Yixing dulu punya temen main, tetangganya dulu. Kayak kisah si Doraemon; ada Nobi-Xing, Lu-Giant, Joon-Neo dan Kris-Emon. Sebelas tahun tanpa kontak sama sekali. Tiba-tiba di jadwalnya buat molor, Yixing kedapatan dua cowok -sok- ganteng itu ngenalin diri sebagai Joon-Neo dan Kris-Emon yang dulu / "Hai, Xing/Lay!"/"...da-puk. What the hell, World?"/ [SuLay, KrisLay][ment!HunHan][!BL]


"(Mantan) Tetangga Kesayanganku"

Kim Joonmyeon/Suho EXO | Zhang Yixing/Lay EXO | Wu Yifan/Kris

Romance | Humor | Friendship

Lenght: 3shot | Rated: Teen

#Disclaimer: Cast bukan punya saya. Ide diambil kisah nyata(+20% khayalan), plot dan isinya (kecuali cast) adalah milik saya.

.

Note: Jazz-ie and Madafaqa, arigatou-gracias :)

.

.

Sub-tittle Chapter 1 : Tetangga yang Dulu


Apa yang nggak membahagiakan bagi mahasiswa sembilan belas tahun selain liburnya kelas, kelarnya tugas dan bisa tidur sepuas dia mau? Duh, Gusti, Yixing bersyukur banget udah ditakdirkan kelasnya libur dan kerja kerasnya terselesaikan dengan hasil nilai memuaskan.

Alarm tadi mention jam tujuh pagi. Pas inget nggak ada kelas, Yixing balik ngorok bahkan sekarang sampai jam sebelas. Astaga, ini sih bukan titisan Unicorn; malah mirip kebo.

Harusnya pagi menjelang siang milik Zhang Yixing seorang bisa dikategorikan damai harus sirna saat Mamahnya udah buka pintu kamar sambil bawa pisau dapur.

Rasanya ini bukan fanfic humor, malahan prefer ke horor.

"YIXING BANGUN! Mamah repot masak sama bersih-bersih kamu malahan enak tiduran!" harusnya seorang Mamah itu bangunin anaknya dengan cara keibuan. Bukan macam Mamah Zhang; bangunin Yixing sambil nendang bokongnya sampai kejungkal.

"MAH! Ini anakmu, bukan bola seenaknya ditendang!" protes Yixing saat merasakan nyeri akibat ciuman antara pantat dan lantai kayu.

"Salah sendiri bangun molor. Turun gih, kamu punya tamu."

Yixing mengkerut. Dia nggak punya janji main sama Luhan. Kalopun itu Luhan, dia nggak perlu repot-repot bertamu dan jadi sopan –karena Luhan akan seenaknya naik ke kamarnya dan berubah jadi menyebalkan!

Dia juga nggak punya acara. Jomblo ngenes gini, siapa sih yang nyariin?

"Luhan, Mah?"

Si Mamah malah mesem. Apalagi bawaannya piso dapur. Yixing kadang ngira Mamahnya punya jiwa psiko yang tersembunyi.

"Udah deh. Turun aja."

Dan Yixing nurut saja daripada harus jadi korban si pisau. Tentu saja dengan pakaian lengkap –karena dia tidur tadi dengan keadaan topless.

.

.

Lima menit; cuci muka dan sikat gigi. Mau gimanapun, dia harus kelihatan bersih dan kece.

Dalam hati Yixing berdoa.

Siapakah gerangan yang bertamu? Ah, Mas Yixing sudah membayangkan salah satu member idola favoritnya bakalan duduk anteng di sofa ruang tamu sambil bawain buket bunga untuknya. Ngajakin jalan kayak di film-film. Duh, romantisnya~

... but wait

–dan Yixing bukan cewek yang demen segala hal keromantisan. Yang ada dia bikin jalan cintanya jadi amit-amit. Andaikan Sehun -pacar Luhan- lewat sambil nonton apa yang dibayangin Yixing tadi, dia mungkin bakalan bilang 'STOP DREAMING, bitch!'

Sialan emang si Sehun. Kadang suka latah manggil semua orang pake kata-kata 'bitch'. Sok swag banget pacarnya Luhan.

Yuk, lupakan sejenak khayalan aneh seorang Zhang Yixing dan kembali dalam realita.

