The Faith
Disclaimer: Semua Tokoh Dalam Harry Potter Milik J.K. Rowling
Alur Cerita dan Beberapa Tokoh Tambahan Milik Author
Rating: T semi M
Warning: Typo. OOC. No Magic.
Tidak ada keuntungan apapun yang saya ambil dalam pembuatan fic ini.
Chapter 1
Summary: Elwyn Sanders tidak pernah mengira akan keberuntungannya dapat bergabung dalam grup band ini, The Faith, yang mempertemukannya dengan kelima lelaki muda yang luar biasa.
Theo yang begitu dewasa tapi masih bisa diajak bercanda. Blaise yang paling tua tapi kekanak-kanakan dan sangat usil. Ron yang paling doyan makan tapi sangat mahir bermain gitar. Dan Harry yang tampan dan playboy. Tapi hanya Draco lah yang bisa membuatnya tertawa di tengah semua kesibukan yang mereka hadapi bersama. Meskipun mereka sering beradu argumen tapi Draco tidak pernah berlaku kasar pada Elwyn.
# # #
Hujan deras semalam menyisakan udara dingin menusuk hingga membangunkan Draco. Pemuda itu menarik rapat selimutnya. Mencoba menutupi seluruh tubuhnya dari serangan udara dingin itu. Tapi gagal.
Akhirnya Draco membuka matanya. Setengah sadar dia mencoba memerintahkan tangannya untuk mencari remote ac di meja kecil samping tempat tidurnya. Dengan sembarang dia meraih apa saja diatas meja itu, banyak barang yang berjatuhan dari meja sebelum akhirnya dia berhasil mendapatkan remote ac. Lalu dia langsung mengarahkannya ke ac dan menekan tombol off. Berharap dapat mengurangi hawa dingin. Draco pun kembali melanjutkan tidurnya.
"Draco! Draco! Bangun!" seorang laki-laki bersuara berat terdengar dari depan pintu kamarnya.
Draco tidak mendengarnya.
"Draco! Bangun! Buka pintunya! Yang lain sudah berada di bawah untuk sarapan," laki-laki itu masih memanggil-manggil Draco dengan sabar.
Tidak ada respon dari Draco.
"Draco! Kita harus cepat. Jadwal kita padat. Jangan sampai terlambat", panggil laki-laki itu kali ini disertai ketukan agak keras di pintu.
"Draco!" laki-laki itu memanggil dengan suara keras. Mustahil bila Draco masih tidak mendengarnya.
Pintu kamar Draco bukan lagi diketuk, tapi sudah digedor-gedor dengan keras. Mengganggu tidurnya. Draco pura-pura tidak mendengar. Dia memalingkan wajahnya, dan menutup telinganya dengan bantal.
"Dracooo? Apakah kau sudah bangun?" suara gedoran pintu sudah berhenti. Dan suara laki-laki yang bersuara berat itu digantikan dengan suara seorang gadis muda yang merdu.
"Dracooo?" panggil gadis itu lagi. Draco mengenali suara itu. Siapa lagi yang memanggil namanya dengan nada yang dipanjang-panjangkan dan manja seperti itu.
"Dracooo. Apakah kau tidak mau sarapan? Aku lapar. Temani aku makan," rengek gadis itu. Dia mengetuk pintu kamar Draco dengan halus sekali.
"Kau tidak bisa makan kalau tidak aku temani ya?" ujar Draco begitu pintu kamarnya ia buka.
Senyum gadis itu merekah melihat Draco berdiri dihadapannya dengan rambut acak-acakan bangun tidur. Masih dengan kostum tidur favoritnya, telanjang dada dan celana tidur. Matanya masih setengah mengantuk.
"Temani aku makan ya," ujar gadis itu masih dengan senyum manisnya yang memamerkan dua gigi kelincinya. "Cepat mandi. Aku lapar sekali."
Draco mendengus. Lalu menguap lebar, "Ya. Aku akan segera mandi. Apa kau mau menunggu disini?" goda Draco sambil tersenyum nakal.
