Ni hao...

Ketemu lagi dengan saya XD

Yo, saya datang dengan fic romance kali ini...

Dan ini fic romance pertama saya

Jadi maaf kalau ceritanya masih amatarin, jelek, gak mutu, dan semacamnya.

Hehe, daripada saya banyak bacod, mending langsung baca aja :D

Naruto © Masashi Kishimoto

Pair: Sasuke x Hinata x Kakashi

Warning: OOC (Mungkin), gak mutu, Hinata POV, gaje, abal, jelek, typo, AU, dll.

Hope you enjoy this...

Chapter 1: Flashback

Matahari mulai menampakkan dirinya di ufuk timur, menandakan bahwa pagi ini akan menjadi pagi yang cerah. Aku menaburkan beberapa sendok gula ke dalam gelas berisi teh kesukaan kakakku, Kakashi Hatake. Namun itu dulu. Sejak sebulan yang lalu, ia bukan lagi menjadi kakakku, melainkan resmi menjadi suamiku.

Kalian pasti menganggap hubungan kami ini haram. Aku tau itu. Tapi asal kalian tau, aku juga tidak menginginkan semua ini. Semua ini berawal sejak kejadian 2 bulan yang lalu.

Flashback, 2 months ago

"Hinata, apa nanti malam kau ada acara?"

"Um... Se-sepertinya tidak ada. Memangnya ada apa, Sasuke?"

"Aku ingin mengajakmu makan malam, bisa?"

"Te-tentu. Jam berapa?"

"Tujuh malam. Aku akan menjemputmu"

"Baiklah"

Aku menutup teleponku. Pembicaraanku dengan Sasuke berakhir sudah. Ku lirik jam yang tergantung manis di dinding kamarku. Jarum pendek jam itu menunjuk ke angka empat dan jarum panjangnya ke angka satu. Itu artinya, sudah jam empat sore lewat lima menit.

Aku beranjak dari tempat tidurku dan menuju ke kamar mandi. Tiga jam lagi, Sasuke akan menjemputku. Jadi lebih baik, aku siap-siap dari sekarang.

Tiga puluh menit telah berlalu, aku pun keluar dari kamar mandi. Aku telah menyelesaikan acara mandiku. Sekarang, aku tinggal memilih baju dan merias wajah.

Kubuka lemari dua pintuku. Di sana ada banyak baju dengan warna dan model yang berbeda-beda. Setelah melihat-lihat selama beberapa saat, akhirnya ku putuskan untuk memakai sebuah dress selutut bewarna putih keungu-unguan.

18.57 P.M

Kini aku berada di ruang tamu ditemani Kakashi-nii sekarang. Aku sedang menunggu kedatangan Sasuke sambil mengotak-ngatik handphoneku. Sedangkan Kakashi-nii, ia terlihat sedang asyik berkutat dengan Note-Book nya.

Aku baru saja ingin menelepon Sasuke ketika suara klakson mobil mengagetkanku. Aku pun segera berlari ke luar rumah. Namun sebelum itu, aku pamit dulu pada Kakashi-nii.

"Nii-san, aku pergi dulu ya," pamitku. Aku tidak mendengar Nii-san menjawab, namun aku melihat kepala Nii-san yang mengangguk kecil.

Di halaman depan rumahku, tampaklah mobil Sasuke dengan Sasuke yang bersender di samping mobil itu. Dia mengenakan jas bewarna hitam dan dibalik jasnya itu ada sebuah kemeja bewarna putih dengan dasi bewarna merah. Rambut pantat ayamnya -ehem-, eh maksudku, rambut Emo nya terlihat lebih berbentuk dari biasanya. Satu kata untuknya, keren!

"Hiya, Hinata. Kau cantik," komentar Sasuke ketika melihatku yang sedang cengo melihat penampilannya. Komentarnya itu sukses membuat wajahku memerah seketika.

"Sa-Sasuke, kau ini," sahutku malu-malu. Kenapa? Aku sendiri juga tidak tahu. Apa mungkin karena penampilan Sasuke malam ini ya? Ah, lupakan.

"Hn? Sebaiknya kita langsung pergi, Hinata" katanya. Ia membukakan pintu di belakangnya dan menyuruhku masuk. Setelah aku masuk, ia juga ikut masuk ke dalam mobil melalui pintu di seberangku.

