Eye-witness
Himkyu's Present
SVT Fiction_Mingyu x Wonwoo (Meanie)
Genre : Romance Hurt/Comfort
Disclaimer : SVT cast are owned by Pledis Entertaiment , this fic n plot by me (himkyu a.k.a Miyu)
.
.
.
.
.
Selamat berpuasa^^
Miyu akhirnya kembali lagi kali ini dengan fic buat Meanie (Horrayy!).
Fic ini adalah special comeback setelah laptop Miyu sembuh TvT Jadi ingin kembali menulis sekedar twoshot dulu. Sebagai pemanasan /?
Chapter kali ini pendek saja dulu ya!
Semoga dinikmati!
.
.
.
.
Warning!
Typo(s), Yaoi
I have warned you. If you dont like it, dont continue. Thank you^^
.
.
.
.
.
.
.
Chapter 1
"Hmm...Bwahh.."
Udara pagi ini tampaknya lebih segar dari kemarin. Aku selalu menyukai kehidupan remajaku. Jika banyak pelajar yang mengatakan bahwa kehidupan remaja itu sangat membosankan, tidak untukku. Aku berusaha menikmatinya.
Terlanjur menikmatinya.
Mendapatkan uang jajan setiap harinya. Kau tidak perlu menghabiskannya, tinggal minta saja makanan dari temanmu, dan kau akan diberikan. Selama kau benar-benar tahu cara merayu temanmu. Uang jajanmu utuh untuk dipakai berkencan, atau berbelanja kaset games terbaru hari ini.
Kau tidak perlu harus belajar untuk mendapatkan nilai bagus. Selama kau pintar dalam berstrategi bersama kawanmu, nilai bagus lebih mudah didapatkan daripada yang punya otak cerdas sekalipun. Tapi, rasa waspada tentu saja jadi senjata terbaikmu. Kau tahu maksudku, kan?
Bahkan kau tidak perlu takut merasa bosan dengan lingkungan kelasmu yang kacau balau, dipenuhi buku-buku pelajaran, dan pekakan makian beberapa kawanmu hanya sekedar bercanda. Bertemu dengan orang-orang membosankan yang setiap hari terpaksa harus kau sapa di lorong sekolah. Atau harus bertugas bagai babu jika berpapasan dengan guru yang meminta bantuan.
Kau hanya perlu melarikan diri ke beberapa spot sekolah yang tersembunyi. Yang bisa saja kau jadikan tempat istirahat dan tidurmu selain kasur di rumah sesekali waktu. Bahkan jika kau beruntung, kau jadikan tempat itu sebagai milikmu sendiri.
Aku contohnya.
Menemukan spot menakjubkan dan sangat aman dari buruan anak-anak lain, yang mengganggu waktu tenangku. Atap sekolah. Tempat aku menidurkan diri kali ini,sambil melihat jejeran awan di atas langit.
Ada biru muda, putih, beberapa warna hitam (kenapa burung-burung di Korea berwarna gelap?). Asupan yang baik untuk mataku yang butuh warna-warna cerah,daripada warna kelabu kusam dan pucat di dalam sekolah.
"Hidup itu harus dinikmati. Ya. Kau benar, Mingyu. Kau sangat pintar sekali." aku tersenyum bangga. Memuji diriku sendiri sembari membantalkan kepala di atas dua tangan terlipat, dan bertelentang ke sekian waktu, tidak menghiraukan suara bel selanjutnya. Aku lalu hanya mengatup mata.
Namun,
itu tidak berlangsung lama.
BRAKKKK
Suara dobrakan membuat mataku langsung terbuka lebar. Keheningan menjadi sangat mencekam dengan suara pintu tadi yang dipaksa terbuka. Seingatku,aku sudah menutupnya rapat-rapat. Tidak mungkin karena angin,kan?
Aku serius mengatakan bahwa atap ini terjamin dari anak-anak pengganggu. Tidak ada yang pernah datang kemari, karena atap ini sudah dikenal akan kutukannya (Yang sampai sekarang aku tidak pernah percaya). Tidak ada secentimeter pun ada yang berani melewati pintu masuk atap setelah rumor tak berdasar itu (tentu saja kecuali aku).