Pikiran Zhang Yixing udah prefer pasti Luhan. Karena memang dia nggak punya pilihan lain selain Luhan yang dateng. Makanya saat beberapa langkah udah menuju ruang tamu dengan langkah gembira berlatarkan bunga-bunga pinkeu~ dan juga backsound yang happy song; Yixing teriak,

"YO! LUHAN MADAFAQ– ... eits, da-puk!" langkah gembira yang tadi dia lakukan seharusnya diikuti seruan Luhan ala rapper dan juga makian Luhan untuknya.

Nonono, yang didapat malah senyum najong dua cowok.

Yang satu pendek, yang satu mirip tiang listrik.

Yang satu mirip malaikat, yang satu masang wajah om-om mesyum.

"Hai, Xing / "Hi! Lay."

Dan Yixing nggak pernah ngerasa se-blank ini.


Dulu, Yixing punya temen main yang juga tetangganya. Luhan juga termasuk.

Waktu itu umurnya masih delapan tahun dan Luhan sembilan tahun. Dua orang lain tetangganya pun salah satunya seumuran dengannya dan satunya lagi seumuran Luhan.

Mereka sering main bareng karena memang anak-anak di kompleks ini cuma ada mereka berempat. Salah satu nggak ada yang kumpul berasa kurang banget. Kayak upil tanpa idung. Kayak Jamban tanpa Sooman.

Bocah yang seumuran Luhan lebih dulu pergi karena perceraian orangtua. Dia milih tinggal sama Mamahnya di Kanada.

Satunya lagi mentang-mentang orang kaya baru karena orangtuanya menang main saham terus, jadinya dia pindah-pindah. Awalnya cuma di daerah Gangnam jadi masih bisa ketemu. Lama-lama udah keliaran di seluruh dunia.

Dan terakhir, Xi Luhan. Karena disini rumah cuma sewa dan di pinggiran kota ada rumah Pamannya yang sekarang pindah ke China. Daripada harus dijual, orangtua Luhan memilih mendekaminya.

Dari jaman mereka masih berempat kayak Teletubies tinggal Yixing seorang saja. Itupun dia masih satu sekolah sama Luhan jadinya masih akrab. Dua bocah lainnya? Jangan tanya apa-apa. Ditanya Luhan tentang dua anak tetangga dulu aja Yixing masih lupa-lupa-ingat.

Iya, Yixing munafik. Dia bilangnya nggak inget padahal dia inget banget.

Eh, tapi itu namanya bohong ya? Tau ah!

Sekarang, Yixing dihadapkan dua cowok -sok- ganteng. Dia inget siapa aja ini. Cuma masih belum mau percaya.

Beneran yang bertamu di rumahnya Kim Joonmyeon sama Wu Yifan ato Kris?

.

.

xx

.

Yixing inget siapa itu Kim Joonmyeon; yang seumuran sama dia. Bahkan Yixing masih inget gimana cara tuh cowok kalo udah ngetawain hasil karya Yixing dan dia cuman bisa manyun sambil ngadu ke Luhan (dan Yixing nyesel ngadu ke Luhan karena si-manly-KW ikut ngetawain juga).

Kim Joonmyeon itu bisa dibilang antara perpaduan anak malaikat dan anak iblis. Mungkin wajah sepolos dan senyumnya berasa seperti malaikat kek gini, nggak ada yang ngira masa kecilnya dihabiskan dengan tingkah jahil.

Dan korban kejahilannya waktu itu siapa lagi kalau bukan Zhang Yixing -yang termasuk maknae diantara mereka berempat. Oh, Joonmyeon tidak sendiri; Luhan ikut bergabung membentuk persatuan kejahilan kepada Zhang Yixing!

Yixing masih merinding kalo dia inget dua anak jahil itu pernah memasukkan kecoa pada bekal makanannya. Atau meninggalkannya sendirian saat janji mereka untuk pulang bersama. Atau juga membiarkannya terjatuh di jalanan aspal saat mencoba sepeda roda dua.

Jahat ya. Tapi tenang aja, mereka nggak sejahil dan sejahat itu kok. Peace, man!

Kalau ada si jahil, tentu saja ada si pahlawan.

Kalau Luhan dan Joonmyeon itu si jahil, maka si bule China itu menjadi punggung untuk Yixing.

Wu Yifan, nama bule-nya Kris Wu. Yixing masih cengengesan kalo dia masih inget dia cadel huruf 'R' dan selalu aja manggil namanya 'Klis-Ge'. Dia nggak mau manggil pake nama China, kurang afdol. Dan sebagai gantinya, si Kris manggil dia Lay.

Dan yah, meskipun sebenarnya dia udah sembuh dari cadel huruf R, tetep aja Yixing manggilnya 'Klis-Ge'.