"Ki-kita makan di mana, Sasuke?" Tanyaku pada Sasuke setelah Sasuke masuk ke dalam mobil. Bukannya menjawab, ia malah tersenyum padaku. Hal itu sukses membuat wajahku memerah.

"Rahasia." katanya kemudian. Aku mengembungkan pipiku, tanda tak puas dengan jawabannya. Melihat aku begitu, Sasuke malah tertawa. Tapi bukan tertawa seperti tawanya Naruto yang blak-blakkan itu, melainkan hanya sebuah tawa kecil yang diiringi dengan kata-kata 'Kau akan tau nanti, sayang'

07.18 P.M

Mobil Jaguar bewarna hitam milik Sasuke berhenti di sebuah bangunan. Bangunan itu sangatlah mewah. Dan tentu saja, bangunan itu adalah sebuah Restoran.

"Sa-Sasuke, kita makan...di sini?" Tanyaku ragu. Apa benar aku dan Sasuke akan makan di sini? Restoran ini seperti Restoran Presiden saja. Mewah dan megah, juga sangat cocok bagi sepasang kekasih untuk berkencan. Yah, sama seperti aku dan Sasuke sekarang. Hehe...

"Ya" jawabnya singkat sambil turun dari mobilnya. Aku pun ikut turun dari mobil. Namun ketika hendak membuka pintu, pintunya sudah terbuka sendiri-eh bukan terbuka sendiri, tapi, dibukakan Sasuke.

"Silahkan, nona," kata Sasuke sambil tersenyum. Aku pun segera turun dari mobilnya dengan canggung dan tentu saja, wajah yang memerah.

Setelah memastikan mobil sudah terkunci, Sasuke menggandeng tanganku masuk ke dalam restoran yang berdiri kokoh di depan kami.

Kini, aku sedang cengo di depan pintu Restoran tempat di mana kami berada sekarang. Bagian dalam restoran itu, benar-benar sebanding dengan penampilan luarnya. Mewah, Elegant, dan, oh, ini benar-benar perfect!

Eh, jangan salah sangka dulu. Bukannya aku katrok atau tidak pernah ke restoran mewah. Malahan sebaliknya. Setiap minggunya, aku pasti diajak Kakashi-nii atau Sasuke pergi makan malam di Restoran-restoran Elite. Bukannya aku sombong loh, tapi-ah, ya sudahlah.

Aku terlalu asyik dengan pikiranku. Sehingga, tanpa aku sadari, rupanya aku sudah duduk bersebrangan dengan Sasuke di salah satu tempat duduk di restoran itu. Aku juga tidak menyadari kalau sedari tadi Sasuke menatapku terus.

"Sa-Sasuke? Ke-kenapa kau menatapku se-seperti itu?" Tanyaku pada Sasuke. Lagi-lagi, ia malah tidak menjawab. Malahan, ia beranjak dari kursinya dan mendekati ku. Eh, apa? Mendekatiku?

"Hinata..." Panggilnya dengan nada yang, err, aneh?

"A-ada, ada apa, Sasu-ke?"

"Maukah kau..." Katanya seraya mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya. Aku menatap lekat-lekat sesuatu di tangan Sasuke yang sedikit demi sedikit mulai nampak dari dalam kantongnya. Jantungku berdetak lebih kencang dari pada biasanya.

"...menikah...denganku?" Katanya sembari berlutut dan menunjukkan sebuah kotak bewarna merah yang berbentuk hati. Di dalamnya ada sebuah cincin berlian yang sangat mewah.

DEG!

Perasaanku campur aduk. Senang, kaget, bingung bercampur menjadi satu. Sasuke, dia sedang...melamarku? Oh Kami-sama! Apakah ini benar? Kalau ini hanya mimpi, kumohon jangan bangunkan aku. Aku mencubit tanganku. Sakit. Berarti ini bukan mimpi! Dia benar-benar sedang melamarku!

"Hinata, jawab aku"

"Sa-Sasuke..."

"Hn?"

"A-aku mau" jawabku pasti namun gugup. Dapat kulihat sebuah senyum terlukis di wajah tampannya. Ia menarik tanganku dan melingkarkan sebuah cincin dari dalam kotak berbentuk hati itu ke jari manisku. Aku tersenyum canggung melihat hal itu. Setelah itu, tiba-tiba saja, Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajahku dan menciumku. Aku kaget, namun akhirnya, aku menutup mataku dan membalas ciumannya.

Selang beberapa menit, Sasuke melepaskan bibirnya.

"Bulan depan, kita menikah," bisiknya tepat di telingaku. Tak lama setelah itu, Sasuke menarik tubuhku ke pelukannya. Aku pun membalas pelukannya itu. Saat itu juga, aku mendengar suara tepuk tangan yang sangat riuh. Yang bertepuk tangan adalah semua penghuni restoran itu. Karna merasa malu, aku pun menenggelamkan kepalaku ke dada bidang Sasuke.

08.54 P.M

Aku baru saja sampai di rumahku. Setelah mengucapkan 'Sampai jumpa besok' pada Sasuke, aku pun masuk ke dalam rumah.

"Tadaima," kataku sambil melepas sepatu hak tinggiku. Tumben tidak ada sahutan dari Kakashi-nii. Apa Kakashi-nii sudah tidur ya? Ah, tidak mungkin. Kakashi-nii selalu menungguku sampai aku pulang.

Aku menaiki tangga menuju ke lantai dua. Di sepanjang perjalananku, aku terus menerus memanggil Kakashi-nii. Tapi tetap tidak ada sahutan. Apa memang Kakashi-nii sudah tidur ya.

Sesampainya di lantai dua, aku tidak langsung menuju ke kamarku, melainkan ke kamar Kakashi-nii dulu. Aku mengetuk pintunya sebanyak 3 kali. Tidak ada sahutan, ku ketuk lagi. Sampai ketika aku merasa jengkel, aku langsung saja membuka pintu kamar itu.

Pintu terbuka. Kakashi-nii tidak ada. Aduh, Kakashi-nii kemana ini. Aku pun keluar dari kamarnya. Setelah itu, aku melangkah ke kamarku.

CKLEK

Pintu kamarku terbuka, padahal aku belum menyentuhnya. Dari balik pintu itu, muncullah Kakashi-nii. Jadi, Kakashi-nii di kamarku? Tapi, tunggu dulu. Kenapa dengan Kakashi-nii? Wajahnya pucat, rambutnya acak-acakan, dan juga, ada bekas darah di kemejanya.

"Ka-Kakashi-nii? Ka-kakak kenapa?" Tanyaku. Kakashi-nii menyeriangi. Aku menelan ludah dengan susah payah. Takut. Aku jarang melihat Kakashi-nii seperti itu. Atau lebih tepatnya, baru pertama kali.

"E-eh"

Kakashi-nii, secara tiba-tiba menarik tanganku. Ia membawaku ke lantai bawah. Aku meronta minta dilepaskan. Genggaman tangannya pada tanganku terlalu kuat.

"Ka-Kakashi-nii, sa-sakit. Lepaskan aku," pintaku. Namun Kakashi-nii sama sekali tak menghiraukanku. Malahan, ia semakin mengeratkan genggaman tangannya dan mempercepat laju jalannya. Aku yang sedang ditariknya hampir saja terjatuh.

Kini, aku dan Kakashi-nii sudah sampai di lantai satu. Namun Kakashi-nii belum juga menghentikan langkahnya. Ia terus berjalan sambil terus memegangiku.

BRAK!

Pintu di hadapan kami berdua di buka dengan keras oleh Kakashi-nii. Aku terkejut. Sebenarnya, dia kenapa? Dia terlihat sangat menakutkan. Kami-sama, tolonglah aku.

"Masuk" kata Kakashi-nii dingin sambil mendorongku masuk ke dalam ruangan yang kuketahui adalah gudang. Aku jatuh tersungkur di lantai. Tiba-tiba, Kakashi-nii kembali menarik tanganku dan menyeretku ke pojok ruangan. Di sana, terlihatlah sebuah tempat yang mirip dengan tempat untuk memancu orang. Kami-sama, apakah Kakashi-nii ingin memancu ku? Kuharap tidak. Kami-sama, kumohon, tolong aku.

Kakashi-nii mengambil sebuah tali yang tergelatak tak jauh dari tempat pancu itu. Ia mengikat satu tanganku dengan salah satu ujung tali itu. Sedangkan ujung tali yang lainnya, ia ikatkan pada tiang tempat pancu itu.

Aku kaget. Kakashi-nii, ia benar-benar ingin memancuku? Tidak boleh, ini tidak boleh terjadi.

"Kakashi-nii! A-apa yang kau lakukan. Lepaskan aku!" Seruku sambil berusaha melepas tali yang mengikat salah satu tanganku dengan tanganku yang lainnya. Namun sayang, terlambat. Kakashi-nii sudah lebih dulu menarik tanganku itu dan mengikatnya.