Aku merangkak. Posisi tidurku berada di balik dinding sebelah pintu. Siapapun yang mendobrak masuk, tidak akan langsung melihatku. Aku bersender pada dinding, menggesek-gesek bokong (maksudku, menggeser posisi dudukku pelan-pelan), agar bisa mengintip ke arah pintu masuk.
Yang kulihat setelah pada pintu yang terbuka lebar, ada seorang siswa lain dengan seragam yang sama denganku, berdiri di tepi pembatas atap. Ia berdiri, diam, tidak melakukan apapun selain menatap lurus atau ke bawah bangunan. Aku berharap ia tidak berencana untuk bunuh diri.
Ya walaupun itu mustahil,kecuali ia berminat memanjat pagar kait yang dipasang tinggi mengitari tepi pembatas.
"Siapa dia?"
Aku tetap terdiam. Lebih baik berada jauh dari posisinya, daripada ia terkejut, dan benar-benar akan memanjat pagar kait saking ketakutannya. Ah. Itu terlalu berlebihan.
Siswa itu mungkin tidak setinggi aku (jika aku boleh menerkanya). Berpakaian agak kurang rapih (ia melepas jaketnya. Kemejanya sengaja ia keluarkan). Berambut agak jabrik berantakan, dan beberapa tindik di daun telinganya.
Tindik?
Clang
Pagar kait menimbulkan suara saat ia mencengkeram celah-celahnya dengan kuat. Ia terlihat sedang marah. Aku jadi curiga.
Hiks
Tiba-tiba suara isakan terdengar. Ia menunduk. Lalu mengusap berkali-kali sesuatu yang mengalir di wajahnya. Mungkin air mata. Aku tidak terlalu jelas melihat wajahnya yang masih memunggungiku.
Tak berapa lama, orang itu berbalik. Meninggalkan posisi berdirinya. Ia jatuh terduduk, dan bersender di dinding pembatas atap. Menyembunyikan seluruh wajahnya dalam pangkuan tangan. Aku benar-benar geger ingin sekali menarik tangannya dan melihat wajahnya. Apa yang terjadi denganmu,Bung?
Mungkin dewa-dewa kali ini berpihak padaku. Sampai saatnya,ia mengangkat kepalanya dari persembunyian. Ia menyandarkan kepala pada pagar kait, dan menatap ke atas. Menatap yang seharian ini kulihat.
Saat itulah badanku seperti tersengat listrik. Dikejutkan dengan pemandangan di hadapanku.
.
.
.
.
Itu Wonwoo.
Si Pembuat Masalah Gunseon*.
.
.
.
.
.
.
.
"Ming..MINGYU!"
Kepalaku sampai jatuh dari pangkuan tangan, saat sahabatku terus menerus menggerak-gerakkan mejaku agar aku cepat sadar. Aku terlalu banyak melamun hari ini.
"Telingamu itu bolot sekali. 15 menit dari tadi teriak-teriak, dan kau tidak sadar juga. Aku bisa maklumi kalau kau ketiduran. Tapi, kau gila jika tidak menyahutku dengan dua mata terbuka begini." Hoshi iseng melebar-lebarkan kelopak mataku. Aku mencoba menangkis tindakan brutalnya.
"Iya, maaf." Aku kembali menyeruput susu yang teranggur.
Hoshi berdecak berkali-kali, sampai akhirnya menggeret salah satu bangku mendekat pada mejaku. Kupikir orang ini pasti kurang kerjaan, ditinggalkan kawan-kawannya karena hanya dia dari sahabat-sahabat se genk nya yang tidak ikut ekskul basket. Yah, bukan karena ia tidak suka atau tidak bisa basket. Hoshi memang dilarang karena pernah mengalami fraktur (patah tulang) kaki kanan.
"Memangnya apa sih yang kau pikirkan? Baru kali ini loh seorang Mingyu ngelamunin sesuatu. Pasti ngelamunin hal-hal jorok,ya?"
Tiba-tiba aku tersedak sendiri oleh susuku. Susu kotakku, lebih tepatnya.
"Hah?!"