Yup, impas.

Yixing ditinggal sendirian? Kris yang bakal nemenin.

Yixing ditakut-takutin kecoa? Kris yang bakal bunuh kecoa itu; kalo bisa juga sama si duo jahil.

Yixing yang super-polos itu malah dibodohi oleh duo jahil? Kris yang akan bertindak.

Ada penjahat pasti ada pahlawan, kawan. Yixing beruntung punya Kris-ge daripada duo jahil itu. Meskipun semenjak kepindahan Kris, diawal dia sempet ngerasa kehilangan banget si pahlawan.

Luhan jahilnya malah menjadi-jadi sih, si Joonmyeon juga nggak bisa jadi perisai.

Ah, nggak adil.

Apalagi Joonmyeon yang pindah ke Gangnam lalu beberapa bulan kemudian udah berselancar ke seluruh dunia pun.

Yixing makin merasa nggak ada keadilan untuknya sama sekali!

Meskipun Yixing akui Joonmyeon itu super jahil (dan nggak selalu jahil sih; tbh), tapi dia ngerasa kangen sama si muka malaikat.

Luhan? Ah, dari umur delapan tahun sampai sekarang bentar lagi dia mau sembilan belas tahun kumpulnya sama Luhan. Untung aja sikap jahil Luhan hilang ketika dia naik kelas 6 SD. Yixing bernafas lega.

Hufft~

Intinya sih ya; mereka berempat kayak sinema kartun Doraemon.

Dimana Yixing berperan sebagai Nobi-Xing, Lu-Giant (sayangnya Luhan pendek plus cantik sih, tapi jiwa penjajahnya kuat banget!), Joon-Neo dan Kris-Emon.

Untuk yang terakhir, lupakan. Rasanya, aku sebagai author malah menyambungkan muka mesyum Kris dengan si pedofil -uhuk. Maaf untuk Krisstand.

.

.

"Kak Klis mau pindah?" Yixing mewek.

Sedangkan Luhan masih terpesona sama kardus-kardus yang udah disolasi. Siapa tahu aja ada kardus mainan Kris. Ntar bisa dia ambil. Kalo ditanya Kris pas ngamuk tahu mainannya diambil, "Kris mah gitu, buat kenang-kenangan aja nggak boleh." yakin deh, kalo udah digituin Kris bakal ikhlas ngelepas koleksi mainannya.

Dan Joonmyeon terlalu poker face bahkan sekedar melambai say 'Sayonara~'. Karena baginya, pesaing sudah pergi. HAHAHAHA!

"Iya, Lay. Maafin kakak ya gak bisa jagain Lay gara-gara duo jahil." awalnya sih Yixing malu-malu soalnya Kris udah usek-usek ujung rambutnya macam drama. Udah seperti Puteri Kerajaan ditinggal Pangeran tuk berperang. Tapi bukan itu yang Yixing rasain.

Kalian nggak tau aja, sist/bruh, Yixing punya laen di hati~

"Kak Klis mau janji sering main ke sini ya?"

Kris awalnya cuman senyum tapi akhirnya dia setuju. Pake pinky promise pula.

Plis, Joonmyeon butuh ember. Dia mau muntah pelangi. Dia nggak sengaja liat adegan sinetron antara kecengannya sama si pesaing.

"Kakak nggak bisa janji-"

"WOy, KriS, SkateBoarD Lo Baru yA?!" - Luhan. [maaf, sengaja dibikin typo :v]

"... tapi masih bisa usahain buat telepon Yixing kalo kangen. Misal-"

"-EH, ADUH. INI KOLEKSI ROBOT BATMAN LIMITED! ANJU, BELI DARIMANA LO, KAK KELIS?!" - Joonmyeon.

"... Yixing kangen, bisa telepon kakak-"

"WOAH! Gue baru tahu lo demen film kartun Disney Princess, Kris." - Luhan, yang saat itu nemu kumpulan kaset DVD di kardus yang belum disolasi.

Lengkap ada 7 seri Princess Story plus posternya.

Kris geram, Mamah.

Adegan yang seharusnya dia praktekin kayak di sinetron favorit si Mamah, harus berakhir geramannya akibat Luhan bongkar aib.

"ANJU, EE* SAUS MENTEGA LO! BALIKIN KE ASALNYA NTUH DVD! GUE SUMPAHIN LO TAMBAH CANTIK, LOHAN!"

