Desember, bulan yang setia berada di akhir. Bulan yang mempertemukan tahun ini dengan tahun depan. Bulan dimana banyak orang yang menyampaikan keinginan mereka di tahun berikutnya. Bulan yang identik dengan musim dingin ini, membawa Winwin menjelajah ke bawah alam pikirannya. Mencari sebuah keinginan di tahun berikutnya.
.
First Snow in DECEMBER
NCT's
Jaehyun Winwin
.
Saat ini, Winwin sedang menyusuri taman. Menghirup harumnya bunga di taman. Ia meng-istirahatkan kakinya dan duduk di bawah pohon yang berhadapan langsung dengn sungai Han. Walaupun udara cukup dingin, ia tetap duduk memandang lurus ke sungai. Sesekali angin bertiup, ia merekatkan mantelnya dan menggosok tangannya.
Matanya menangkap sepasang kekasih yang berjalan di depannya. Sejenak ia berpikir, kapan ia akan memiliki seorang kekasih yang selalu menemaninya. Di umurnya yang ke 20 kini, ia belum pernah menjalin sebuah hubungan dan merasakan apa yang namanya cinta atau bagaimana cinta itu.
Butiran putih perlahan turun dari tempat peraduannya. Perlahan ia melihat ke langit dan tangannya terulur untuk mengambil butiran itu. Ia melihat ke langit dan tangannya terulur untuk mengambil butiran itu.
Hampir semua orang yang berada disitu memberhentikan langkahnya dan mulai merapalkan keinginan mereka. See? Ini salju pertama tahun ini. Katanya, jika kita merapalkan keinginan kita saat salju pertama turun, keinginan kita akan menjadi kenyataan. Antara percaya atau tidak, tapi hampir semua orang melakukan itu.
Tidak menunggu lama, Winwin menautkan kedua telapak tangannya dan memejamkan matanya seraya dalam hatinya mengatakan keinginan. Setelah selesai, ia membuka matanya dan mengembangkan senyumnya. Ia kembali melihat butiran salju turun dan beberapa saat kemudian ia melangkahkan kakinya pergi.
.
.
Pagi merupakan saat yang paling sibuk bagi setiap orang. Begitu pula dengan Winwin. Ia bersiap pergi bekerja paruh waktu. Mengapa ia memilih bekerja paruh waktu daripada bekerja tetap? Alasannya cukup simple. Agar ia memiliki banyak pekerjaan dan juga bisa mengumpulkan uang lebih banyak.
Bekerja, kerja dan bekerja. Itulah yang kegiatan rutin Winwin setiap hari. Di pagi hari, ia bekerja di perpustakaan. Siang hari, ia bekerja di sebuah restoran. Sore hingga malam, ia bekerja di SPBU. Tak punya waktu sedikitpun untuk berkencan. Ya bersyukurlah, karena memang tidak ada yang tertarik dengannya.
Terkadang, ia merasa iri ketika melihat beberapa mahasiswa yang datang ke restoran tempatnya bekerja. Bohong jika ia tidak ingin melanjutkan kuliah. Ia ingin, sangat ingin bahkan. Tapi takdir berkata lain. Di usianya yang masih dibilang muda, ia harus bertahan hidup sendiri.
Brukkk..
"Oh, jeosonghamnida,"
Saat hendak membawa tumpukan buku, ia menabrak seseorang. Alhasil, buku-buku yang dibawanya berserakan. Ia segera meminta maaf pada pengunjung perpustakaan yang baru saja ditabraknya. 'Tampan,' katanya dalam hati ketika melihat orang tersebut.
"Ah, tidak. Akulah yang seharusnya meminta maaf karena berjalan asal," kata orang itu yang membantu Winwin merapihkan buku.
Tanpa sengaja, mereka mengambil buku yang sama dan tangan mereka bersentuhan. Winwin pun segera tersadar dan mejauhkan tangannya. Jantungnya berdetak cepat. Mungkin telah muncul semburat merah dipipinya. Sungguh ia sangat malu saat ini. Setelah selesai, ia bergegas pergi dari hadapan orang itu. Tak lupa sebelumnya ia meminta maaf sekali lagi.
Senyum tak pernah lepas dari wajah Winwin selama bekerja. Ia kembali mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. 'Apa ini? Kenapa jantungku berdetak begitu cepat?' batin Winwin
.
.
Matahari bersinar terang, namun ia enggan memberikan kehangatan di bumi, kalah oleh dinginnya musim. Alhasil, walaupun siang hari, tapi tidak terasa panas. Winwin pegi ke restoran tempatnya bekerja. Ia sangat bersemangat, setelah melihat pemuda tampan di perpustakaan tadi.
PRANGGG..
Okay, sepertinya ia harus mengurangi semangatnya. Lihat saja, baru beberapa menit ia bekerja, tanpa sengaja ia menjatuhkan nampan yang berisi makanan. Ia meminta maaf kepada pengunjung dan membersihkan pecahan beling.