"Ya, sifat alami para mahluk mamalia jantan. Kau tahulah." Hoshi memang biangnya para pemesum di muka bumi. Hanya saja, baru kali ini aku diajak bicara dengan topik 'nggak-nggak' kali ini. Jadi,aku cukup kaget. Pantas saja, ia dilarang keras bergaul dengan para Siswi. Kalau iya. Topik seperti apa yang akan ia bawakan pada mereka.
"Wow. Dadamu besar juga! Berapa ukurannya? Apa perawatannya?"
"Kau tahu ukuran **** pacarmu?! Berapa?!"
Hahh... sepertinya pikiranku yang tidak waras.
"Jangan mulai kau, Mesum." Aku menghela nafas. Mencoba mencari sebuah topik pembicaraan. "Ngomong-ngomong kau tahu sesuatu tentang Wonwoo, gak?"
"Hah? Wonwoo? Si Biang Keladi itu? Kau dari tadi mikir jorok tentang dia, ya?"
Aku langsung menjambak rambutnya.
"AW AW AW! YAYA! AKU BECANDA."
Aku melepas cengkeramanku.
"Kenapa harus tanya tentang dia, sih? Kayak gak ada orang lain aja yang mau dibicarakan." Dia mulai memangku kepala malas. Aku juga jadi malas bicara dengan orang ini.
"Entahlah. Mungkin kau tahu sisi lain Wonwoo selain ekspresi sangar dan tingkah lakunya yang agak kasar?" Aku menjeda sebentar. "Mungkin dia pernah menangis?"
Hoshi kaget. Ekspresi wajahnya kelihatan tidak percaya.
"BWAHAHAHA"
"Hei! Kenapa kau tertawa?! Apa yang lucu?!"
"Haduh. Jangan becanda deh, Gyu. Orang itu mana pernah menangis! Senyum saja tidak pernah. Apalagi berharap dia menangis." Hoshi mengusap sedikit air matanya saking lelahnya tertawa. Aku hanya terdiam mengamati. Ada yang salah dengan selera humornya ternyata.
"Kau tidak lihat keningnya yang berkerut saking kebanyakan marah dan kesal. Cuman ekspresi itu yang ia punya. Setidaknya kau bersyukur ia hanya bisa melakukan dua hal itu. Jika ia sampai menangis, berarti ada yang tidak beres dengannya. Hahaha.."
BRAKK
Suara gebrakan yang sama seperti Deja Vu. Ternyata berasal dari sebuah bola yang terlempar dari arah jendela masuk ke ruang kelas dengan keras hingga memantul di meja siswa. Semua penghuni ketakutan. Aku dan Hoshi yang duduk bersebelahan dari jendela, segera mengamati ke bawah bangunan.
Ada dua siswa sedang berkelahi. Keduanya sama-sama memakai baju olahraga.
Yang satu menarik baju siswa lain yang bertubuh agak pendek. Tatapannya sengit dan membentak-bentak ke arah si Pendek dengan tangan membulat siap menghantam wajah ke hadapannya.
Beberapa lama kemudian, tontonan diakhiri dengan 3 orang guru melerai keduanya, dan membawa paksa siswa beringas itu ke tempat lain hingga aku tidak bisa melihat sosoknya lagi.
"Astaga. Sepertinya aku harus tutup mulut soal anak itu."
Aku melirik Hoshi. Ia memang benar dengan pernyataannya.
"Kau memang harus berhenti membual tentangnya. Atau bola itu selanjutnya yang menghantammu,bukan ke meja."
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini begitu panjang.
Setelah aku kebetulan bertemu dengan 2 kejadian berkaitan dengan anak itu, aku merasa kecapekan sendiri memikirkan dia. Aku tidak pernah peduli dengan para pelanggar aturan (kecuali jika itu tentang aku sendiri). Aku tidak pernah kenal dengan Wonwoo secara spesifik, kecuali dari yang kudengar di sekitar.
Tapi, apakah Wonwoo yang kulihat pertama kali di atap, dengan yang mereka katakan adalah dua orang yang sama?
