Fandom : Five Nights at Freddy's x Slender
Disclaimer : (pastinya bukan saya, bukan!) Scott Cawthon and Mark J. Hadley
N/A : Crossover(?) ini semata-mata karena dari awal liat Onet a.k.a Marionette itu kek Slender tapi bedanya berwajah. Ternyata bukan hanya saya saja yang merasa(?) /apalah
Semua yang terkandung dalam fic ini ga bisa dilahirkan(?) dan hanya karangan belaka, jangan diambil serius apa lagi diambil tokohnya /eh
Dan terdapat bahasa alien dan lainnya.
Siapapun bisa mengarang sambil mengorong /maaf
.
.
.
"Hoaaaahhmmmmmm… Bosen, nih!"
Keluh Animatronic bertelinga panjang, sembari menempelkan dagunya pada badan gitar electric-nya itu. Jarinya menyentuh enam senar secara bergantian, menghasilkan suara yang berbeda-beda dan kurang enak didengar.
"Booooseeeeeeennnnnnn!" ulangnya, sambil membunyikan gitarnya lebih kencang. "Aku bisa gila kalau gini terus!" dengusnya lalu mengambil tindakan ekstrim. Ia berdiri di atas meja sembari memainkan gitarnya seenak jidatnya.
"Ada yang mau rikues lagu, gak!?"
"Lu lagi apa, sih? Ribut sendiri aja!" protes temannya, dengan warna dominan kuning cerah, paha mulus dan berisi. Siapa yang tidak ngiler melihat paha ayam yang seperti itu? Tunggu—sayangnya dia juga Animatronic.
"Konser dadakan! Mau ikut? Mau rikues?" tawar si kelinci serba biru senyam-senyum.
"Tidak, lebih baik aku belajar masak sama Cece Chica aja!"
"Loh? Cece Chica ga punya tangan. Bisa masak, gitu?"
"Jangan salah! Sesepuh Chica pro walau tanpa tangan!" sang ayam berisi itu membela sesamanya, seniornya yang sama-sama ayam—yang kelewat berisi.
"Ah, paling juga pro dalam hal memasak ceplok telor," sindir Toy Bonnie yang sering disapa Bonbon.
"Ceplok tel—mana ada ayam memasak calon anaknya sendiri!"
"Berisik, woooy! Ganggu konsentrasi orang aja!" satu lagi, Animatronic kembali protes. Dia sedang mojok di atas singgasananya—panggung untuk mereka bertiga.
"Situ orang, Pred?" alis Bonbon menukik, mumpung dia punya alis.
"Eiya, lupa—pokoknya kalian kalau mau ngerumpi jangan di sini! Nama gue bukan Pred. Lu kira suara kentut, apa?"
"Yaudah, Edy. Lagi apa Edy?" goda Bonbon menghampirinya, diikuti ayam semok yang tertarik pada benda yang dipegang oleh Toy Freddy.
"Lagi main tamagochi?" tebak Toy Chica asal-asalan.
"Hah? Tamagochi ? apaan, tuh?" Bonbon gaptek. "Yaelah! Itu, tuh! Mainan yang tumpuk-tumpukin bata, ditata jangan sampe kelebihan," ini lagi, sok tau banget si ayam semok.
"Lu berdua gimana, sih? Ini namanya Tablet! Tab! Tab! Cucunya komputer! Mana ada tamagochi segede ini," Toy Freddy menghela nafasnya walau tidak punya sistem respirasi.
"Hah? Tablet? Sakit apa emang-nya, Pred?" Bonbon menyentuh jidat sang beruang coklat yang sedang asik main game dari alat canggihnya.
"Eh—Kampret—jangan ganggu!" protesnya tapi tidak didengar.
"Tablet? Bisa dimakan, ga?"
"Sial, mata gue brecek! Woy—aduh. Game over, 'kan!" Toy Freddy memajukan bibirnya, padahal tidak punya—sepertinya.
"Ooooooh! Elu lagi main game di layar itu?" serempak Bonbon dan ayam semok itu baru mengerti keadaan temannya.
"Wuilah! Layarnya guede! Nama benda ini apa, Pred?"
"Ada kameranya? Kamera depan? Buat foto selfie dan grufie bisa?"
Demi para sesepuhnya yang sedang ajojing di ruangan belakang sana, Toy Freddy meredam emosinya. 'Awas aja ini dua anak autis, gue kerjain kalian!' dendam Nyi Freddy dimulai.
"Katanya lu lagi bosen, Bon? Nih, mending main bareng aja, deh," ujar Freddy dengan air muka—pura-pura—ramah.
"Main apa?" Bonbon langsung meloncat, lalu duduk di sebelah Toy Freddy. Untung saja panggung itu tidak runtuh.
