Aku Haruno Sakura, seorang stalker dari lelaki populer disekolah bernama Uchiha Sasuke, siapapun anak sekolah tidak ada yang tidak tahu dengan dirinya. Meskipun dia tidak mengenalku, tapi hampir semua sosial media tentangnya aku punya, termasuk PIN BBM yang sangat privasi dan kudapat dari sahabatnya Uzumaki Naruto dengan jaminan sebulan penuh aku harus mentraktirnya ramen di kedai samping kantin sekolah.

Kembali ke topik, kami sayangnya tidak dalam kelas yang sama. Ino dan Hinata secara kebetulan satu kelas dengan si kapten basket sekaligus kecenganku itu. Pindah kelas pun sudah tidak bisa, jadinya aku harus beralasan menunggu kedua sahabatku untuk pulang bersama, padahal kulakukan itu sekedar menunggunya keluar kelas juga.

Informasi banyak yang beredar, mulai dari Uzumaki Karin atau sepupu Naruto yang mengaku jika ia adalah kekasih dari bungsu Uchiha itu, padahal saat kutanyakan Naruto untuk kebenarannya ia justru terperanjat kaget dengan pertanyaanku kemudian menjelaskan apa yang ingin kudengar tentang kenyataannya.

Kerap kali jika ada seseorang yang bertanya aku sudah punya kekasih atau belum, aku dengan percaya diri menjawab sudah dan mengikutsertakan nama lelaki populer sekolah sebagai kekasih khayalanku.

Namun ...

Hidupku tidak akan lepas dari aturan dan rencana atau alasan dari maksud aturan tadi. Sejak usiaku masih balita Ayah dan Ibu sudah sepakat untuk menjodohkanku dengan anak teman semasa SMA Ibu. Aku jelas menolak demi pilihan konyolku, namun mereka tetap bersikeras selama aku belum kunjung memberi mereka bukti seorang lelaki yang berstatus sebagai pacarku.

Semoga saja, harapan valentine tahun ini, aku mau harapanku tentang bisa mendapatkan Uchiha Sasuke menjadi kenyataan.

Semoga saja ...


SECRET LOVE SONG

~Karena Cinta Terdengar Indah untuk Kehidupan~

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

Story by author of Wisma Ryuzaki

BAGIAN 1

"Prologe"

.

.

.

Mohon maaf jika masih banyak typo bertebaran, mainstream, dan selamat berjumpa lagi untuk semua SSavers ;) kurindukan kalian semua :)

.

.

.


"Baka Dobe, siapa lagi yang kau terima sebagai kontak di BM ku?" Sasuke mengernyitkan alisnya, entah mungkin karena ia terlalu fokus pada latihan, yang jelas ketika latihan usai saat ia mengecek jumlah kontak dalam BBM sekedar memastikan, sudah tertambah satu kontak lain yang malas ia cari siapa gerangan kontak baru itu.

1024 permintaan pertemanan, dan dominan diantara mereka adalah para gadis. Sasuke benci itu, mereka juga sering memenuhi umpan yang harusnya ia dapat dari anak kolega Ayahnya dan tak lain juga temannya sendiri. Pertemanan dalam ponselnya hanya berisikan 375 orang saja, namun kini bertambah satu orang (376) yang malas ia cari siapa orang beruntung itu.

Jika saja, Naruto bukan teman semasa kecil sekaligus anak dari Walikota terkemuka di Konoha, sudah dipastikan Sasuke akan menjadikan badan lelaki itu sebagai bola basket untuknya latihan setiap waktu.

"Tenang saja Teme, yang jelas gadis yang kutambahkan dalam kontakmu bukan gadis sembarangan. Dia cantik, pintar, dan kelas tetangga. Jadi kau bisa mudah tahu yang mana orangnya." Balas Naruto yang acuh tak acuh karena ia juga sedang membalas pesan yang dikirim Hinata untuknya.

Sasuke menautkan alisnya, kemudian menghela nafas pelan. Ia memasukan ponselnya ke saku celana dan menyambar tasnya setelah berpamitan untuk segera pulang lebih awal, disertai alasan ada perjamuan penting dan Ayahnya meminta Sasuke untuk turut ikut.

Cuaca sekarang kelihatannya sudah mulai mendung, sepertinya langit juga mendukung agar ia cepat sampai dirumah. Sasuke buru-buru menyalakan mesin motor balapnya dan segera pergi melenggang meninggalkan parkiran sekolah.

.

.

.

.

"Sudah selesai?"

Kepala Sakura mengangguk pelan, hari ini bagian dirinya yang piket dalam ruangan UKS. Ya, dia merupakan anggota PMR yang sangat aktif dalam hal kesehatan tersebut. Hampir sering pasien yang harus ditanganinya dalam sehari, dan kebanyakan dari mereka adalah seorang siswa dengan luka kecil dan terlihat disengaja.

"Kau akan pulang sekarang?"

"Tentu saja Shizune-senpai, menurutmu aku harus menunggu apa lagi disini? Bukankah kau kos dekat sekolah? Tentu saja kau bisa leluasa pulang kapan saja, tapi aku? Kau bercanda jika menahanku seperti minggu lalu." Ujar gadis berambut merah muda itu disertai kekehan pelannya.

Ia menggelengkan kepalanya sembari meminta ijin untuk segera pulang sekaligus berpamitan. "Hati-hati, entah mengapa saat ini firasatku tiba-tiba saja memburuk." Terangnya dan Sakura balas itu hanya dengan candaan saja.

Dalam hati Shizune, ia masih ingin menahan Sakura untuk tidak segera pulang. Bukan apa-apa, hanya saja ia merasa tidak senang dan merasa kurang enak jika tahu dengan kenyataan yang bisa saja didapat adik kelasnya tersebut dan hal itu bukan yang diinginkan.

Tapi ia tidak bisa bertindak lebih, ia hanya melihat punggung Sakura yang menjauh dari pandangannya.

"Kenapa senpai memandangku seperti tadi? Apa ada yang salah?" pertanyaan itu muncul dalam kepala dan pikiran otaknya. Sakura sendiri juga berjalan gamang seakan kakinya menjadi berat begitu saja.

Bus yang kesatu sudah ada dihadapan matanya namun malah ia sia-siakan. Sakura merasa dirinya akan terjebak dalam bahaya sampai bus kedua pun kembali ada dihadapannya dan kali ini Sakura tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mungkin yang ini akan lebih baik dari bus kesatu dan firasatnya sendiri yang sebetulnya ia khawatirkan.

Ia naik kedalam bus nya, dan tidak banyak penumpang. Begitu juga dengan jenis kelamin mereka, kebanyakan orang dalam bus berjenis kelamin laki-laki dan mereka memandang Sakura sumringah(?)

Hanya menelan ludah yang bisa Sakura lakukan dalam bus itu sendirian. Hanya ada 2 orang gadis disana dan itu berikut dirinya sendiri.

Seorang lelaki bertato mendekat kearahnya dan kali ini ia merasa sesuatu yang tidak beres sedang menghampirinya. Sakura buru-buru menggeser badannya saat lelaki itu setengah memaksa ingin duduk bersampingan dengannya. Seharusnya ia lebih memilih bus kesatu tadi meskipun terlihat penuh dan sesak dengan penumpang.

"Nona, sudah punya kekasih?"

DEG

Hatinya mencelos tiba-tiba dan keringat dingin yang tidak bisa membohongi hatinya sudah mengalir deras dari kedua pelipisnya. Sakura menganggukan kepalanya ragu-ragu.

"Wah, sayang sekali. Kau terlihat sangat cantik, apa kekasihmu sudah pernah melakukan hal lebih?" tanyanya lagi, dan tidak dapat dipungkiri jika Sakura paham kemana arah perbincangan ini yang sebetulnya sangat ambigu.

"Ya. Tentu saja kami sudah melakukan banyak hal." Dustanya, bukankah kebanyakan dari para penjahat menginginkan gadis perawan dan pemalu? Jadi, Sakura tidak peduli dengan aksi keras dan bohongnya, juga ia rela menjatuhkan harga diri, untuk sekedar mempertahankan mahkotanya dengan kenyataan pahit yang bisa saja terjadi.

Lelaki disamping tubuhnya mendengus geli. "Kalau begitu. Pak sopir hentikan mobilnya, sekarang!" dan bus pun dihentikan begitu saja sampai badan Sakura nyaris oleng kedepan.

Ditatapnya lelaki menyeramkan itu dengan perasaan campur aduk. "Tuan jangan macam-macam padaku, kekasihku adalah orang berpengaruh di kota ini dan dia bisa saja melakukan apapun jika aku memintanya untuk itu. Kusarankan, jangan halangi aku untuk cepat pulang." Ujar Sakura menegaskan. Ia kagum pada dirinya sendiri yang masih terlihat kuat, meski sebenarnya dada yang berdetak dua kali kecepatannya tidak bisa memungkiri hal itu.

"Begitukah?" kepala Sakura mengangguk cepat. "Kalau begitu, bagaimana jika kutantang kekasihmu datang ke tempat ini? Gadis yang tadi bersamamu juga sudah turun dan penumpang asli juga sudah tidak ada disini, Pak Sopir akan menuruti apa yang kuucapkan." Ujarnya dengan kedua alis yang terangkat dan Sakura tiba-tiba merasa muak dalam hatinya.

Ia menganggukan kepalanya cepat meskipun hatinya benar-benar bingung mencari bantuan siapa lagi.

'Dobe bodoh.' Sasuke menuliskan status itu baru saja.

Bagaikan jalan keluar didepan mata, Sakura segera menekan kontak lelaki itu dan menekan pula PING! 3 kali berturut-turut, sampai lelaki itu membuka isi pesannya.

Shit!

Ia kebingungan sekarang, namun ia harus buktikan jika saat ini ia tidak sedang berbohong.

Yang penting Sasuke datang 'kan? Baiklah, Sakura merasa tidak harus terlalu khawatir.

'Aku diculik, sayang kumohon cepat datang kemari, atau jika tidak, aku akan dalam bahaya.' Itulah pesan yang Sakura tuliskan dan ia juga menggigit bibir bawahnya sampai memerah. Rasa gugup dan takut Sasuke mengabaikan pesannya, datang dan memenuhi isi otaknya.

"Tunggu sebentar lagi, dia akan segera sampai." Sahutnya dengan raut wajah meyakinkan.

Lelaki bertato yang masih setia diam disampingnya mengangguk dengan ucapan Sakura dan ia juga merasa sedikit ragu dengan raut meyakinkan gadis itu.


Bersambung.


Cuap-cuap Author

Hello, ada yang kangen? :D

Meskipun laptop author belum sembuh juga, tapi syukurlah, author sudah membeli keyboard eksternal demi kalian pemirsah :p

Jangan lupa reviewnya okay :*

See u next chap -