Disclaimer : Om Masashi Kishimoto

Warning : OOC, Typo(s), BL (Sho-ai), Gaje, dll

Pairing : NaruSasu

Don't Like, Don't Read


Lucifer


Entah sejak kapan aku berada disini. Langit biru yang cerah bersinar diatasku, hembusan lembut angin menerbangkan sehelai demi sehelai rambutku yang berwarna hitam pekat, suara air mengalir di bawah kakiku mengusik indera pendengaranku.

Sunguh… aku terpaku sejenak menatap keseluruhan gambar yang terpantul di mata onyx ku. Gambar pemandangan yang sangat menakjubkan memaksa mataku untuk terus menatapnya tak berkedip.

Aku bahkan berhalusinasi bahwa sekarang aku berada disurga.

Benarkah ini surga? Apakah surga diatas sana seindah tempat ini? Kurasa tidak… surga tidak pernah memperbolehkanku masuk, orang sepertiku tak pantas berada disurga bahkan di tempat seindah inipun.

.

"Kau siapa?" Suara seorang anak kecil mengagetkanku, memaksaku untuk berbalik menatapnya.

Dihadapanku kini berada sosok anak laki-laki berumur sekitar 9 tahun dengan pakaian yang menurutku sangat elegan. Mata biru nya terus menatapku tak berkedip seakan-akan berusaha menelanjangiku dari ujung kaki hingga kepala, dia bahkan tidak peduli dengan angin yang terus menerus meniup rambut kuning cerahnya hingga mengganggu matanya untuk terus menatapku.

"Kau siapa, tuan?" bahasa halus keluar dari bibir mungilnya dengan pertanyaan yang sama. Siapa aku? Bahkan aku sendiripun tidak tahu siapa aku. Aku menatap pantulan diriku di air yang jernih, menampilkan sesosok pemuda yang berambut hitam raven, bermata onyx dengan tatapan kosong, dan berkulit putih pucat dengan berbalut jas hitam.

Aku menyunggingkan senyum sinis, bahkan akupun merasa sosok ku ini sungguh menyedihkan dan lebih mirip mayat hidup daripada gembel yang terlantar. Begitu hampa dan kosong. Siapa aku? Anak itu bahkan menanyakan pertanyaan yang bagiku sulit untuk dijawab.

"Kau siapa sih?" kali ini nada jengkel terdengar jelas dari bibir mungil bocah ini, pipinya digembungkan menampilkan tiga goresan halus di setiap masing-masing pipi bocah itu. Aku agak takjub memandangnya, bukan karena dia berani berkata seperti itu tetapi dia lebih terlihat menakjubkan dengan sikapnya itu.

Lebih menakjubkan memandangnya dari pada memandang hal lain. Mataku hanya terpaku pada sosok bocah dihadapanku tanpa menyadari dia makin kesal karena aku masih belum menjawab pertanyaannya. "Ya sudah, kalau kau memang tidak mau memberitahukan namamu." Anak itu berbalik meninggalkanku dengan masih memasang tampang cemberutnya.

"Lucifer… kau bisa memanggilku begitu." Jawabku sambil menatap punggungnya yang kini berbalik menghadapku. Mata sapphire nya membulat, bibirnya terbuka lebar menampilkan cengiran bodoh yang khas, "Namaku Uzumaki Naruto, tuan Lucifer." Katanya lagi sambil terus menampilkan senyum bodohnya itu. Aku hanya menatapnya tak peduli, dia begitu bersemangat memperkenalkan dirinya tanpa tahu bahwa aku sama sekali tidak tertarik dengan namanya.

.

"Tuan Muda… Kau Dimana?" seruan seorang pria membuatku tersentak begitupun Naruto, anak itu langsung berpaling ke arah asal suara dan mendapati seorang pria berkuncir dan memiliki garis horizontal memanjang di wajahnya.

"Iruka-san… aku disini." Jawab Naruto ketika melihat sosok yang dipanggilnya Iruka mendatanginya dengan cepat. "Kau kemana saja, Tuan muda. Aku mencarimu kemana-mana." Tanya Iruka sambil merapikan jas dan rambut Naruto yang sedikit berantakan. "Aku bersama tuan Lucifer. Lihat dia disan~…" Ketika Naruto berbalik, sosok yang dipanggilnya tuan Lucifer itu sudah menghilang, membuatnya diam sesaat.

