Warning cacat karena risetnya kurang. Kata-kata kasar.

Submitted to memenuhi celenj #KeluarZonaAman. Menggunakan prompt Kota Bawah Air yang diajukan oleh akanemori. AKAAAAAAAA temanya keren, tapi berat sumvah orzorz. Ide cerita berdasarkan novel The Sword of God (versi terjemahannya adalah Sang Pedang Tuhan) karya Chris Kuzneski yang pernah saya baca. Perubahan alur dan karakter serta penambahan sub-plot dan twist pasti terjadi.


Port Royal

Vocaloid © Crypton Future Media, Yamaha, Internet, et cetera.

Fanloid & UTAUloid © their respective owner.

The Sword of God © Chris Kuzneski.

No commercial profit taken.


Dia bisa mencium aroma laut dari sini. Wanginya asin, seperti garam. Hanya saja, yang ini bercampur dengan sensasi amis khas dan dibumbui deburan ombak yang menghempas pinggiran pantai. Mungkin aromanya memang tak lagi setajam tigapuluh tahun lalu, waktu umurnya masih delapan tahun, waktu dia masihlah seorang bocah laki-laki yang suka main di pantai berpasir putih di belakang rumah. Akan tetapi, tetap saja, ini adalah laut. Tempat kesukaannya dan, kini, laut telah menjadi satu-satunya harapan hidup manusia untuk tinggal—dengan makna yang sebenarnya.

Untuk sesaat, ia nyaris lupa dengan bagaimana sensasi berada di pinggiran laut. Waktu sudah berlalu terlalu banyak dari terakhir kali ia datang ke sana. Namun, begitu ia menjejakkan kaki di pinggiran pantai begini, berdiri sambil merasakan udara yang terjun jadi lebih dingin dari siang hari, membuatnya perlahan-lahan ingat akan masa kecilnya yang sebagian besar ia habiskan tak jauh dari pantai dan laut.

Dia ingat hanya mengenakan celana pendek sepaha saat bermain dengan teman-temannya. Dia ingat kulitnya jadi lebih cokelat daripada anak-anak lain di sekolah karena terlalu lama menghabiskan waktu di pantai. Dia ingat pernah nyaris mati terseret ombak, kalau saja tidak ada Sam dan Albert, sahabatnya yang berjarak lima tahun lebih tua. Dia ingat pernah berjanji pada anak semata wayangnya, Avanna, untuk membawanya melihat laut.

"Kapan, Pa?"

"Nanti. Kalau tugas Papa sudah selesai."

Dan dia pun pergi dengan mengemban misi. Sampai tiga bulan kemudian, di antara atmosfer tegang para jenderal besar yang berdebat akan strategi, sebuah panggilan darurat datang. Sebuah bom dijatuhkan di wilayah Rhodes. Dia mematung. Rhodes adalah tempat dimana keluarga kecilnya tinggal.

"Pak."

Nostalgianya selesai sampai di sana.

Dia menoleh saat bunyi langkah kaki berbalut sepatu bot berhenti tepat di belakangnya, kemudian disusul oleh sebuah suara berat. Ekspresinya tidak terlalu kaget saat menemukan seorang laki-laki berperawakan tegap dan berkulit kecokelatan tengah menatapnya, menunggu beberapa buah instruksi.

"Situasinya, Akheilos?" tanyanya.

"Laporan dari Marduk dan Paricia, menara satu dan dua sudah dibersihkan. Sedna sudah mematikan seluruh alarm keamaan. Semuanya bersih, Pak."

"Waktunya?"

"Paling banyak duapuluh menit sebelum petugas dari dalam datang, Pak."

Dia mengangkat tangan kiri, memeriksa jam tangan. Sepuluh lewat duapuluh tujuh. Lebih banyak waktu dari perkiraan. Dia kembali menoleh ke pria yang ia panggil Akheilos tadi, memberikan beberapa instruksi untuk memanggil beberapa orang yang berjaga di sekitaran pantai. "Kita masuk dari gerbang, turun ke lantai dasar dengan lift di sayap kanan seperti rencana."