Winwin merasakan seseorang berjongkok di sampingnya dan melihat sebuah tangan yang lain ikut memunguti pecahan beling. Ia mengarahkan indera penglihatannya kesamping untuk melihat orang itu. Bibir tebalnya seketika menganga, dan matanya melebar.
'Si tampan,' batin Winwin.
Seketika ia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ah mian, kau tak perlu melakukan ini. Biar aku saja yang menyelesaikannya."
"Tidak, aku akan membantumu. Tanganmu bisa terluka jika memegang ini," kata pemuda tampan.
Pipi Winwin merona mendengar perkataan pemuda tampan itu. Setelah selesai, Winwin pergi tanpa lupa mengucapkan terima kasih pada pemuda tampan yang membantunya. Sang pemuda itu hanya tersenyum.
"Aku sudah mengatakan padamu, kau harus hati-hati. Jangan gegabah dan jangan pula melamun. Begini kan jadinya," Oops, itu suara pemilik restoran.
"Jeosonghamnida, aku tidak akan mengulanginya lagi. Jeosonghamnida," kata Winwin sembari menundukkan kepalanya.
"Gajimu bulan ini akan dipotong sebagai gantinya. Eottae?" tanya Sajangnim.
"Algaeseumnida," jawab Winwin.
.
.
Hari menjelang sore, Winwin berkemas untuk pulang. Ia melihat arloji, waktu sudah menunjukkan pukul 6 petang. Indera penglihatannya menangkap goresan di jari-jari serta telapak tangan kanannya. 'Dari mana asalnya? Pantas saja saat mencuci piring tanganku merasa perih. Mungkin karena pecahan beling tadi? Entahlah,' batin Winwin sembari menghendikkan bahunya.
Saat keluar, ia melihat seseorang yang bersandar di tembok depan restoran sebelah pintu masuk. Merasa diperhatikan, seseorang itu menengok ke arah kirinya. Winwin terkejut ketika menyadari pemuda itu ialah pemuda yang membantunya tadi.
"Annyeong," kata pemuda itu dengan mengangkat sebelah tangannya.
"Eoh? Annyeong. Kau siapa?" tanya Winwin juga mengangkat sebelah tangannya.
"Mwo? Tanganmu?" tanya pemuda itu ketika melihat telapak tangan Winwin.
"Ah, ini? Entahlah, aku juga tidak tahu. Mungki―YAKkk!" Winwin terkejut ketika lengannya ditarik oleh pemuda itu. Winwin hanya bisa mengikuti pemuda itu, hingga mereka sampai di pinggir sungai Han. Mereka duduk di bawah pohon.
'Menyebalkan,' batin Winwin.
Lengan Winwin masih digenggam oleh pemuda itu. Ia melihat pemuda itu mengeluarkan sebotol obat merah dan beberapa lembar tissue. Perlahan ia mengusap goresan-goresan di telapak tangan Winwin. Setelah itu, ia meneteskan obat merah pada luka itu dan meniupnya. Winwin sedikit mengernyitkan dahinya dan meringis karena itu sungguh perih. Setelah kering, pemuda itu menempelkan plester pada luka tangan Winwin.
"Sudah kubilang kau tidak perlu memungutinya tadi," kata pemuda itu.
"Hei, aku itu orang yang bertanggung jawab. Aku yang menjatuhkannya jadi aku yang harus membersihkannya," kata Winwin. "Tapi, kau siapa?" lanjut Winwin.
"Namaku Jaehyun, Jung Jaehyun. Kau?" tanya Jaehyun.
"Winwin. Omo! Pukul berapa sekarang? Mian, aku harus pergi. Gomawoyo~" kata Winwin singkat.
Pemuda tampan bernama Jaehyun itu hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya. 'Masih ada ya orang seperti itu' batinnya.
.
.
Winwin bekerja di sebuah SPBU hingga pukul 12 malam. telapak tangan yang masih sakit menjadi beban baginya. Ia terpaksa menggunakan tangan kirinya untuk memegang alat pengisi bensin. Ia berkali-kali memegangi perutnya yang selalu berbunyi. Omo! Ia belum makan sedari pagi. Pantas saja perutnya perih. Ia mengambil beberapa obat mag di saku celananya mengambil sebungkus roti dari saku celananya yang ia beli di pinggir jalan. Lumayan, untuk mengganjal perut.
Tak terasa, waktu menunjukkan hampir tengah malam. Itu tandanya sebentar lagi ia bisa pulang. Ketika ia hendak berkemas pulang, sebuah mobil datang kearahnya. 'Aish, jinja. Kenapa saat aku ingin pulang baru ada yang mengisi bensin? Dari tadi malah sepi,' batin Winwin.
