Disclaimer: OFF punya Mortis Ghost – Toki no Miko cuma minjem karakternya aja!

Warning: typo, angst-ish, major character death, spoiler of the game


Pria bertopeng itu gelisah, kakinya berkali-kali menghentakkan tanah. Kedua tangannya memeluk ransel kepercayaannya dengan erat – mencegah badannya bergetar lebih hebat. Kedua matanya menatap ke arah pintu di depannya, sedangkan kedua telinganya berusaha untuk menghiraukan suara percakapan yang berasal dari satu lantai dibawahnya.

"Ayo kita berdansa!"

Rahangnya menggertak. Oh, ia sangat ingin menlangkahkan kakinya. Andai sistem mengizikan ia untuk berlari, sang penjual mungkin bisa melakukan perlawanan – menjadi seorang pahlawan untuk seorang gadis yang telah dia kenal sejak lama itu. Lagipula, apa-apaan? Apa salah gadis itu, sehingga harus menjadi sasaran empuk dari pemukul besi milik seorang pembunuh?

Ketika suara teriakan pertama terdengar – suara yang sangat jelas dimiliki oleh gadis itu, ia bersumpah akan menghancurkan tengkorak sang pemukul. Oh tidak, itu tidak akan cukup, ia harus menikam muka datarnya berkali-kali dengan pedang kesayangannya. Ia pernah mengalahkan seorang raja jahanam dengan pedang itu, kenapa tidak mengulang sejarah itu kembali?

Namun naas, sistem tidak mengizinkannya. Sang pencipta dunia ini ingin membunuh jiwa sang penjual ini dengan perlahan, menyiksanya dengan mendengar suara teriakan tak bersalah dari sosok yang telah ia sayangi – dan ia tidak boleh melakukan apa pun. Diam saja.

Delapan menit; untuknya serasa seperti seumur hidupnya, dan sang pemukul menghampiri sosoknya dengan sosok berlumuran darah. Sang dalang menatapnya dengan simpati, seakan-akan dalam batin meminta maaf kepadanya. Andai si boneka dapat berekspresi seperti sang dalang saat ini, tapi tentu saja itu tidak akan menyurutkan rasa sedihnya.

"Gadis itu menitipkan selamat tinggal untukmu."

"Dia telah mati."

Nafasnya tercekat. Kali ini tidak ada lagi tawa darinya, hanya bisu yang membalas perkataan sang pemukul. Sang penjual bersyukur sistem memberinya sebuah topeng, ia tidak mau ada mata yang melihat sisi lemahnya. Ia yakin matanya sudah berkaca-kaca, dengan sedikit dorongan saja satu bulir air mata pasti akan jatuh bebas. Tapi ia menahannya, lalu menatap sang pembunuh tepat di kedua matanya yang mati.

"…Mungkin ini yang terbaik."

Sebenarnya apa arti dari kata "terbaik" yang dia ucapkan? Dia sendiri tidak tahu.


… /muntah

Jadiiii, Toki nyoba buat nulis fanfiksi OFF! Lantaran Toki udah nyelesain game ini hehe… (apaan dah)

Dan entah kenapa Toki mau banget bikin fanfiksi soal Sugarie—jadi… ya gitu (dor!)

Sekian dari Toki! Terima kasih udah mengunjungi fanfiksi Toki! Ciao!