"Tidak," gadis itu langsung menolak dengan tegas. "Aku akan menunggu di lobi saja."
"Tapi aku akan menunggu disini. Memastikan bahwa kau memang akan segera mandi, bukannya kembali ke tempat tidurmu," ujar lelaki bersuara berat yang berdiri dibelakang gadis itu. Gadis itu terkikik geli.
Laki-laki yang berusia lima puluh tahun itu bertubuh tinggi dan besar. Masih terlihat bugar dan tampan. Penampilannya rapi sekali.
"Paman tidak percaya aku akan segera mandi?" kata Draco sambil menutupi celah pintu yang terbuka dengan badannya saat laki-laki yang dipanggilnya Paman itu akan masuk.
"Kau takut bila Paman Severus melihatmu mandi ya Draco?" kata gadis itu.
Paman Severus hanya diam dan mendorong Draco ke dalam, lalu dia berhasil masuk ke dalam kamar Draco.
"Memang tidak ada yang bisa membangunkanmu selain Elwyn dan ibumu," kata Paman Severus.
Gadis yang bernama Elwyn itu tersenyum dan melambai kepada Draco yang masih berdiri di pintu dengan wajah mengantuk. Elwyn pun berjalan menuju lift lalu menghilang masuk ke dalam lift.
"Paman, apakah kau harus menungguiku? Bukan salahku bila aku terlambat bangun. Kita baru tiba ke hotel pukul 2 pagi," kata Draco kepada Paman Severus sambil menutup pintu.
"Teman-temanmu yang lain bisa bangun pagi," jawab Paman Severus enteng. "Kau tidak pernah mematikan tv ya?" kata Paman Severus kaget melihat tv di kamar Draco tidak mati semalaman.
"Aku baru masuk kamar ini hampir pukul 3 pagi –karena harus menurunkan barang-barangku dulu dari bis- dan sekarang baru pukul 8. Baru lima jam tv itu menyala," kata Draco mengambil remote tv di atas tempat tidurnya lalu mematikan tv itu dengan frustasi.
"Mana Ron?" tanya Paman Severus sambil mengangkat-angkat selimut di atas tempat tidur Draco dengan kedua jarinya. Seakan-akan benda itu menyembunyikan sesuatu yang menjijikkan di bawahnya.
"Ron tidur di kamar Blaise dan berhentilah bertingkah seolah-olah aku menyembunyikan gadis dibalik selimutku. Aku bukan lah lelaki yang gemar main perempuan," geram Draco menarik paksa selimutnya dari atas tempat tidur, memperlihatkan kepada lelaki tua itu tidak ada apa-apa dibalik selimutnya.
Paman Severus mengangguk-angguk. Bibir bawahnya melengkung ke bawah. "Ya. Aku hanya memastikan saja. Bukankah di dua kota sebelumnya kau menyembunyikan anak kucing di balik selimutmu?"
Draco menghela nafas. Pria tua ini suka sekali mengungkit-ungkit hal lama. "Iya. Aku menyembunyikannya karena aku ingin memberi kejutan untuk Elwyn. BERHENTILAH MENGGELEDAH KAMAR MANDIKU!"
Paman Severus sudah masuk ke dalam kamar mandi Draco. Lalu keluar sambil melemparkan handuk tebal ke muka Draco yang ditangkap Draco dengan kedua tangannya yang bertato. "Berhentilah berteriak. Aku hanya ingin kau segera mandi. Aku tahu kau tidak akan main perempuan. Karena aku tahu kau menyukai siapa."
Draco menutupi kepalanya dengan handuk dan berteriak. Menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah. Suaranya diredam oleh handuk. Dia benar-benar frustasi mempunyai manager seperti Paman Severus.
# # #
Ting. Pintu lift terbuka. Draco melangkahkan kakinya keluar dari lift. Matanya segera menyapu lobby mencari sosok gadis yang tadi meminta ditemaninya makan. Dia tidak mempedulikan tatapan orang-orang begitu dia keluar dari lift. Mereka memandanginya dengan tatapan memuja dan penasaran.