"Main game horror! Sini! Neng Chica ikut main, sini!" Freddy menyerahkan alat canggihnya kepada kelinci yang diduga punya rabies itu, lalu menggeser tubuhnya yang besar untuk Toy Chica agar bergabung bermain bersama sesuai rencananya.
"Ih! Game horror? Ogah, ah! Takut! Mending aku ke dapur aja, main sama Cece Chica," ayam semok itu langsung pergi.
'Bukannya wajah sesepuh lebih horror dari pada game horror? Matanya rusak, kali, ya? Besok aku lapor ke Abang-Abang teknisi, deh! Biar matanya Toy Chica waras,' pikir Animatronic berbentuk beruang dominan coklat itu dalam benaknya.
"Weh! Gimana cara guna-in ini alat?" Bonbon yang dari tadi mengutak-atik alat tipis nan lebar itu kebingungan.
"Wasem! Bukan digigitin, Bon! Ntar rusak, woy! Tablet gue kena rabies elu nantinya!" Toy Freddy merebut benda kesayangannya dari mulut Bonbon yang gigi atasnya cuma ada dua biji.
"Rabies? Enak aje! Cepetan ajarin gue cara gunain itu alat!"
Dari pada kena rabies atau ditimpuk pakai gitarnya, Toy Freddy mengajari kelinci abal-abal serba biru itu. Setelah mengajarkan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Toy Freddy menyuruh Bonbon untuk memainkan game horror.
"Pilih saja game-nya, ada banyak," Toy memamerkan koleksi game dari alat super canggihnya itu, bak sales yang mengenalkan barang dagangnya.
"Yang ini, kita jadi penjaga malam. Kalau nggak puterin kotak musik dan pakai topeng, kau bisa mati nanti," jelasnya.
"Kok, kaya game yang Bang Jeremy mainin, ya?" Bonbon ingat kepada penjaga malam mereka.
"Iya, benar! Eh—kau sering ngintipin Bang Jeremy, ya? Kok, tau?" Toy Freddy menatap curiga pada temannya itu. Bonbon menggeleng.
"Nggak, cuma datengin lewat ventilasi, kok! Terus nanya kabar dan kepo-in Bang Jeremy lagi apa,"
"Parah, lu! Jadi mau main yang mana?" tawarnya lagi, demi menyukseskan rencananya.
"Yang ini apa?" Tunjuk Bonbon, tidak menyentuh layar benda itu, ia sudah tahu kalau menyentuhnya akan memainkan game tersebut.
"Oh, itu! Itu game yang tadi aku mainin. Slender Man, coba saja! Seru!" Toy Freddy justru menyentuh layar, tepat pada icon game Slender Man. Sengaja ia lakukan.
"Hmm, mainnya kaya gimana?" Bonbon mengedipkan matanya, memamerkan bulu matanya yang lentik bukan main, saingan Syahroni.
"Cuma ngambil kertas yang totalnya delapan biji, cari di tempat yang unik saja!"
"Hmm, sepertinya mudah," Bonbon manggut-manggut lalu memainkan game itu.
Satu kertas sudah ia temukan. Dua kertas, tiga, empat. Toy Freddy bingung. Ternyata Bonbon lincah dan belum ada yang 'menghampirinya' dalam game itu.
"Kok—jago juga kamu," Toy Freddy memuji teman yang kurang jelas gendernya itu.
"Iya, donk! Mudah!" Bonbon songong. Ia masih memainkan game itu. Membuat Toy Freddy iri setengah mampus.
'Kok, Slendy-nya nggak muncul-muncul, sih?'
Toy Freddy memajukan bibirnya sembari meninggalkan temannya yang sedang asik bermain itu, menuju game area. Toy Freddy sebenarnya ingin mengobrol dengan anak kecil tukang jualan balon yang jadi penghuni tetap wilayah itu, Balloon Boy. Tapi anak itu ternyata lagi nggak ada di tempatnya, Toy Freddy menebak di mana robot anak kecil itu berada.
'Aih, si Bebe pasti lagi ngapel ke Bang Jeremy, deh,' keluh Toy Freddy dalam hatinya.
"HUWAAAA!"
Sebuah teriakan yang ngeselin dan juga miris. Berasal dari panggung sana, suara Bonbon. Toy Freddy sedikit kaget, tapi kemudian tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya dendamnya terbalaskan.
"Ada apa, Bon?" tegurnya saat muncul di depan temannya yang sedang ketakutan, tapi Toy Freddy menatap horror kepada benda kesayangannya yang tergeletak di atas lantai.
"Eh, buset! Ente apa-in Tablet ana?!" Nggak tahu kenapa Toy Freddy logatnya begitu, mungkin Toy Freddy kesurupan Unta Arab.
"Gue lempar, lah! Gile aje! Kenapa ada Bang Onet di situ!? Gue jadi kaget, nih!"
Toy Freddy heran, alisnya menukik tajam seperti tanjakan maut. "Bang Onet? Bang Onet lagi bobo cantik di sana!" Toy Freddy menunjuk Prize Corner yang tidak jauh dari panggung. Tepatnya menunjuk kotak besar yang dijadikan singgasana sang puppet.
"Ih! Terus, itu makhluk apaan, dong? Setan? Kok, mirip Bang Onet, sih?" Bonbon bergidik.
"Namanya Slender, Bon! Bukan Bang Onet! Ah, untung aja nggak rusak Tabletnya," Toy Freddy menghela nafas panjang, seperti habis buang air besar yang sudah lama ditahan lalu dituntaskan.
"Ada apa kalian manggil-manggil gue?" makhluk tinggi, hitam, kurus lagi! Datang menghampiri dua makhluk yang ribut sedari tadi. Mengganggu bobo cantik-nya.
"E-eh, Bang Onet—nggak ada apa-apak, kok!" Toy Freddy menyangkal sedikit ketakutan.
"Yakin? Gue jadi gak bisa dengerin lagu kesukaan gue, nih! Bang Jeremy susah payah muterinnya hanya untuk gue! Kurang so sweet apa, coba? Nina bobo-in gue pake lagu yang diputar lewat kotak musik, padahal Bang Jeremy jauh dari sini! Belum lagi Bang Jeremy meladeni para cecunguk yang Insomnia seperti kalian yang bisanya cuma mondar-mandir, godain dan gangguin Bang Jeremy!"
Sehabis Marionette—yang lebih dikenal sebagai Bang Onet itu nyerocos panjang kali lebar. Toy Bonnie bersua.
"Tuh, 'kan! Mirip!"
"Nggak mirip! Bang Onet ada wajahnya! Slendy nggak punya wajah, dasar bolor!"
"Tapi badan dan posturnya mirip, Pred!"
Di tengah perdebatan tak berguna itu, Marionette jaw drop sendiri. Ia mengumpulkan kekuatannya dan berteriak.
"KALIAN RIBUTIN APA, SIH!? DASAR CECUNGUK! JANGAN KACANGIN GUE, WOOOY!" suara teriakannya yang sumbang itu menggema. Mengalahkan suara musik yang diputar oleh Bang Jeremy dari kantornya berada.
Seketika itu juga ke dua-nya kaget dan diam. Saat Marionette akan berbicara lagi, Toy Freddy dengan cepat menjawab.
"Dia bilang Bang Onet mirip Slendy!" Toy Freddy menunjuk teman birunya itu. Tentu, Marionette heran dan mengurungkan niatnya untuk memarahi dua makhluk di hadapannya. Wajahnya yang dihiasi pipi bulatan merah, namun ada garis lurus vertikal di bawah matanya itu memang membuat siapa saja galau menentukan ekspresinya itu sedang sedih apa senang. Tapi, kali ini jelas dia terlihat heran.
"Slendy? Siapa itu?" ujarnya sambil menyilangkan tangan hitamnya, jarinya total ada enam. Sejak lahir dia seperti itu, di saat Animatronic lainnya punya empat jari, dia sendiri punya tiga. Udah mukanya paling membingungkan, jarinya juga kelainan. Kasihan dia.
"Slendy itu, uh, gimana jelasinnya, ya? Bonbon lagi main game dari Tabletku. Nah, dia main Slender Man. Dia bilang, tokoh jahatnya itu mirip Bang Onet," Toy Freddy mengadu—sekaligus menjelaskan kejadiannya.
"Hah? Tokoh jahatnya? Mana!? Sini aku lihat!" titah sang puppet yang sedang murka itu.
Toy Freddy langsung membuka Mbah Gugel dari benda tipis canggih itu. Lalu mencari gambar Slender Man.
"Ada apa ini, Net? Tadi situ teriak-teriak?"
Para sesepuh datang, ke empat Animatronic butut itu seperti Ogoh-ogoh yang datang—lebih tepatnya jalan sendiri. Ada satu yang ikut ngintil, Toy Chica juga ada dalam rombongan sesepuh itu.
"Apa?! Lu panggil gue 'Nyet'?!" ini lagi, si Onet salah dengar. Mungkin karena teriakannya sendiri membuat pendengarannya jadi terganggu.
"Siapa yang panngil elu 'Nyet'! ge-er kau!" sergah Foxy.
"Salah dengar kau, Onet. Udah berapa minggu kau nggak bersihin kupingmu?" tanya sang pemimpin, Freddy sang kembaran—tapi tak sama—Toy Freddy.
"Udah setahun! Puas? Lagian kenapa kalian serakyat ke sini?" balas Onet kesal, sepertinya 'sensi' dari korban pertama ini cukup tinggi.
"Cuma mau lihat, kenapa elu teriak-teriak. Kedengaran sampai kantor Bang Jeremy, tahu! Bang Jeremy sampe kaget!" Bonnie berkacak pinggang, walau tangannya hanya ada satu.
"Eh!? Serius!? Bang Jeremy rapopo, toh?" Marionette panik. Ia hampir berlari keluar dari area Show Stage ini.
"Tunggu! Bang Onet! Ini wajah Slendy!" Toy Freddy menunjukan layar Tabletnya yang lebar, membuat semua mata tertuju pada benda canggih itu. Rupaya dia baru kelar mencari wajah Slendy.
"He? Slendy? Siapa dia?" ujar Chica.
"Loh, kok, mirip Onet, ya?" susul Bonnie.
"Tuh, 'kan! Bang Bunbun sependapat denganku!" Bonbon menimpali, bangga karena sesepuhnya sependapat dengannya.
"Mirip dari Hongkong!" Foxy tidak setuju.
"Jadi gue harus bilang wow sambil nelen mic gue, getooh?" Freddy ngalay, nggak tahu kenapa.
"Kagak mirip, ih! Gimana atuh si Bonbon sama Bang Bunbun!" Toy Chica ikut bersuara.
"Dua lawan tiga! Dua orang sisanya golput! Terakhir, Bang Onet apa pendapatmu?" Toy Freddy salah ucap.
"Kita bukan orang, woy!" hampir seluruh Animatronic protes.
"Oiya, ana lupa! Pokoknya dua makhluk setuju kalau Slendy mirip Bang Onet, tiga makhluk tidak setuju, sisanya ada dua yang netral," ralat Toy Freddy.
"Siapa yang netral! Aku hanya nanya siapa itu Slendy! Menurutku dia mirip Onet!" protes Chica yang baru ngeh keadaannya.
"Okay! Tiga makhluk setuju. Skor imbang. Bagaimana Bang Freddy? Masih mau netral?" tanya Toy Freddy seakan ketua dari vote untuk Bang Onet.
"Iyuh! Peduli setan! Ternyata Onet dan kalian cuma ributin mirip-gak mirip, doank! Hadeuh! Pucing pala Predi! Mending gue ajojing sama Bang Jeremy, Bebe, dan Mang Le di kantor!"
Entah sejak kapan sang pemimpin para sesepuh itu nge-gondek. Diduga ketularan Bonnie yang sering bersama dengan Freddy.
"Uh, okay," Toy Freddy menahan rasa malu dari kelakuan sesepuh kembarannya itu. "Skor masih imbang! Sekarang Bang Onet, menurutmu apakah Slendy mirip denganmu?" lanjutnya sembari mengalihkan perhatian.
Marionette yang sedari tadi diam menatap layar Tablet sang Toy Freddy itu, masih diam. Mematung, melototi layar Tablet itu—walau ia tidak punya mata untuk sekarang ini. Ia hanya menunjukan matanya yang kecil dan putih bersih hanya untuk Bang Jeremy. Tidak tahu kenapa, Bang Jeremy begitu spesial pake telur di restoran ini.
"Bang? Bang Onet?" sapa Toy Freddy sembari melambaikan tangannya di depan wajah sang puppet yang sedang asik melamun itu.
Sedetik kemudian tangan panjangnya Marionette itu merebut Tablet dari genggaman Toy Freddy. Sontak para Animatronic terkejut, seperti adegan yang ada di film horror.
"Eh, buset! Ngagetin aja, nih! Bang!" Toy Freddy meguncang-guncangkan badan kurus nan hitam sang Onet. Karena dia masih melototi layar Tablet sembari mematung, bedanya layarnya dekat sekali dengan wajahnya. Seperti orang tua yang rabun jauh saja.
"BAPAK GUE INI!"
Histeris sang Marionette, memecahkan balon-balon Hydrogen yang susah payah Bebe tiup untuk menghiasi ruangan ini.
-End-
.
.
.
EH BUSET GAJE BENER AAAAARGH
APANYA YANG CROSSOVER NJEERR? /tendang diri kelaut
APRIL MOOOP!
/Author lalu diculik Marionette, dimasukin ke dalam kotak lalu dibunuh oleh Onet dan Freddy/
Maaf daku menistakan sang korban pertama :''' ONET MAAFKAN AKUHHH
Oke sekian fic gaje bener dari saya :''' emang ga spesialis(?) komedi saya :'''
Saya spesialis mesum(?) dan hijrah ke genre macem-macem… jadi beginilah(?)
Thanks yang udah baca!
APRIL MOP!
April—AH UDAH APRIL AJA YA AMPUN.
/hikikomori kemudian, takut dikerjain temen/