"Le-lepas! Lepaskan aku!"

"Heh, kau tau apa salahmu, Hinata?" Tanya Kakashi-nii sinis. Aku hanya menatapnya kesal. Ia menyeriangi. Ia mensejajarkan tingginya denganku yang duduk di lantai dengan cara berjongkok. Ia mengelus pipiku dengan jari telunjukknya.

"Ka-Kakashi-nii, a-apa yang mau kau lakukan?" Tanyaku takut-takut. Seriangannya semakin lebar. Aku menutup mataku. Aku takut.

"Buka matamu"

"..."

"Buka!"

"Ka-Kakashi-nii..."

"Kau mau tau apa yang mau kulakukan padamu?"

"..."

"Heh, akan kuberitahu. Aku ingin mengurungmu di sini, menjauhkanmu dari dunia luar, dan juga...membatalkan pernikahanmu"

"A-apa! Kau tidak boleh memperlakukanku begitu!"

"Siapa bilang? Kau di bawah kendaliku, Hinata. Jadi, ikutilah aturanku"

"Ta-tapi...kena-pa?"

"Kenapa? Karna aku mencintaimu"

"!"

Kakashi-nii tiba-tiba memelukku. Aku tidak terima dan berusaha melepaskan diri. Namun apa daya, tanganku masih terikat. Aku pun berharap cemas pada Kakashi-nii agar dia mau melepaskan ku.

"Ka-Kakashi-nii, lepaskan..."

"Kenapa? Tak suka?"

"A-aku"

Ia mengeratkan pelukannya. Tangannya yang berada di belakang kepalaku mengelus lembut rambutku. Hal itu membuatku risih sekaligus nyaman. Ya, nyaman.

Keesokan paginya... Normal POV

Suara bel bergema di seluruh rumah, tanda ada seseorang yang membunyikannya. Kakashi yang sedang duduk tak jauh dari pintu masuk pun bergegas membuka pintunya.

CKLEK

Pintu itu terbuka. Seorang pemuda dengan rambut bermodel bak pantat ayam terlihat di luar sana. Kakashi menaikkan alisnya. 'Mau apa dia satang kemari?' Batinnya tidak suka.

"Ada apa, Uchiha?"

"Hinata, apa dia ada?"

"Tidak. Dia pergi ke Amegakure selama 1 bulan kedepan"

"Ah, padahal kami harus siap-siap untuk pernikahan kami"

"Aku tidak peduli. Hinata memang tidak ada di sini. Sekarang, pulanglah"

Setelah mengatakan itu pada tamu yang rupanya adalah Sasuke Uchiha, Kakashi pun menutup pintunya. Samar-samar ia mendengar umpatan Sasuke dari luar. 'Damn it, Kakashi', begitulah yang ia dengar.

Sasuke pun pergi meninggalkan kediaman Kakashi dan Hinata. Dengan perasaan kesal, ia mengendarakan mobilnya pergi entah ke mana.

Melihat Sasuke sudah pergi, Kakashi menyeriangi dan pergi ke tempat di mana ia mengurung Hinata kemarin.

Sesampainya di sana, ia melihat Hinata yang sedang tertidur dengan posisi yang tak seharusnya. Merasa kasihan, Kakashi melepaskan kedua ikatan tali itu pada tangan Hinata Kemudian, ia menggendongnya ke lantai atas, tepatnya ke kamar tidurnya.

Setelah meletakkan Hinata di tempat tidur, Kakashi menatap Hinata lekat, dari atas sampai bawah. Entah mengapa, ia merasa gelisah. Merasa akan terjadi sesuatu yang salah, ia segera berjalan keluar kamarnya.

"Tidak. Tidak boleh."

TBC

Oh My God!

Aku yang buat ini cerita? Ya ampun *nepuk jidat*

Gak nyangka, ini fic beneran saya publish. Sumpah! Gak nyangka banget! #bakared

Jadi...gimana fic ini? Gaje 'kan?

Pasti!

Bagaimana menurut kalian? Fic ini lebih baik di hapus atau dilanjutkan?

Kasih tau lewat review ya...

Kalo banyak yang minta dihapus, saya hapus kok! Kalau banyak yang minta lanjutin *pasti gak ada*, dengan senang hati saya akan lanjutkan!

Saya minta pendapatnya ya... :D