Bukannya balikin ke tempat asalnya; dia malah cekikikan sambil high five bareng si Junmen.

Kayaknya sumpah si Kris ini manjur deh. Buktinya, perangai aja Luhan boleh dibilang manly tapi muka udah disamakan kayak Barbie.

Dan Yixing hanyalah penonton setia dengan segala kepolosan bocah delapan tahun -kelewat polos itu namanya.

.

.

Sekarang gantian Junmen yang pindah.

Dan Yixing nggak merasa se-ngenes gini pas kepindahan Kris.

Karena dia pikir pertama kali Joonmyeon pindah ke Gangnam, it's okay karena mereka masih satu sekolah dan bisa mempir di rumah barunya Joonmyeon.

Tapi... luar negeri? Hell no! Yixing nggak bakal ngira Joonmyeon bisa ke Hawaii kayak Stinch.

Bukan karena dia iri sama Joonmyeon dia bisa ke Hawaii, tapi karena mereka nggak bakal ketemu sesering kemarin.

Luhan udah nangis bombay; partner-nya ilang. Dan seharusnya Yixing bisa nangis lebih ngenes lagi daripada Luhan -karena dia sakit hati, bruh.

"Kalo ke Seoul, pas lo udah dapet gelar anak jahil sekompleks ya." pesan Luhan penuh kesesatan.

"Nggak tahu bisa ato nggak, Hyung. Mamah-Papah udah jadi orang kaya yang punya manners, jadi aku kudu ngikutin manners."

"Apa itu manners, Joon?"

"Nggak tahu. Katanya sih, kacang rebus."

"Ohh..."

Dan Joonmyeon beralih kepada Yixing.

Aih, tetangga kesayangannya~

"Xing..." Ambil nafas, hembuskan. "...kalo aku pindah jauh, kamu nggak lupa sama aku kan? Nggak marah sama aku kan meskipun aku sering jahilin kamu?"

Yixing menggeleng. Gimana dia mau marah kalo emang si Junmen yang bikin dia kesengsem?

"Nggak kok, Joon. Malah aku yang khawatir sama Joonmyeon kalo nggak bisa bahasa Inggris disana."

Uhuk!

"O-oke. Makasih Xing udah khawatirin aku."

"I-iya."

"Xing, kamu bakal yakin nggak kalo kita ketemu?"

"Umm... yakin."

Joonmyeon senyum lebar. "Bener ya? Jangan lupa lho! Soalnya ada yang bilang, kalo dua orang kepisah dan saling pegang teguh buat ketemu suatu saat nanti, pasti deh kita bakal ketemu –meskipun aku nggak tahu kapan."

Astajim, pipi Yixing jadi pinky~

"Joon, ini Yixing mau balikin." ia menyodorkan alat pemutar keping CD musik beserta headseat-nya. Dia inget pernah pinjem ini tapi lupa balikin. Oh, 'Lupa=Yixing' itu diharapkan maklum.

"Nggak apa-apa. Bawa aja. Anggep aja itu hadiah perpisahan dari aku." [aku lupa apa namanya, pokoknya bentuknya bundar bisa muter keping CD gt ._.]

Oke, Yixing serasa mau mewek –lebih kejer daripada nangisin Kris-Emon yang mau pindahan.

Hadiah.

.Perpisahan.

.Dari.

.Aku.

MAMAH, BAWA YIXNG KE ANTARTIKA, MAH! KENAPA NGGAK SEKALIAN SIH KITA PINDAH KE HAWAII?!

Luhan juga pengen dikasih, tapi dia inget Joonmyeon ngasih itu ke Yixing jadi batal deh. Dia tahu sebnernya Joonmyeon itu...

"Mamah sama Papah udah nyuruh aku masuk mobil. Baik-baik ya." dan Joonmyeon masuk ke mobil diikutin Mamah-Papah Choi [anak SMTSG tahu deh siapa-_-] setelah ngasih ucapan farewell ke orangtua LayHan.

Dan bahkan Yixing nggak nangis sama sekali meskipun mata udah berair.

Kenapa?

Kayak kata Joonmyeon yang masih dia pegang dengan teguh; "...pasti deh kita bakal ketemu -meskipun aku nggak tahu kapan."

.

.

xx

.

Dan sekarang Joon-Neo dan Kris-Emon pagi-pagi (menjelang siang, koreksi) dateng ke rumahnya?

Duh, Gusti ~

Mau bikin dia senam jantung gitu ta?

"... nonono." Yixing geleng gak percaya pada dua sosok berbeda tinggi di depannya.

"What the hell, world?" gumamnya.

.

.

"Umm... jadi, kalian sama-sama ke Seoul cuman buat ketemu Yixing doang nih?" gaya Luhan sudah mirip bos besar yang akan menyeleksi anak buah di ruang tamu rumah Yixing. Dengan gaya salah satu kaki naik ke meja, punggung bersandar ke pada sandaran sofa dan juga lipatan tangan di depan dada. Sebagai pengganti rokok, untung saja Yixing menyimpan permen lollipop rasa pisang di saku tasnya minggu lalu (Luhan sempat protes kenapa harus permen lollipop kalo bisa saja rokok? ("Biar manly, Pantat Onta!") Dan sebagai penasihat kesehatan, Yixing menolak mentah-mentah)

Ya, akhirnya si Unicorn pelupa itu berinisiatif menghubungi Luhan untuk segera datang ke rumahnya. Ucapkan keprihatinan kalian kepada si-manly-KW karena saat itu Luhan harus rela batal –ehem, uhuk– ena-ena sama Sehun karena Luhan langsung kejar taksi beberapa detik setelah dihubungi Yixing tentang kehadiran dua cowok –sok– cogan. Lebih baik aku tidak men-share video Luhan dan Sehun yang batal ena-ena, dan Luhan sepeti gelandangan kurang pakaian untuk menyetop taksi. Berterima kasih lah si-manly-KW kepada kekasihnya yang bersedia membawakan kemeja, jaket dan celana kain Luhan saat itu.

Malu sama anak kecil, ibu-ibu udah melotot marah sama pasangan HunHan udah ngebuat mata anak mereka ternodai.

Jangan baca paragraf tentang HunHan atau Luhan, mari kembali ke cerita sesungguhnya.

Kris yang lebih dulu punya inisiatif buat jawab pertanyaan penuh api membara dari Luhan.

Mentang-mentang seumur sih.

"Ya nggaklah. Ya mana tahu kalo kamu pindah, ya mana tahu kalo mampir di Seoul pas barengan sama si boncel ini." mata tajem Kris ngelirik Joonmyeon yang duduk persisi di depannya.

Duh, nggak berubah sama sekali.

Kris dulu juga seneng banget ngejekin Joonmyeon pake sebutan cebol. Karena memang Suho dulu yang paling pendek diantara mereka. Bahkan sampai sekarang tinggian Yixing beberapa senti. Kalo disandingin sama Luhan? Dilihat dari jauh pun masih tinggian Luhan.

Joonmyeon udah mengekerut. "Lagipula, aku di Seoul juga cuma ikut papih yang punya urusan disini. Kalo ketemu Naga tiang ini lagi mah lebih baik aku masih ada di Nice."

Luhan buru-buru tegak lagi. "Apa lo kata? Nice? Emang selama ini lo idup serba nice? Iya dah, gue tau sih lo orang kaya." jengkel Luhan. Dan Joonmyeon rasanya pengen mencak-mencak saking frustasinya.

"Nice itu salah satu kota terbesar di Perancis, Ge. Tempatnya orang kaya mau plesiran." Yixing bisikin si Luhan biar suasananya nggak ada aura membunuh.

Sayangnya Yixing udah telat.

"Nah kan? Makanya, gue tahu Nice itu tempatnya orang kaya kalo liburan, iya gue tahu dia orang kaya." Luhan balik bisikin Yixing yang ngebuat dua orang tadi ngerasa penasaran.

Gosipin apa sih? Sampai tamu agung kayak mereka berdua aja dicuekin :(

Sekarang giliran Yixing ngejauhin telinganya dari mulut Luhan –kena hujan lokal.

"Nah!" tepukan tangan Luhan berhenti sebentar sembarimenyimak wajah penuh kemesyuman dua orang; Kris dan Joonmyeon. "Kalian mau jalan? Mumpung Yixing dan gue lagi libur kelas."

"Umm... Han," panggil Kris.

"Ya, ayang?"

"Najis!" celutuk Yixing. Niatnya cuman bercanda tapi bikin satu orang nge-fly dan satu orang lagi gondok kena cemburu.

"Kayaknya kita harus ke rumah lo dulu deh buat ganti baju."

Luhan mendelik heran. "Kenapa, ayang?"

"Seinget gue lo nggak suka pink deh. Kenapa lo pake jaket Hello Kitty? Norak pula."

Uppss...

"OH SEHUN! LO BAKALAN MATI DI TANGAN GUE!"

Nah kan!