"Siap, Pak!" Setelah itu, pria tadi menghilang ke balik rimbunnya pepohonan palem dan batang-batang kelapa. Menyatu dengan sempurna di kegelapan.

Dia kembali menatap ke depan. Ke laut biru yang kini terlihat gelap akibat semesta yang menghitam. Dia bisa melihat dua buah menara yang bentuknya mirip seperti mercusuar, dengan lampu sorot yang bergerak bergantian menyinari sisi-sisi pantai yang gulita. Menara pengawas, ia menggumam dalam hati. Halangan pertama untuk masuk ke wilayah permukiman baru. Tempat yang mereka sebut Port Royal, Kota Bawah Laut. Tempat manusia menyandarkan harapannya ke masa depan, begitu yang pernah ia dengar.

Ia menjalin telapak tangan di belakang punggung. Mata yang ujungnya telah dihias keriput itu menatap dingin ke menara pengawas. Sinar dari lampu mengenai wajahnya, memperjelas warna kulitnya yang cokelat terbakar matahari.

Di keheningan malam, ia membayangkan istri dan anak perempuannya yang sudah lama tiada. Mereka tersenyum dengan mengenakan gaun putih sederhana yang dijahit dengan renda dan pola-pola bunga ceri. Mereka cantik, meski warna gaunnya kontras dengan kulit mereka yang cokelat. Terutama anaknya, Avanna. Satu-satunya mutiaranya yang berharga.

"Nanti, Avanna." Dia mengencangkan rahang, menahan luapan emosi yang menggunduk dalam hati, berbisik pada dirinya sendiri. Gulungan kesedihan terasa begitu jelas, meski deburan ombak menyamarkannya dari pendengaran dunia. "Papa akan perlihatkan laut padamu. Tunggu sebentar lagi."

Ombak berlari, menabrak karang.


next chapter: the waiters and the soldiers

"—aku mencari setidaknya dua orang di sini."


Trivia

Port Royal: diambil dari nama sebuah kota di Jamaika. Port Royal merupakan salah satu kota terbesar di sana pada jaman itu. Sering juga disebut sebagai "sin city" karena di sana adalah tempatnya prostitusi dan segala aktifitas malam termasuk aktifitas pembajakan (tentara Inggris yang keabisan duit juga sering main ke sana dan ikut bajak, btw). Sekarang, Port Royal tenggelam di 40 kaki di bawah laut akibat gempa tahun 1692—well, sebenernya kota ini sering disebut di film bertema bajak laut. Jadi, kayaknya udah pada familier, ya. Hahaha….

Kota Bawah Laut: konsepnya betulan ada. Diajukan oleh sebuah perusahaan arsitektural asal Jepang, Shimizu Corp, pada akhir tahun kemarin dan masih dalam tahap pengembangan.


a/n nggak ada satu pun OC yang terlibat di sini, karena saya mau memaksimalkan karakter vocaloid dan utauloid yang ada. Alkheilos, Sedna, Marduk, dll adalah codename. Mengenai siapa saja yang ada di balik nama-nama itu, akan kelihatan nanti. Codename emang nggak rata, tapi percayalah, ada maksud mengapa saya memilih nama-nama itu. Terima kasih yang sudah menyempatkan baca. Anyway, cookies buat yang tau codename-codename itu diambil dari mana! ;)

Permintaan maaf saya hanturkan karena belum bisa update cerita-cerita saya. Kuliah lagi hectic banget. Saya mau (dan memang harus) fokus karena semester ini udah sibuk bikin proposal penelitian, lalu nanti kkn, kemudian semester depannya persiapan skripsi. Doakan~! :""))

Semua cerita tidak akan saya discontinued. Tapi mungkin update-nya satu-satu dan makan waktu lama. Maafkan keleletan saya _(:"3_

Kritik dan saran yang membangun, amat sangat dinanti.

Sign,

cloevil