Draco sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu. Kalau lima tahun yang lalu dia masih merasa risih ditatap seperti itu. Seakan-akan mereka menunggu Draco akan melakukan suatu hal aneh. Seringkali Draco kesal dan langsung menghindar. Hei, aku ini bernafas dan makan seperti kalian juga.
"Mana dia?" kata Draco pelan.
"Itu. Disana," kata Paman Severus sambil menunjuk seorang gadis yang sudah duduk manis di restoran. Gadis itu melihat mereka dan melambaikan tangannya.
Draco mengikuti Paman Severus menuju restoran. Restoran ini masih sepi. Tampaknya para tamu hotel ini masih bergulung di kasur mereka karena cuaca pagi ini sangat mendukung untuk tidur lebih panjang. Draco melihat beberapa anggota kru nya sedang menikmati sarapan mereka tak jauh dari tempat duduk Elwyn. Ada juga yang sudah sarapan tapi masih bersantai di meja mereka sekedar untuk berbincang dan bercanda.
Draco mendekati meja Elywn, sedangkan Paman Severus mendekati meja anggota kru yang sedang sarapan. Elwyn selalu memilih meja dekat jendela. Draco melihat di atas mejanya sudah ada semangkuk sereal yang hampir habis, sepiring roti panggang, sepiring omelet, segelas susu, satu cangkir kopi, dan semangkuk salad buah yang sekarang sedang ditaburinya dengan parutan keju. Diantara semua makanan Elwyn ada sebuah pot kecil berisi bunga segar di mejanya.
"Pagi, Draco," sapa Elwyn riang, dia menghentikan kegiatannya dan mendongak menatap Draco. Matanya yang bulat dan berwarna hitam pekat tidak menampakkan kelelahan sama sekali. Padahal kegiatan mereka kemarin bukan main menguras tenaga.
"Kau bilang mau aku temani makan. Tapi kenapa kau sudah makan duluan?" ujar Draco datar. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Aku belum makan kok, aku hanya mempersiapkannya saja," kata Elwyn kembali menaburkan keju banyak-banyak ke atas salad buahnya.
"Ini apa?" Draco menyenggol mangkok sereal yang isinya sudah hampir habis.
"Aku hanya mencicipi sedikit. Habis kau lama sekali mandinya," kata Elwyn sambil menggembungkan pipinya. Berpura-pura marah.
"Kau yakin bisa menghabiskan ini semua?" kata Draco memandang isi meja Elwyn dengan tatapan menghina.
"Apakah kau tidak pernah berpikir mungkin saja aku menyiapkan sarapan untukmu juga?" kata Elwyn sambil memiringkan kepalanya sedikit ke kiri, memandang Draco dengan tatapan yang membuatnya jengah.
Draco mengalihkan pandangannya ke luar jendela. "Mana mungkin kau mau menyiapkan sarapan untukku," kata Draco.
Elwyn tertawa kecil.
"Apa kau mau terus berdiri disitu dan tidak mau makan bersamaku?" kata Elwyn. "Cepat ambil makananmu dan duduk disini. Aku belum selesai makan, kok."
Draco mendengus. Lalu beranjak menuju meja panjang yang menyajikan banyak pilihan hidangan untuk sarapan.
Elwyn mengawasi pemuda itu pergi meninggalkan mejanya. Elwyn paling senang jika bersama Draco. Meskipun banyak orang yang bilang bahwa Draco adalah orang yang dingin, susah diajak bicara dan mahal senyum tapi bagi Elwyn hanya Draco lah yang bisa membuat dia tertawa di tengah semua kesibukan yang mereka hadapi bersama. Meskipun mereka sering beradu argumen tapi Draco tidak pernah berlaku kasar pada Elwyn.