"Maaf tuan, mau mengisi berapa?" tanya Winwin ramah pada pelanggan.
"Penuh," kata pelanggan itu.
"Kau?" tanya Winwin.
"Oh, kau? Berapa banyak pekerjaan yang kau miliki, eoh?" ternyata Jaehyun si pelanggan itu.
"Apa urusanmu?" tanya Winwin cuek sembari mengisi bensin.
"Memang bukan. Apa kau akan segera pulang?" tanya Jaehyun.
"Bukan urusanmu," tanya Winwin cuek.
"Ayo aku antar," kata Jaehyun.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Sudah selesai tuan, semua 15.000 won," putus Winwin.
Jaehyun langsung pergi seusai membeberikan uang pada Winwin. Ia pun bersiap-siap untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, Winwin merasakan ada yang mengikutinya dibelakang. Winwin tidak menghiraukan perasaannya itu. Ia tetap melanjutkan langkahnya. Hingga sebuah mobil berhenti disebelahnya.
"Hei, butuh tumpangan?"
"Astaga! Yak! Kau mengejutkanku," bentak Winwin pada pengemudi mobil yang ternyata Jaehyun.
"Butuh tumpangan?" tanya Jaehyun lagi.
"Tidak, terima kasih,"
"Baiklah kalau begitu. Hati-hati dijalan ya. Lari jika ada orang yang mabuk. Annyeong," kata Jaehyun sembari menjalankan mobilnya pelan, berniat menggoda Winwin.
'Aish, kenapa selalu ada orang ini? Ikut tidak ya? Tidak, mungkin saja dia orang jahat. Lagipula, aku juga terbiasa pulang jam segini tidak ada apa-apa. Tapi, bagaimana jika tiba-tiba ada orang seperti yang dikatakannya? Aish, menyebalkan, " batin Winwin.
"TUNGGUUUUUUUU," teriak Winwin dan Jaehyun seketika menghentikan mobilnya. Ujung bibirnya tertarik membentuk seringai.
"Ada apa?" tanya Jaehyun seolah tidak tahu.
"Bolehkahakumenumpang," kata Winwin dengan cepat.
"Apa? Aku tidak mendengarmu,"
Ughhh, Winwin sungguh ingin membunuh orang yang ada didepannya, menyebalkan sekali. "BOLEHKAH AKU MENUMPANG?! PUAS?!"
Suara kikikan terdengar dari bibir Jaehyun, "Tentu saja, silahkan."
Winwin hanya mendengus kesal. Didalam mobil, mereka hanya diam. Jaehyun sesekali hanya melirik Winwin yang menatap lurus kedepan. Jaehyun memikirkan pembicaraan yang tepat untuk memulai pembicaraan. "Dimana rumahmu?" *kau memang pintar Jaehyun*
"Perempatan depan beloh kanan, lalu pertigaan belok kiri. Disina ada tempat kost bertembok putih," jawab Winwin.
"Hmm, baiklah."
Tapi itu tidak berlangsung lama, mereka kembali diam. Jaehyun hanya menghembuskan napas berat. Ia kembali melihat Winwin disampingnya. Ternyata, Winwin tertidur. Jaehyun hanya mengembangkan senyum tipis. Ia menghentikan mobil tepat didepan bangunan berwarna putih.
"Hei, ireona. Kita sudah sampai," kata Jaehyun sembari membangunkan Winwin.
"Eunggg," gumam Winwin sembari memfokuskan pandangannya.
'Gwiyowo,' batin Jaehyun.
"Gomawo," kata Winwin sembari masuk kedalam flat kecilnya.
.
.
Winwin segera merebahkan tubuhnya ke tempat tidur tanpa melepaskan alas kaki. Ia sungguh capek. Ia memejamkan matanya. Saat ia hampir mendekati alam mimpinya, getaran ponsel membangunkannya. 'Sial, siapa yang mengirim pesan tengah malam seperti ini?' batinnya.
Ia membuka pesan tersebut dan mendapati nomor asing yang tidak tersimpan di buku teleponnya mengirim pesan.
From : 010-897xxxxx
'Jaljayo, Winwin. Jangan lupa mimpikan aku. ^_^ –Jaehyun'
Indera penglihatannya yang semula meredup atau bahkan tidak memiliki tenaga untuk membuka seketika melebar mengetahui siapa pengirim pesan itu. 'Bagaimana bisa ia mengetahui nomor ponselku?' batinnya.
.
.
TBC
.
.
A/N : Nam Jung is back. See? Ini pertama kalinya aku buat pairing pemuda barunya SMent, NCT. Lagi demam-demamnya NCT di mana-mana. Jadi pengen buat FF pairing NCT deh. Jujur aku gatau Official Couplenya. Jadi aku cari yang biasanya dibuat sih. Gimana? Memuaskan? Mau lanjut apa gak? So, review Juseyyo! ^_^
