TOO LOVE; storyline by prkjmins 2017

Im Jaebum x Choi Youngjae

[ WARNING: genderswitch!youngjae; dominant-submissive!au; mature & sexual content; dan peringatan-peringatan lain yang tidak tertulis ]


"Jaebum,"

Jinyoung menepuk pundak atasannya yang sedang melamun di balik jendela kantornya. Pria bernama Jaebum itu terkejut kemudian membalikkan badannya menghadap Jinyoung dengan wajah seakan tidak terjadi apa-apa.

"Kau perlu sesuatu? Apa ada data yang kurang?" tanyanya dengan kedua tangan berada di dalam saku celana. Jinyoung menahan tawanya, ia tahu Jaebum sedang menyembunyikan sesuatu dari wajahnya.

"Tidak. Datanya bulan Februari sudah lengkap, Tuan Tukang Melamun." ejek Jinyoung diikuti dengan tertawaannya yang renyah. Jaebum berdecak pelan sembari melengos. Untuk kesekian kalinya, ia tertangkap basah oleh sekretaris sekaligus sahabat karibnya, Jinyoung. Padahal ia sudah memberi Jinyoung sebanyak mungkin pekerjaan, tapi kenapa masih saja ketahuan?

"Jangan menggangguku, brengsek—"

"Sedang memanjakan matamu dengan melihat Youngjae, hm?"

Jaebum mengumpat dalam hati, tebakan Jinyoung tidak meleset. Chief Executive Officer muda itu kembali menghadapkan tubuhnya ke depan jendela, kedua netranya berhenti tepat pada sesosok wanita bersurai karamel yang duduk di meja kerjanya. Wanita itu tampak sedang menyandarkan punggungnya dengan secangkir cokelat panas di tangannya. Biasanya ia menikmati kopi hitam, tapi sekarang ia menggantinya dengan cokelat panas karena ada calon bayi yang sedang dikandungnya.

Namanya Choi Youngjae, dan ia sedang mengandung anak Jaebum.

"Jadi—kau membiarkan dia hamil?"

"Aku sudah memaksanya untuk menggugurkannya, tapi dia tetap tidak mau. Dasar keras kepala." jawab Jaebum, ia memutar-mutar cincin perak yang melingkari jari manisnya. Cincin itu adalah cincin perjanjiannya dengan Youngjae, tanda bahwa Jaebum dan Youngjae mempunyai suatu ikatan khusus. Jinyoung berjalan mendekati jendela, ingin melihat sosok wanita yang membuat sahabatnya ini menjadi gila.

"Iya. Keras kepala seperti daddy-nya," celetuk Jinyoung, dibalas dengan pukulan keras dari Jaebum. Pria bersurai hitam pekat itu berakhir mengusap lengannya sambil mengaduh kesakitan. Pukulan seorang Im Jaebum memang tidak ada duanya, bahkan jika dibandingkan dengan pukulan para street fighter, milik Jaebum jauh lebih menyakitkan.

Jaebum memandang sekretarisnya dengan tatapan tidak suka, ia tersinggung dengan kalimat yang barusan Jinyoung katakan. Gara-gara Jinyoung, terlintas bayangan di saat dirinya dan Youngjae sedang bercinta. Dengan tubuh tanpa busana, Youngjae menggeliat sambil memanggil-manggil namanya dengan sebutan daddy. Suara halusnya terdengar begitu seksi di telinga Jaebum, sehingga mengingatnya saja membuat tubuh Jaebum menegang—hei, apa yang sedang ia pikirkan?

"Jinyoung, panggil Youngjae kemari. Setelah itu kunci ruanganmu, aku tidak ingin diganggu." perintah Jaebum. Jinyoung menaikkan kacamatanya yang sempat turun lalu menyunggingkan senyumnya.

"Tenang saja, aku tidak akan menjadi pengganggu di tengah acara privat kalian."

"Park Jinyoung!"

.

.