Bukan berarti Elwyn tidak menyukai anggota band yang lain. Tentu saja dia suka. Dia suka dengan Theo yang begitu dewasa tapi masih bisa diajak bercanda. Blaise yang paling tua tapi kekanak-kanakan dan sangat usil. Ron yang paling doyan makan tapi sangat mahir bermain gitar. Dan Harry yang tampan dan playboy. Ya, Harry juga. Meskipun Harry sudah sering menyakiti hatinya dengan semua ucapannya baik yang dilontarkan ketika dia mabuk atau dalam keadaan sadar. Sedangkan Draco tidak pernah mabuk dan tidak pernah membuatnya sedih.
Draco kembali dengan sepiring dua tangkup roti bakar, dua potong ayam, segelas kopi dan sepiring pancake, lalu duduk di depan Elwyn. Dia menggeser piring omelet dan piring roti panggang milik Elwyn agar bisa menaruh sarapannya di atas meja. Elwyn menggernyit melihat porsi sarapan Draco.
"Aku berani taruhan. Pihak hotel pasti sangat bersyukur kalau kau berkata akan check out hari ini," kata Draco sambil mengangkat gelas kopinya mendekati ke mulutnya.
"Kenapa?" tanya Elwyn.
"Karena stok makanan mereka tidak akan cepat habis lagi. Selama kita menginap disini, mereka pasti bertanya-tanya bagaimana gadis sepertimu bisa menghabiskan begitu banyak makanan," ujar Draco sarkas.
Elwyn merenggut. Dia memajukan bibirnya. "Ini kan baru hari pertama kita menginap disini. Kau jangan membual. Porsi makanku masih bisa ditolerir daripada porsi makannya Ron. Seharusnya kau lebih mengkhawatirkan dia. Aku kan masih dalam masa pertumbuhan."
"Tidak usah bawa-bawa Ron. Semua orang sudah tahu Ron seperti apa bila berhadapan dengan makanan. Dan kau. Apa lagi yang mau ditumbuh? Tinggi badanmu saja sudah maksimal segitu. Badanmu tidak akan mungkin membesar lagi. Kecuali kalau kau dalam proses untuk melebarkan badanmu," kata Draco tanpa perasaan lalu menggigit roti panggangnya.
"Aku tahu aku tidak mungkin lebih tinggi lagi. Tapi aku juga tidak berniat untuk melebarkan badanku. Ini hanya salah satu efek dari vitamin penambah daya tahan tubuh yang aku konsumsi. Aku tidak mau jatuh sakit. Tur ini sangat penting buat kita. Aku tidak mau semuanya jadi kacau bila aku sakit," kata Elwyn masih cemberut.
Draco memandang gadis didepannya. Baginya tur ini juga penting. Tur dunia pertama mereka. Sudah dipersiapkan dari tahun kemarin. Malah sudah direncanakan dari launching album pertama mereka.
Begitu banyak orang yang terlibat dalam acara ini. Begitu banyak orang yang bekerja keras demi terlaksananya tur ini dengan sempurna. Tur yang dijadwalkan akan berlangsung di dua puluh lima kota yang tersebar di Eropa, Amerika dan Australasia. Mereka sudah memasuki kota ke dua puluh dari dua puluh lima kota tersebut. Perjalanan masih panjang.
Mereka makan dalam diam. Draco menikmati memakan sarapannya sambil memandangi wajah Elwyn. Pipinya yang menggembung penuh dengan makanan. Wajahnya yang bergerak-gerak lucu saat mengunyah. Matanya yang melirik ke sana kemari sembari menghabiskan makanan dimulutnya. Suatu tontonan rutin bagi Draco semenjak dua tahun lalu. Rasanya menyenangkan melihat ekspresi Elwyn ketika makan. Draco tersenyum kecil.
Roti di piring Draco sudah habis dimakannya. Elwyn masih menyantap salad buahnya. Sebenarnya itu tidak bisa disebut sebagai salad buah. Isi di mangkok itu hanya lah potongan buah leci dan semangka segar yang ditaburi parutan keju. Menu sarapan wajib untuk Elwyn. Draco sampai hapal karena sudah setiap hari dia melihat gadis itu makan potongan leci dan semangka segar. Tidak pernah mengganti dengan potongan buah lain.