.

.

Rencana Luhan tadi sih niatnya ngajak jalan; berempat gitu. Karena udah lama banget (sebelas tahun… mungkin?) mereka berempat nggak pernah jalan bareng. Mumpung Luhan sama Yixing juga kelasnya libur.

"Sori dulu nih, Han. Mamak gue minta gue nemenin dia jalan-jalan muterin Seoul dulu. Lepas kangen katanya. Ini aja gue curi-curi waktu buat langsung mampir kesini." sesal Kris. Gaya aja blasteran bule Kanada, sebelas tahun juga idup disana, tapi masalah 'panggilan', si Kris emang katrok.

Mamak;

Yixing pengen muntah pas liat Kris nyebut Ibunya pake panggilan 'Mamak'.

Plis deh, muka doang yang menang ganteng.

"Buset, emak lo minta muterin Seoul. Emang Seoul kayak komedi putar gitu ta?" cerocos Luhan.

"Umm… aku juga maaf nih. Satu jam lagi aku punya urusan sama perusahaan partner kerja Daddy." siJoonmyeon juga ikutan nggak bisa.

Yixing kan kesel jadinya.

"Yaudah deh, besok aja! Gue tau kok, kalian sibuk. Lo malah enak 'kan, Han, bisa kencan lagi bareng Sehun? Bisa ena-ena lagi sama Sehun? Hush, udah sana pulang!" Yixing mangkel berat.

Udah nggak ketemu sebelas tahun tanpa komunikasi, diajak jalan ataupun ngobrol bentaran berasa waktu udah nggak ada lagi buat mereka.

Terutama si bantet.

Kzl! Kzl!

"Eh, kamvret! Kagak usah ditekan bagian ena-ena ngapa?!" Luhan udah main pukul aja. Nggak peduli tubuh cungkring Yixing malah oleng dikit meskipun dia udah kebal sama tingkah Luhan.

"Yaudah, sana pulang!"


"Gimana tadi sama Joonmyeon dan Kris? Baik-baik aja kan ya?" tanya Mamahnya pas Yixing lagi enak-enak ketawa nonton Running Man. Jarang dia nonton acara televisi kayak gini kalo nggak pengen ngelepas stress.

"Aduh, Si Mamah! Bukannya Mamah udah liat sendiri mereka nggak cacat, normal, selamat sampai tanah Seoul?" cerocosnya sambil nyambar potongan apel yang Mamahnya bawain.

"Ya kan Mamah cuman tanya. Kali aja mereka ngasih tahu kamu aja, bukan ke Mamah. Lagian kan Mamah juga kangen mereka, Xing."

"Udah ah Mah. Bahasannya mereka mulu. Xingxing mau masuk kamar!"

Satu…

… dua–

–tiga… BRAK!

Si Mamah cuman bisa elus dada. "Cuman tanya kabar mereka aja kok ngambek. Ngidam apa aku dulu waktu hamil Yixing ya? Tauk ah."

.

Mereka nggak kayak dulu lagi; nggak kayak kenangan Yixing dulu.

Kris kayak Doraemon baginya; pasti punya sesuatu untuknya meskipun itu cuman waktu aja.

Dan Joonmyeon yang selalu dia kangenin juga berasa cuek bebek.

Daripada mikirin mereka, mending dia dengerin lagu, pikir Yixing sih gitu.

Tapi pas tahu apa yang disambarnya di meja belajar buat dengerin musik itu yang bikin dia lagi-lagi baper dan flashback.

Soalnya dia lagi pegang pemutar CD musik yang dikasih sama Joonmyeon. Lengkap sama keping CD dari rekaman.

"Kenapa harus Joonmyeon lagi?" gumamnya.

.

.

xx

.

Umurnya dulu genap tujuh tahun. Dan di umur anak-anak segitu denger kabar Neneknya yang paling disayang sedang rawat inap di rumah sakit, tentu ngerasa bersedih banget kan?

Ayah Yixing jemput dia ke sekolah, sekalian langsung ke rumah sakit buat nengok Neneknya. Yixing jelas aja kaget. Nenek yang biasanya kelihatan sehat dan selalu nemenin dia main kalau ke rumah di Sowon, sekarang lagi masa kritis di kamar rumah sakit.

Yixing bahkan nolak buat pulang, dia lebih milih bersama sang Ayah yang juga nemenin Neneknya –lain kata sih, nginep di rumah sakit. Bahkan Yixing mau aja bolos sekolah sehari buat pastiin Neneknya sadar.

Saat itu Yixing dan Ayahnya baru aja mau ke kentin Rumah Sakit, tapi dicegat Dokter yang baru aja mau masuk ke kamar inap sang nenek.

"Maaf, Pak. Tapi ada yang harus saya bicarakan mengenai hasil Lab tentang kondisi Nyonya." dengan berat hati, Ayahnya menuyuruh Yixing untuk tetap di kamar selagi sang Ayah mengikuti Dokter ke ruangannya.

Anak kecil umur tujuh tahun saat itu sedang sedang dalam pertumbuhan, rasa penasarannya juga makin kuat. Yixing nggak nurut omongan sang Ayah, dia malah ngikutin diam-diam kemana sang Ayah dan Dokter itu pergi.

Yixing memang masih anak-anak, dia nggak ngerti apa yang diomongin Dokter dan Ayahnya. Tapi, ada kalimat yang sempet dia denger dan itu bikin dia sedih banget.

"… Kemungkinannya sangat kecil untuk terselamatkan dari Operasi, Pak."

Dan Yixing nggak punya alasan buat nggak nangis.

Berdiri di depan ruangan sambil mewek. Dia nggak pegen denger apapun lagi tapi juga nggak mau jauh-jauh dari pintu ruang dokter.

Nggak tahu kenapa, headseat yang gede untuk ukuran telinganya yang kecil itu terpasang. Melantunkan dentingan melodi piano yang indah. Saat Yixing noleh ke balakang, dia tahu siapa pelakunya. Yang tengah tersenyum lebar sambil pose peace.

"Joonmyeonnie?"

Joonmyeon narik tangan Yixing buat ngejauh dari pintu ruangan si Dokter. memilih untuk duduk di kursi tunggu berbaur bersama orang-orang.

Yixing segera melepas headseat-nya. "Joonmyeon kok bisa disini?"

"Tadi pagi pas mau jemput ke rumahmu, Mamamu bilang kamu sama ayahmu masih di rumah sakit. Yaudah, aku suruh sopirku buat kesini."

"Joonmyeon harus sekolah!"

"Yixing juga! Kenapa bolos, heh? Harusnya kamu di sekolah buat belajar. Kalau nilaimu jelek, orangtuamu pasti sedih kan? Kamu nggak mau nambah kesedihan orangtua kamu sama nilai jelek setelah Nenekmu sakit; nggak mau kan?"

Yixing udah keburu mewek.

Padahal dia cuma pengen lihat sang Nenek sadar dan kembali sehat.

Biar bisa nemenin dia main, buatin dia cookies yang enak. Biar bisa pamer kalau dia punya Nenek yang hebat.

Tapi juga dia nggak mau nambah kesedihan orangtuanya.

"Eh, aduh! Jangan nangis dong!" cegah Joonmyeon kewalahan karena memang sekarang Yixing sedang terisak.

Joonmyeon kembali pasang headseat ke telinga Yixing dan mengecilkan volumenya. Tangis Yixing berhenti dan sekarang malah sesenggukan keluar ingus.

Iyyuh…

"Kamu tau nggak; Kakek-ku yang ngerekam dan main instrument ini. Kado ulang tahun dari Kakek bulan lalu. Kakek bilang, kalau aku sedih, tinggal dengerin instrument ini. Sekarang kau pinjemin buat kamu. Karena aku pengen kamu nggak sedih lagi setelah dengerin instrument ini."

Benar kata Joonmyeon. Lama-lama dia nggak ngerasa sedih lagi.

"Makasih Joonmyeon, berkat kamu aku nggak sedih lagi."

Joonmyeon senyum lebar. "Seneng deh kalau kamu nggak sedih lagi."

"Hehehe… iya. Makanya, jangan jahilin aku terus kalau nggak mau aku sedih."

"Kalau soal itu, udah jadi perkerjaan tetapku sama Luhan Hyung buat jahilin kamu,"

"Joonmyeon!"

"Hahahaha!"

Yixing gedek.

"Pokoknya," tawanya hilang. "kamu bawa dulu itu. Jangan sampai rusak ya, soalnya itu dari kakek. Aku yakin, dia bakal bikin kamu nggak sedih lagi."

Entah sejak kapan hati Yixing udah mulai menghangat.

"Makasih banyak, Joon."

.

.

xx

.

"Haydn, Piano Sonata in C major." gumam Yixing saat instrument itu terhenti bersamaan kesadarannya yang udah balik setelah dibuat berkenala inget masa lalu adanya CD Player milik Joonmyeon di tangannya.