Jinyoung tersenyum canggung. Belum dapat semenit ia keluar dari ruangan Jaebum, sudah sepuluh lebih staf yang menyapa dan membungkukkan badan kepadanya. Ia berdecak kagum, mengingat kembali bagaimana perusahaan ini tiga tahun yang lalu. Jinyoung masih ingat benar betapa berantakannya kantor ini dulu, sedangkan sekarang semuanya rapi dan bersih karena Jaebum mempekerjakan lima belas pelaksana untuk menjaga kebersihan kantor berlantai lima tersebut. Juga dulu, staf yang bekerja hanya belasan, sekarang sudah ada hampir ratusan orang staf yang berlalu-lalang dalam kantor perusahaan Im. Semuanya adalah hasil jerih payah sahabatnya, Jaebum. Pria itu memang memiliki batas kesabaran yang rendah—bahkan sudah berkali-kali ia dilarikan ke rumah sakit karena stress hebat—, tapi ia pantang menyerah, mengantarkannya menuju kesuksesan.

"Hei, Park Jinyoung!" seorang pria beranjak dari duduknya lalu menepuk-nepuk punggungnya ramah begitu Jinyoung sampai ke bagian EDP kantor. Namanya Jackson, dia adalah supervisor staf EDP. Ia mendapat pendidikan tinggi berbasis internasional, sehingga sangat dipercayai oleh Jaebum untuk mengepalai salah satu bagian terpenting perusahaan.

"Tumben kau ke sini? Apa ada yang bermasalah?" tanyanya.

"Tidak, aku ke sini hanya untuk Youngjae. Jaebum memanggilnya," Jackson mengerutkan keningnya, ia melihat Youngjae sebentar lalu kembali memandang Jinyoung.

"Kenapa dia memanggil tuan putriku? Biarkan aku saja yang menemui Jaebum—"

"Aih, sudah kubilang ini bukan masalah, Jackson Wang!" Jinyoung menahan tubuh besar Jackson yang akan bertindak. Melihat itu, Jackson kembali bingung.

"Lalu apa?" tanya pria bersurai pirang itu dengan nada lugu. Jinyoung tampak berpikir sebentar.

"Hmm.. hanya berbincang-bincang saja. Iya, benar! Jaebum hanya ingin berbicara saja dengan Youngjae."

"Ya sudah, aku panggilkan dulu." Jinyoung menghembuskan napasnya lega ketika melihat Jackson berbalik untuk memanggil Youngjae. Well, Jackson itu sangat sayang dengan Youngjae—bukan sayang dalam lingkup cinta, hanya sekedar ingin melindungi saja. Maklum pria itu anak tunggal dalam keluarganya, jadi ia menganggap Youngjae sebagai adiknya sendiri.

"Youngjae," sesampainya ia di meja kerja Youngjae, Jackson mengetuk pelan CPU komputernya. Mendengar suara ketukan, wanita itu berhenti mengetik lalu melihat siapa yang mngetuknya tadi. Sedetik setelah irisnya bertubrukan dengan netra Jackson, terukir sebuah senyuman manis di bibirnya.

"Hai, oppa. Ada apa?"

"Tadi Jinyoung datang, katanya kau dipanggil Im Jaebum."

Tubuh Youngjae menegang. Jackson menyebut nama Im Jaebum tadi, dan ia yakin ia tak salah dengar. Wanita itu pun segera berdiri dan berjalan menuju ruangan tempat CEO muda sekaligus dominannya bekerja. Semoga saja Jaebum memanggilnya bukan untuk hal yang aneh-aneh—seperti meminta ia duduk di pangkuannya, atau bahkan blowjob.

.

.

Jaebum menurunkan kakinya dari meja kala indra pendengarannya merangsang suara ketukan dari pintu. Ia menaikkan salah satu ujung bibirnya, dia sudah datang.

"Masuk,"

Pintu ruangannya terbuka, mempersilakan sesosok wanita mungil yang ditunggu-tunggu oleh Jaebum untuk masuk. Pria itu mengedipkan matanya, hampir saja ia tidak berkedip selama melihat Youngjae berjalan ke tempat duduk di hadapannya. For God's sake, Youngjae terlihat begitu menggoda dibalik dress pink dan jas merah marunnya. Ditambah dengan perutnya yang sedikit membuncit, membuat lekuk tubuhnya semakin sempurna.

"Ada apa memanggilku?" Wanita itu bersuara duluan ketika Jaebum lebih memilih untuk diam sejenak, memperhatikan kecantikan Youngjae yang tidak bisa ia tepis. Jaebum menegakkan punggungnya lalu mempersempit jaraknya dengan wanita seputih salju itu. Ia tersenyum kala melihat kegugupan di wajah Youngjae.