"Mungkin aku harus beli bahan makanan dulu untuk di rumah." Aku pun berjalan ke arah Myeondong, di mana pusat perbelanjaan tumpah ruah disana. Berbelanja adalah satu hal yang setidaknya bisa membuat pikiranku fresh kembali.
PRANGG
"PERGI KAU! TOKOKU BISA BANGKRUT JIKA KAU BEKERJA DISINI TERUS!"
Aku seketika menghentikan langkah saat suara keributan tidak jauh terdengar. Di depanku, dari sebuah warung makanan, kulihat seseorang ditendang keluar. Si pemilik adalah pria tua yang cukup kuat mengusir pemuda yang masih rapih dengan apron putihnya. Aku tidak berani melanjutkan perjalanan, aku masih ingin memperhatikan mereka.
"PERGI DAN JANGAN KAU BAWA WAJAH PREMAN SIALANMU ITU KEMARI LAGI!"
Pemuda yang berlutut itu tidak bisa melakukan apapun selain tetap berada di posisinya setelah ditinggal masuk bosnya ke dalam toko. Pasti diperhatikan banyak orang, membuatnya sangat malu.
Pemuda itu tak lama kemudian berdiri dengan sendirinya. Orang lain yang mencoba membantu mulai jaga jarak, mengurungkan niat mereka yang baik. Apa yang mereka lihat sehingga mereka ketakutan begitu?
Rupanya seseorang yang baru beberapa saat ingin kulupakan sejenak.
Wajahnya penuh luka, dan memar. Mungkin bekas berkelahi di lapangan tadi siang. Karena luka itu, pasti ia diusir oleh bosnya.
Entah kenapa aku mencoba bergerak ingin membantu. Tapi, langkahku tidak mau dipercepat menyusulnya. Aku hanya bisa mengikutinya dari belakang dengan beberapa jarak menjauh. Mengamati punggungnya terus. Mengamati orang-orang yang menatap aneh padanya. Aku ingin berteriak pada mereka, "HEI dia temanku! Jangan seenaknya melihatnya dengan tatapan cacian begitu!"
Tanpa sadar, langkahku berhenti di sebuah gang kecil. Aku menjauh dari tubuhnya yang semakin melesak ke dalam gang yang gelap. Aku akhirnya berhenti, berdiri kembali di jalan masuk yang bercahaya. Tapi aku masih bisa melihat sosoknya dengan cahaya remang-remang.
Hiks
dan lagi-lagi suara isakan itu. Deja Vu. Deja vu yang sangat menyakitkan.
Entah kenapa aku antara tak percaya dan percaya bahwa sosok preman yang mereka maksud bisa menangis seperti ini.
Namun, apapun yang terjadi.
Aku adalah saksi, mereka adalah pembual. Mereka adalah pengarang cerita. Mereka membuat segala karangan sehingga Wonwoo terlihat lebih menakutkan dan patut dijauhi. Kuat,dan tidak butuh perlindungan.
Tapi, saat ini aku yang melihat dengan kedua mata. Aku sendiri yang melihatnya tidak sekuat yang mereka pikir. Hanyalah aku yang tahu bahwa ia bisa menangis secara sembunyi-sembunyi.
Aku mengepal tangan. Ingin sekali aku menghampirinya,
dan memeluknya.
.
.
.
.
.
.
To Be Continue.
Yang udah baca "MAMB" dan "MIMB", ternyata cukup banyak yang antusias buat updateannya (alhamdulillah). Tapi,maaf sekali kalo sampai sekarang janjinya tidak kutepati.
Laptop Miyu baru aja dibetulin. Terpaksa beberapa dokumen kehapus (karena males di back up,urusannya lama). Termasuk fic yang udah kuketik sebagian. Jadinya, Miyu harus buat ulang lagi. Ini kejadian yang kesekian kali, jadi mohon maaf ya (laptop Miyu sensi banget euy).
Insya Allah kalo liburan kali ini gak dibuat males-malesan (?)dan kegiatan lain, akan segera kuselesaikan (aminn).
Terima kasih sudah mau membaca Eye witness , ditunggu chapter terakhirnya yang mungkin lebih panjang ^^
Would you appreciate my work with some review/like/fav/follow? Gamshaa m(_ _)m