Iseng Draco langsung mencomot potongan semangka di dalam mangkok Elwyn dengan menggunakan garpu yang tersedia di atas meja. Gadis itu membelalakkan matanya terkejut. Mulutnya masih penuh sehingga dia tidak mengatakan apa-apa. Tapi tatapan tajamnya cukup untuk mengatakan ini-punyaku-kalau-kau-mau-ambil-sana-sendiri.
Draco tidak peduli. Dia mengambil lagi potongan leci yang ditempeli banyak taburan keju parut. Elwyn langsung memukul tangan Draco sambil melotot.
"Aww," jerit Draco, mengibas-ibaskan tangannya. Melotot balik ke Elwyn.
"Siapa suruh mengambil leciku," ujar Elwyn sambil mengangkat dagunya dengan gaya menantang. Dia memindahkan seluruh isi mulutnya ke sebelah kanan mengakibatkan sebelah pipinya membengkak seperti terkena penyakit sariawan parah.
"Siapa suruh kau menaburkan keju begitu banyak di lecimu," ujar Draco cuek. Meletakkan garpunya di piringnya yang kosong lalu melipat kedua tangannya di dada. Draco suka sekali menggoda Elwyn. Elwyn paling senang dengan keju. Apapun makanannya bila itu memungkinkan untuk diberi keju maka akan ia berikan. Dan biasanya akan menjadi lebih enak. Seperti leci ini. Draco sendiri mulanya tidak menyangka bila leci diberi keju akan menjadi semenarik ini rasanya.
Gadis ini akan menjadi kesal bila Draco mengambil lecinya yang bertabur banyak keju seenaknya saja. Dan hal itulah yang Draco lakukan sekarang. Hal yang selalu Draco lakukan setiap pagi.
Elwyn mendengus kesal. Dia melanjutkan kembali makannya setelah memastikan bahwa Draco sudah tidak akan mengganggunya lagi.
Ketenangan itu tidak berlangsung lama. Draco mengomentari semua makanan yang ada di depan Elwyn. Draco mengatakan bahwa Elwyn akan cepat gemuk bila tidak membatasi porsi makannya. Herannya hanya sarapan pagi saja yang porsi besar tapi saat makan siang dan makan malam malah sedikit sekali. Hal itu bukanlah cara yang sehat untuk mereka yang akan menghabiskan enam bulan di jalan. Elwyn harusnya memperhatikan pola makannya agar seimbang dan sehat karena mereka memerlukan fisik dan daya tahan tubuh yang super hebat untuk menyelesaikan rangkaian tur dunia.
Elwyn mengatakan bahwa dia hanya lapar. Ia juga tetap menjaga kesehatannya. Setiap waktu senggang ia berolahraga. Bila masalah lemak yang akan menumpuk di perut dan di bagian-bagian tubuhnya yang gampang terlihat dan membuatnya menjadi tidak seksi lagi, maka Draco tidak perlu khawatir. Perenggangan otot dan sit up rutin ia lakukan setiap hari. Malahan bila ada kolam renang terdekat maka Elwyn menyempatkan diri untuk berenang selama satu jam.
Draco mencibir. Dia tidak peduli bila nanti Elwyn akan menjadi gendut. Bila nanti Elwyn menjadi gendut, maka Draco akan langsung membelikannya kalung yang ada loncengnya. Karena Draco yakin Elwyn akan tampak manis sekali bila memakai kalung itu.
Elwyn mendesis mengatakan bahwa dia bukanlah sapi yang harus memakai kalung berlonceng itu. Dia juga meyakinkan Draco bahwa dia tidak akan menjadi gemuk hingga dia menikah dan melahiran tiga orang anak. Tubuhnya bukan tipe yang gampang gemuk.
Draco mencelos mendengar Elwyn tidak akan menjadi gemuk hingga dia menikah dan melahirkan tiga orang anak. Apakah gadis ini sudah mempunyai rencana untuk segera menikah dan membentuk sebuah keluarga? Dengan siapa? Kenapa Draco tidak tahu.
Tapi itu hanya ada di dalam pikiran Draco saja. Pemuda itu tidak berani mengungkapkan bahwa ucapan Elwyn telah sukses membuatnya risau. Akhirnya Draco hanya berkata bahwa bodoh sekali lelaki itu mau menikahi gadis yang perutnya berukuran jumbo. Keuangan rumah tangga Elwyn akan cepat menipis untuk memenuhi rasa lapar Elwyn yang besar itu.
Elwyn menghentikan gerakan tangannya memotong roti. Dia mendelik tajam pada Draco. Bibir gadis itu menipis menandakan bahwa dia sudah benar-benar kesal.
Dengan kejamnya Draco meneruskan semua pemikirannya tentang Elwyn bila Elwyn sudah menikah kelak. Elwyn membalasnya. Dan akhirnya terjadilah pertengkaran kecil di meja pojok dekat jendela itu. Paman Severus yang duduk tak jauh disana bersama kru bandnya pun menoleh ke meja itu, lalu kembali menghadapi sarapannya. Seakan ini sudah merupakan kejadian biasa yang sering terjadi. Bukan hal aneh lagi.
Mereka terus bertengkar hingga tidak mempedulikan ada seorang wanita muda yang sudah berdiri di sisi meja. Hingga suara anak kecil yang tertawa renyah mengalihkan pandangan Draco dan Elwyn.
"Dora. Annie," seru Elwyn senang melihat wanita muda itu yang bernama Dora dan anaknya Annie yang berada dalam pelukannya.
"Tante Ell kelihatannya asyik sekali dengan Paman Draco sampai-sampai Annie tidak diperhatikan," kata Dora dengan suara dibuat seperti anak kecil. Annie terkekeh dalam pelukan ibunya.
"Ugh. Maaf sayang. Ini semua gara-gara Paman Draco yang suka sekali jahat sama tante," kata Elwyn kalem, tidak sadar mendapat tatapan mendelik dari Draco. Elwyn berdiri lalu mendekati Annie. Mencium pipi gadis kecil itu dengan sayang.
"Kalian sudah lama?" tanya Dora melihat begitu banyak piring-piring dan mangkok-mangkok di atas meja Draco dan Elwyn yang sudah bersih isinya. Draco menjawab dengan dengusan keras sebagai jawaban lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Elwyn tersenyum malu-malu.
Dora tertawa pelan. Lalu menyerahkan Annie untuk digendong Elwyn. Putri semata wayangnya ini sangat menurut dengan Elwyn. Benar saja. Begitu digendong Elwyn, Annie langsung balas memeluk sambil menepuk-nepuk pelan bagian badan Elwyn yang bisa dicapainya sambil terkekeh.
"Titip Annie ya Ell. Aku dipanggil Severus untuk sarapan disana. Mungkin ada yang mau dibahasnya. Annie sudah minum susu tadi, kau tidak perlu khawatir Ell," kata Dora. Elwyn mengangguk senang. "Jangan nakal dengan Tante Ell ya nak," kata Dora setelah memberi kecupan singkat di pipi putrinya.
"Yes Mummy. Bye Mummy," kata Elwyn menirukan suara anak kecil sambil melambai-lambaikan tangan kecil Annie.
"Apakah anak-anak sudah turun sarapan semua?" tanya Draco.
"Belum. Mereka belum bangun semua," jawab Dora.
Draco terkejut. Alisnya terangkat tinggi. Dia memandang tajam Elwyn yang pura-pura sibuk mengajari Annie menyebut 'Mummy'. Draco merasa tertipu.
"Benarkah?" tanya Draco tak yakin. Matanya tidak beralih dari Elwyn.