"Aku minta laporanmu bulan Maret,"

"Masih setengah jadi, Tuan. Akan selesai print hari Senin depan." Jaebum menumpu kepalanya dengan tangan kanannya, pandangannya masih melekat pada Youngjae.

"Bukannya laporan bulanan harus segera disetor, ya?" Youngjae mengangkat kepalanya, memberanikan diri untuk melihat wajah tampan atasannya. Muncul semburat merah di sekitar pipinya kala melihat lengkungan mematikan di bibir Jaebum. Oh tidak, jangan sampai ia melemah hanya karena itu.

"Maaf, tapi Anda tahu sendiri kan bulan kemarin banyak kegiatan dan banyak staf EDP yang cuti." jawab Youngjae sekenanya. Jaebum bergumam pelan, pria itu memundurkan kursi berodanya.

"Baiklah, sekarang lepas high heelsmu dan duduk di pangkuanku."

Youngjae melebarkan matanya, tidak bisa percaya dengan perintah yang baru saja didengarnya tadi. Namun, melihat wajah menggoda Jaebum, Youngjae mau tak mau harus percaya. Dengan tangan bergetar, ia melepas sepasang high heels setinggi tiga senti dari kakinya. Wanita itu perlahan berdiri dari kursinya dan berjalan menuju Jaebum.

Ia mengangkat kakinya ragu. Jaebum menunggunya sambil memandang wajahnya yang sudah merah total. Youngjae menjatuhkan pantatnya pelan-pelan di paha dominannya, membuat Jaebum mengerang—menahan gairahnya kala tubuh Youngjae bersentuhan dengan tubuhnya.

"Good girl." Jaebum menarik leher Youngjae lalu memangut bibir ranum yang dimilikinya. Ia melumatnya rakus, membuat Youngjae kewalahan membalasnya. Iya, dalam perjanjian tertulis kalau ia harus membalas ciuman Jaebum. Awalnya Youngjae tidak setuju, tapi melihat reaksi Jaebum yang kurang baik, ia dengan terpaksa menyetujuinya.

Ciuman mereka semakin panas. Jaebum mulai memainkan perannya sebagai dominan, lidahnya menelusuri setiap sudut goa hangat Youngjae, dan tangannya meremas buah dada wanita itu. Youngjae mengerang, merasakan sebuah sensasi menyetrum ketika Jaebum meremas dadanya. Tidak lama, pria yang menciumnya juga mengeluh akibat bagian bawahnya yang mulai keras karena erangan Youngjae.

"Be—berhenti, Jaebum!" ia mendorong bahu pria itu sekuat tenaga. Youngjae harus segera menghentikannya jika ia masih ingin hidup karena demi apa ciuman ini sudah sangat panjang—dan Youngjae kehabisan napas.

Ia cepat-cepat meraup sebanyak mungkin oksigen di sekitarnya setelah Jaebum melepaskan tautan bibir mereka. Tangan Jaebum bergerak menuju jas Youngjae. Belum sempat ia lepas, Youngjae sudah lebih dulu menahan tangannya. Pria itu lantas menatap wanitanya tajam, ia marah.

"Jangan melakukannya di sini, tolong," mohon Youngjae, menambah kerutan di kening Jaebum. Pria itu semakin marah, dan sebentar lagi ia akan menunjukkannya. Namun, Youngjae segera meredamnya dengan, "Ku—kumohon, daddy."

Jaebum menghela napasnya, berusaha untuk menarik emosinya setelah Youngjae memohon untuk kedua kalinya. Ia beralih mengelus surai halus Youngjae, sesekali menghirup aroma semerbak dari setiap ujung helainya. Jaebum menyampirkan surai panjang tersebut ke belakang telinga Youngjae kemudian berbisik sesuatu di dekatnya.

"As your wish, baby. Tapi sebagai gantinya, kau harus melepas pakaianmu sendiri di rumah. Bagaimana?"

Diam-diam Youngjae meringis. Sepertinya malam ini ia akan bermimpi buruk lagi.


to be continued.


pojokers:

huhu finally bisa nulis pake cast papah jaebum sama mama youngjae;"

aku nyoba pake genre dominant-submissive. dulu aku suka gitu baca fanfic yang beginian, dan akhirnya aku menciptakan tulisan sendiri, ehe.

please support me with your feedback! thankyou for reading(: