakilan senat kampusnya untuk festival yang diselenggarakan besar-besaran di pusat kota. Jadi dengan alasan pergi ke Perpustakaan umum untuk mengerjakan tugas yang deadline-nya ditentukan besok, lelaki itu dapat bernafas lega karena ketebalan kantung matanya akan berkurang setelah ini.
Namanya Xu Minghao. Tubuh ringkih miliknya ia hempaskan ke karpet Perpustakaan yang memang difungsikan untuk para pembaca yang ingin membaca lesehan. Minghao menggumamkan berbagai kalimat yang mendefinisikan betapa empuknya karpet bulu yang Ia tiduri sekarang hingga akhirnya kedua kelopak matanya tertutup secara perlahan. Perduli setan kalau nantinya dia tertidur sampai sore tanpa mengabari anggotanya yang lain tentang persiapan festival; pada kondisi ketika Minghao berpikir perduli setan itu tandanya ia benar-benar kelelahan.
"Eomma! Lihat aku menemukan buku ini!"
"Aigoo, Minkyung-ah, kau benar-benar ngambek hm?"
"Nana-yya! Ayo cepat! Kita ada jam kuliah siang ini!"
"Aku pernah membeli buku ini dan isinya ternyata—"
Keningnya mengernyit, merasa terganggu dengan keributan yang dihasilkan dari berbagai sumber di Perpustakaan itu. Bibirnya mendecak kesal.
"Sst!" suara desisan keluar dari bibir tipisnya, seolah mengisyaratkan agar pengunjung lain mengecilkan suaranya. Dan ternyata cara tersebut cukup ampuh. Terbukti dengan suasana hening yang tercipta sesaat setelah Minghao memperingatkan mereka.
Kali ini Minghao mengulas senyum dalam tidurnya—bangga dengan apa yang telah dia lakukan.
Dirinya baru saja akan jatuh ke alam bawah sadarnya kalau saja suara dibukanya pintu geser yang menghubungkan ruang baca leseh dengan ruang umum itu tidak mengusiknya. Jadi Minghao akhirnya membuka matanya setelah mencoba untuk mendinginkan kepalanya yang hampir saja meledak karena acara tidurnya terganggu.
"E-eh? Aku membangunkanmu ya?"
Ice Ice Baby!
Wen Junhui x Xu Minghao / JunHao
Slight!Meanie
Boyslove;Shonen-Ai!, romance, comedy, school-life, fluff, ooc!
WARNING! Ada adegan yang tidak pantas untuk dibaca remaja 17 tahun kebawah!
Mata sipitnya memicing kesal, menemukan fakta bahwa sesuatu yang mengusiknya itu adalah pemuda berseragam Sekolah Menengah Atas yang berbicara dengannya dengan raut wajah tanpa dosa.
Tak mengindahkan si pengganggu, Minghao membalikkan badannya ke samping, seakan memberitahu bahwa Ia tidak mau berbicara dengan orang tersebut.
Sementara lelaki keturunan China itu kembali menyibukkan diri dengan tidurnya, lelaki yang lain tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum Ia duduk dengan posisi bersila di samping Minghao. Laki-laki itu mengambil sebuah buku dari dalam ranselnya.
"Hmm…"
"Ma-ja-yo, Majayo.. Algeu-sum..ni..da"
Salah satu kelopak matanya terbuka, menampilkan bola mata cokelat keemasan yang begitu indah. Minghao mengambil posisi bersila di sebelah si pemuda berseragam, mengabaikan ekspresi terkejut yang ditampilkan oleh orang itu.
"Kamu orang China juga ya? Aksenmu kental sekali."
Ekspresi terkejut pemuda itu berganti menjadi ekspresi kecewa. "Ah? Benarkah?"
Minghao menaikkan sebelah alisnya, membalas, "Aku juga berasal dari China. Kenapa ekspresimu jadi suram begitu? Ada yang salah ya?" blak-blakan memang, tapi lebih enak tahu jawabannya sendiri daripada menebak-nebak, begitu prinsip Minghao.
Mendengar kata China, si lawan bicara tampak senang namun sepersekian detiknya ekspresi senangnya kembali memudar, "Ti-tidak," Pemuda itu menghela nafas, "aku ada interview beasiswa disini, jadi aku harus lancar berbahasa Korea, tapi aku baru 5 bulan yang lalu sampai disini." Lanjutnya dengan cara bicara yang tampak kaku dan kurang jelas. Minghao mengangguk paham. Ia pernah berada di posisi pemuda itu jadi ia paham betul bagaimana sulitnya beradaptasi di lingkungan asing yang kultur budayanya berbeda dengan daerah kelahirannya.
Bibir tipis milik Minghao membentuk sebuah senyuman, "Kurasa aku bisa mengajarimu."
Petualangan mereka dimulai dari hari itu, bersamaan dengan senyum lebar milik pemuda Shenzen ber-earmuffs biru yang dilingkari di sekitar lehernya.
Minghao menyembunyikan beberapa plastik kripik kentang yang Ia bawa dengan mengendap-endap ke Perpustakaan umum. Hari ini sudah hari ke-10 dirinya menjadi tutor pribadi resmi dari pemuda Sekolah Menengah Atas bernama Wen Junhui. Dengan alasan simpati dan 'pernah merasakan hal yang sama' laki-laki bersurai cokelat karamel itu rela membagi waktu sibuknya hanya untuk mengajari Junhui.
"Maaf lama," yang sudah dinanti tampak menampilkan senyum lima jarinya sebelum Minghao sempat melempar bungkus kripik kentang yang Ia sembunyikan.
Minghao menuliskan beberapa kalimat di notebooknya, sementara pemuda di sebelahnya hanya memperhatikan jemari kurus itu bergerak dengan lincah di atas kertas.
"Kamu tulis jawabannya disini. Aku istirahat dulu sebentar."
Junhui mengangguk patuh. "Siap gege!"
Entah sejak kapan pemuda ber-name tag Moon Junhwi itu memiliki hobi baru selain hobi favoritnya; menari, acting & martial arts. Yang jelas ketika suara dengkuran halus Minghao terdengar di pojok ruang baca lesehan itu, Junhui akan segera melepaskan jaket tebalnya untuk menyelimuti si laki-laki super sibuk itu. Junhui sadar betul akan kelakuannya, tapi ia menganggap bahwa itu hanya untuk sekadar membalas kebaikannya; mengubur dalam-dalam perasaan anehnya tiap Minghao mengelus lembut pucuk kepalanya.
Hal aneh juga terjadi pada Minghao. Akhir-akhir ini kegiatan yang menjadi fokus utamanya adalah membalas chat tak penting dari Junhui, menomorduakan kesibukannya sebagai perwakilan senat untuk festival kampusnya. Dirinya tak begitu perduli jika nanti si cerewet Yebin akan mengomelinya karena tidak membalas pesan penting mengenai jadwal festival. Untuk saat ini biarlah Minghao menikmati kegiatan berbalas pesannya bersama pemuda yang lebih muda 2 tahun darinya.
"Menurutmu, apa ruang baca lesehan ini kedap suara?" Junhui memecah keheningan dengan pertanyaan yang diluar dari topik belajarnya hari itu.
Minghao kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang baca yang ia tempat saat itu, lalu tersenyum miring seolah tahu jawaban dari pertanyaan yang lebih muda, "Tentu saja kedap suara. Fasilitas Perpustakaan ini yang terbaik di Seoul." Ia membalas dengan nada bangga, seakan dirinyalah pemilik tempat itu.
"Aku tidak percaya dengahnmu."
Simpang empat terpajang di pelipis Minghao, "Kamu meremehkanku?"
Junhui mengendikkan bahunya, lalu lanjut menuliskan sesuatu di bukunya.
Merasa kesal karena dihiraukan, Minghao langsung menarik kepala Junhui di sebelahnya untuk mendekat, alih-alih ingin membisikkan sesuatu ke telinganya, Minghao justru dihadiahi sesuatu yang hampir membuat jantungnya lompat dari rongganya.
Bibirnya menempel dengan bibir Junhui, dan itu adalah hal yang sangat-sangat-sangat mengejutkan baginya. Sebenarnya Junhui juga sama terkejutnya dengan Minghao karena pada awalnya dia hanya refleks menoleh, akan tetapi Ia menutupi keterkejutannya dengan cukup proffesional. Jadi sementara Minghao memulihkan diri dari rasa shocknya, Junhui memanfaatkan kesempatan itu untuk memperdalam ciumannya. Dari yang hanya menempel saja hingga ia dapat menjelajahi seluruh isi mulut Minghao.
"Jun-mmh.." suara desahan keluar tanpa disadari oleh sang empunya suara. Junhui tersenyum dalam ciumannya.
Junhui mencium hidung Minghao gemas sesaat setelah Ia melepaskan ciumannya dari bibir Minghao yang tampak kekurangan oksigen karena dirinya. "Jadi kamu benar-benar membeli lip balm rasa leci yang kusarankan ya?" dan dengan satu pertanyaan itu saja sudah sukses membuat seluruh wajah Minghao memerah hebat.
"Rasanya tidak buruk juga. Kurasa aku juga harus beli yang itu," Junhui mengerling genit sebelum melanjutkan ucapannya, "agar kamu bisa merasakan rasa bibir manis yang tadi kurasakan."
Setidaknya hari itu Junhui selamat dari lemparan buku ensiklopedia milik Minghao, tapi tidak dengan keesokan harinya.
"Buku itu tebal sekali kau tahu 'kan, gege?" gerutunya seraya mengusap-usap hidung mancungnya yang terkena dampak paling hebat diantara bagian wajahnya yang lain. Minghao hanya tertawa geli.
"Lagipula siapa suruh kamu datang ke kampusku tiba-tiba begini? Tidak lihat apa aku sibuk untuk acara besok."
Junhui cemberut, "Interview beasiswaku 3 hari lagi, Seo Myungho. Tidakkah kamu kasihan pada anak kecil ini?"
"Tidak penting mengasihanimu. Dan panggil aku hyung, Moon Junhwi."
"Ck, cerewet."
Minghao hampir saja melempar buku diktatnya ke arah Junhui, namun aksinya terhenti ketika seorang laki-laki bertubuh jangkung dengan pandangan datar menghampirinya.
"Ei! Masih tidak enak badan, Wonwoo-yya?" tanya Minghao pada laki-laki itu. Junhui menampilkan wajah tidak sukanya karena Minghao tidak pernah menanyakan keadaannya selama ini.
Si jangkung yang dipanggil Wonwoo itu nampak melepaskan kacamata bulatnya, "Sudah baikkan." Pandangannya kemudian tertuju pada Junhui yang masih setia dengan wajah tidak senangnya, "Jadi dia bocah SMA yang heboh dibicarakan oleh mahasiswi lain karena penampilannya yang seperti anggota boyband?"
Junhui menganga, "Apa?"
"Dia siapa, Hao?"
Minghao tersenyum kecil, "Kenalanku."
"Tu-tunggu sebentar, anggota boyband itu apa maksudnya?!"
"Untung saja dia tidak satu sekolah dengan Mingyu."
"Berhentilah menyangkut pautkan pembicaraan kita dengan Kim Mingyu bodoh itu, Jeon."
"Hei?! Kenapa kalian tidak menjawabku?!"
Hari itu untuk beberapa alasan, Minghao pikir ada baiknya untuk mengabaikan omongan tidak jelas Junhui karena kelakuan yang lebih muda darinya itu tampak sangat menggemaskan saat ngambek. Poin plusnya, Minghao bisa menjalankan tugasnya sebagai perwakilan panitia senat dengan lancar pada saat acara festival kampusnya berlangsung. Ia tidak perlu merasa khawatir harus membalas pesan dari sosok yang beberapa hari ini telah mengganggu tidur lelapnya di malam hari dengan bayang-bayang bibir tipis menggoda yang menari-nari di atas bibir miliknya.
Jadi saat badan kurusnya bertemu dengan empuknya kasur, kelopak matanya yang tidak bisa diajak berkompromi lagi langsung menutup secara alami. Dan paginya, Minghao harus mengurut keningnya ketika menemukan fakta bahwa ada panggilan masuk sebanyak 48x dan pesan singkat sebanyak 67x di ponsel pintarnya.
"Kwon Soonyoung meledekku lagi, hyung."
"Jangan dengarkan dia, dan fokuslah belajar," balas Minghao dengan santai. Kedua matanya masih asik membaca kata demi kata dalam novel berbahasa China yang Ia ambil dari rak buku di sebelahnya.
Junhui mengacak rambut berwarna coklat gelapnya, frustasi. Membutuhkan waktu lama baginya selama seminggu itu untuk dapat bertemu dengan si manusia super sibuk bernama Xu Minghao, dan saat sudah bertemu pun laki-laki itu tetap bersikap acuh tak acuh padanya.
"Yah! Seo Myungho!"
Bentakan itu berhasil membuat Minghao mengalihkan pandangannya dari novel tersebut. Kening Minghao mengernyit tak senang. Junhui tidak pernah membentaknya karena hal sepele seperti itu sebelumnya, dan tentu saja Ia dengan senang hati akan mengatakan tidak suka dengan sikap barunya itu.
Ekspresi Junhui melunak, "Aku bergantung padamu, hyung. Kumohon ajari aku dengan serius."
"Jadi menurutmu selama ini aku tidak pernah mengajarimu dengan serius? Kamu pikir, waktu yang aku luangkan tanpa imbalan sepeserpun untukmu setiap hari itu kamu anggap tidak serius? Dan kamu pikir, waktuku hanya untuk mengurusimu saja?" ada nada yang sengaja dinaikkan pada setiap akhir kalimatnya, membuat Minghao terdengar seperti sedang membentak balik.
"Bukan begitu. Maksudku, aku ingin kamu mengajariku secara intensif, hyung."
"Cih, intensif katamu? Cari saja guru privat sana! Aku tidak akan pernah mau mengurusmu lagi. Camkan itu baik-baik, Wen Junhui."
"Tenanglah, Xu Minghao," Junhui berucap, pertama kalinya menggenggam tangan kurus milik Minghao, menghangatkannya didalam tangan besar miliknya. Dan entah kenapa, hal itu sanggup membuat emosi si empunya tangan mereda.
"Maksudku intensif itu, kamu mengajariku bukan disini lagi. Bagaimana kalau di apartemenku saja?"
"Dalam mimpimu saja, Wen."
Saat itu Minghao sadar kalau Ia telah tertipu dengan akting seorang pemuda bernama Wen Junhui. Satu hal lagi yang Ia harus catat baik-baik di otaknya, Wen Junhui itu mesum!
.
.
TBC/END?
HUWAHAHAHAH cerita macam apa ini?! Gak paham juga kenapa ide saya tiba-tiba muncul dan jreng- jadilah ff JunHao ini. Gak tau kenapa saya ngerasa kalau sebenarnya THE8 itu galak cem si Uji(?) dan Junhui itu polos-polos mesum cem si Hoci(?) ah pokoknya JunHao ini versi chinanya SoonHoon deh! Tapi jujur saya lebih suka SoonHoon huehuehue. Anyway, saya gak nemu judul yang pas buat ff ini, jadi saya mutusin buat ngambil judul sekenanya aja. Kalau mau lanjut silahkan tulis di kolom review yap! Kalau tidak ya saya minta tolong reviewnya tentang apa-apa aja yang kurang di ff ini dan kesan kalian tentang ff ini TT moga-moga ff ini bisa menghibur kalian ya!
EH NGOMONG-NGOMONG, HAPPY BIRTHDAY HOSHI! Untuk Kwon Soonyoungku tersayang- banyakkin istirahat dan banyakkin moment bareng Jihoon ya TT huhu God Bless You Hoshi!