"Sebelum turun ke sini, aku tadi menghampiri kamar mereka. Theo dan Blaise masih terkapar di kasur mereka dan menolak dengan keras saat aku menyuruh bangun. Jadi, aku mengancam akan membangunkan mereka dengan cara yang ekstrem. Syukurlah mereka langsung bangun. Ron mengeluh kepalanya pusing. Aku menyuruh dia untuk merendam kepalanya di bak mandi. Syukurlah dia sudah cukup sadar dari mabuknya untuk menolak dengan tegas saranku itu" kata Dora sambil nyengir.
"Cara ekstrem apa?" tanya Elwyn.
Dora tersenyum dan berkata dengan kalem "aku bilang akan menempelkan popok Annie di wajah mereka masing-masing."
Draco tertawa kecil. Elwyn melongo. Annie memekik dan tertawa begitu mendengar namanya disebut.
Ibu muda ini masih memiliki banyak ide-ide jahil di kepalanya meskipun sudah berstatus sebagai orangtua tunggal. Wanita berusia awal tiga puluhan ini merupakan penata rias khusus Elwyn dan Ron, management mereka mengatakan bahwa rambut kedua orang itu sangat susah untuk diatur jadinya mereka sengaja mencarikan penata rambut khusus untuk mereka. Dora sudah bersama dengan The Faith –nama grup band Elwyn dan Draco- semenjak dari tahun pertama peluncuran album perdana mereka. Mereka sudah sangat dekat. Karena kemanapun The Faith pergi, Dora akan ikut.
Saat Dora hamil bertepatan saat The Faith dalam penggarapan mini album ketiga. Kegiatan mereka di panggung sengaja dikurangi demi mendapatkan hasil yang memuaskan dalam album ini. Mereka hanya mengisi acara-acara televisi sebagai bintang tamu saja ataupun sebagai bintang tamu yang berkolaborasi dengan peserta ajang pencarian bakat. Hal ini sangat menguntungkan Dora sehingga bisa merawat janin dalam kandungannya dengan tenang dan masih tetap bisa bekerja.
Draco tidak terlalu suka mengurusi urusan pribadi orang lain. Tapi beberapa kali dia mendengar tentang suami Dora yang tidak bertanggungjawab itu. Lelaki itu pergi meninggalkan Dora tanpa pesan, padahal Dora saat itu sedang hamil muda. Draco kagum pada Dora yang cepat bangkit dari keterpurukkannya pasca kaburnya lelaki itu. Saat Annie baru berumur empat puluh hari, tiba-tiba saja Dora mendatangi The Faith sambil menangis histeris. Suaminya mengiriminya surat cerai.
Theo mengatakan bahwa mungkin lebih baik begini karena semuanya menjadi jelas untuk Annie, daripada lelaki itu hanya menghilang tanpa kabar sama sekali, lebih baik kalian benar-benar berpisah. Blaise bilang Dora harus mendapatkan hak asuh atas Annie karena memperhatikan dari sikap pria itu selama ini pada Dora sangatlah buruk. Paman Severus menjanjikan akan membantu Dora untuk menyelesaikan permasalahannya dengan cepat dan mencarikan pengacara terbaik yang ada di London.
Dan Paman Severus benar-benar menepati janjinya. Hanya dalam waktu singkat Dora sudah bisa mendapatkan akta cerai di tangannya dan Annie jatuh ke dalam asuhannya. Mereka merayakannya dengan mengajak Annie ke kebun binatang. Annie saat itu masih sangat kecil. Masih terus tidur dalam dekapan ibunya. Malah Ron dan Blaise yang paling senang berada di kebun binatang.
Dora tidak mau menitipkan Annie pada orang lain. Dia ingin mengasuh sendiri. Dan dia juga malu memberitahu keluarganya tentang perceraiannya. Semenjak itulah Annie selalu ikut kemanapun ibunya pergi karena ibunya selalu ikut kemanapun The Faith pergi.
# # #
Halo ^^ saya writer baru disini.
Salam kenal ^^
Dan ini cerita saya, berkenan review dan meninggalkan jejak? Saya butuh kritik dan saran untuk cerita ini. Terima kasih sudah membaca ^^
AdekUwit