Sayang banget. Yixing bahkan rela ikut kelas piano demi bisa menyamakan permainan Kakeknya Joonmyeon di isntument ini.

"Bikin nggak sedih apanya, Joon? Aku malah makin baper kalo inget kamu, hhh…" desahnya, ngomong sendiri sama CD Player udah kayak orang gila.

Dia melepaskan headseat itu dan mulai mengantuk. Tetapi sesaat, pandangan Yixing beralih ke meja belajar; dua miniature yang teronggok manis membuat Yixing ikutan trenyuh.

.

.

xx

.

"Nih," Kris nyodorin kotak kecil yang dibungkus kertas kado.

"Apa ini?"

"Kado ulang tahun kamu," kata Kris, detik berikutnya Kris mulai jalan sambil nuntun sepeda Yixing yang ban belakangnya kempes. Jangan tanya kerjaan siapa; mereka udah tahu pasti kerjaan si Joonmyeon sama Luhan.

Yixing sedikit lari biar sejajar sama Kris. "Boleh dibuka, Kak Klis?"

"Humm…"

Kertas kado yang sebenernya bukan warna kesukaan Yixing itu udah robek. Menyisakan kotak putih kecil yang jika dogoyang menimbulkan bunyi 'Klotak-klotak'.

"Apa ini, Kak?"

"Buka aja." setelah dibuka, tiga miniature tokoh kartun yang akhir-akhir ini terkenal terpampang nyata.

Doraemon bersama Nobita; dengan bonus Unicorn ungu seperti di kartun Barbie.

Yixing nggak bisa bohong kalau dia nggak seneng.

"Woahh! Makasih banyak, Kak."

Bukannya nanggepin, si Kris malah senyum. "Syukur kalokamu suka. Awalnya aku bingung mau ngasih apa."

"Suka kok!" sanggah Yixing sebelum Kris lebih lanjut mengoceh. "Yang bikin bingung sih, kenapa harus Doraemon sama Nobita?"

Kris cekikikan. "Kan kamu kayak Nobita kalo dijailin sama Joonmyeon dan Luhan. Nah, aku yang berperan jadi Doraemon buat kamu."

"Ehh? Kelihatannya gitu ya?"

"Iya." sebelah tangan Kris gemas mengusak pucuk kepala Yixing.

"Makasih, Kak Klis. Yixing seneng kadonya."

.

.

xx

.

"Kalopun dia Doraemon, harusnya dia punya pintu kemana saja buat gue. Biar bisa langsung ke rumahnya saat gue pengen. Payah!" ndumel Yixing.

Baru aja dia ambil selimut, niatnya mau bobo cantik, kaca jendelanya bunyi kayak abis dilempar sesuautu gitu.

Otomatis kan Yixing bangun lagi dari sanderannya. Berasa déjà vu kayak begini.

Iya deh…

Ah! Yixing inget!

Joonmyeon sering banget ngelakuin ini dulu. Malem-malem sebelum tidur, Joonmyeon biasanya ngelempar batu ke jendela Yixing berlanjut nyelipin kartu ke pinggiran kaca jendelanya.

Benar dugaan Yixing; dia nemu kartu warna biru yang diselipin ke pinggiran kaca jendelanya.

.

'Jam 4 subuh bisa 'kan? Aku tunggu dibawah tiang lampu dekat rumahku dulu. Awas, jam 4 subuh! Aku tidak mau tanggung resiko kau telat bangun!

Malaikatmu, Suho'

.

Yixing mendengus geli membaca nama samaran si pengirim.

"Apa-apaan dia; Suho? Baik, dia memang malaikat kesialanku dulu!"

… dan entah kenapa aku bisa jatuh hati dengan malaikat kesialanku sendiri? tambahnya dalam hati.

Yixing masih saja menyunggingkan senyum geli sembari menarik selimutnya.

Dibawah sana –dekat tiang lampu depan rumah Yixing sendiri–, pemuda bertudung jaket itu tengah memandangi jendela kamar Yixing yang masih terang.

Nyatanya itu Joonmyeon.

Tidak ingin Yixing tahu, dia segera bergegas pergi dari sana.

.

.

|| end or tbc? ||

.

.


A/N: Aku butuh pendapat ini pantes dapat reaksi bagus atau nggaknya.

Once again, thank you to my Jazz-ie and Madafaqa. Terima kasih udah balikin mood nulis saya dari WB's, hingga nulis fic tentang kalian berdua disini :v