Iruka juga berusaha mencari-cari sosok yang di katakan oleh Tuan muda kesayangannya ini tetapi nihil, tidak ada sosok apapun di taman ini. "Tuan muda, mungkin kau berhalusinasi. Sekarang kau harus masuk ke dalam kalau tidak kau bisa sakit." Iruka memaksa Naruto dengan menarik tangannya untuk pergi dari taman itu.

"Aku tidak berhalusinasi Iruka-san. Aku benar-benar berbicara dengan tuan Lucifer. Lepaskan tanganku, kau menyakiti tanganku." Erang Naruto sedikit marah karena butler kesayangannya ini tidak percaya sama sekali. Iruka hanya menanggapi dengan senyuman kemudian melonggarkan sedikit pegangannya pada tangan Naruto.

.

Naruto tetap berusaha mencari sosok yang dipanggilnya tuan Lucifer, tetapi yang dia lihat hanya ruang kosong tempat tuan Lucifer tadi berdiri.

Tidak ada siapa pun disana. Bahkan tidak ada suara ketika dia pergi.

Naruto terus dan terus memaksa bola matanya untuk menangkap sosok yang tadi mengobrol dengannya. Sosok yang menurut Naruto sangat elegan dan menakjubkan, membuat Naruto hilang kesadaran untuk bernapas ketika melihat sosok itu menatapnya dengan tatapan tajamnya yang kesepian.

Angin mengusik penglihatan Naruto, membuatnya memejamkan mata berkali-kali agar tidak kemasukan debu, kemudian tidak sengaja ekor matanya menangkap sosok itu.

Sebuah bayangan hitam samar-samar berdiri tegak seperti menatapnya di puncak atas pohon. Naruto terpaku, matanya membulat kaget, bukan karena dia melihat manusia berdiri diatas puncak pohon tetapi sesuatu benda yang mengganggu penglihatan Naruto, benda berwarna hitam yang terbuka lebar di punggung tuan Lucifer. Itu bukan jas, juga bukan jubah. Itu sepasang sayap hitam berkibar di kedua sisi punggungnya.

"Lucifer…" bisik Naruto pelan, berharap angin membawa bisikannya ke arah sosok yang dikaguminya. Detik berikutnya bayangan itu menjadi makin memburam, seperti debu yang tertiup angin hingga berakhir menjadi ruang kosong yang tidak ada apa-apa.

XxxXxxX


_ _10 Tahun Kemudian_ _

10 tahun sudah berlalu sejak peristiwa yang membuat Naruto tertegun.

Mengingat itu Naruto masih tidak yakin dengan pikiran juga dengan perasaanya. Siapa dia? Darimana dia berasal? Sayap itu, apakah itu asli atau hanya buatan manusia belaka? Beberapa pertanyaan itu masih terselip di benak Naruto setiap kali mengingat sosok hitam berdiri diatas sana sambil terus menatap Naruto dengan mata merahnya.

Naruto menggelengkan kepalanya mengusir paksa pikiran anehnya walaupun tidak akan berhasil, setidaknya dia berusaha. "Naruto-niichan…" suara seorang gadis kecil langsung membuyarkan pikiran Naruto. "Ino-chan.." Naruto tersenyum setelah mengetahui yang memanggilnya adalah adik perempuan kesayangannya.

Ino hanya tersenyum setelah mendapat tanggapan dari kakaknya ini, mata mungilnya melihat keadaan ruang keluarga di rumah kakek Jiraiya. Beberapa figura ditempatkan diatas rak perapian. Beberapa guci mewah dan barang antik lainnya terpajang indah dibeberapa sudut ruangan. Rumah kakek Jiraiya memang sangat luas dan megah, tak heran mata Ino selalu memandang beberapa barang yang menurutnya sangat aneh dan unik. Di sebelahnya, Minato dan Kushina sedang asyik mengobrol dengan nenek Tsunade sehingga tak menyadari kalau Ino sudah berjalan ke arah sebuah lemari.

Mata kecil Ino terus menatap tak berkedip ke arah sebuah patung berukuran 30 cm. patung dengan wajah yang tersenyum damai sambil menangkupkan kedua tangan seperti berdoa, di punggungnya tertancap dua buah sayap yang terbuka.

"Malaikat yang cantik kan, Ino sayang." Suara Kakek Jiraiya membuat Ino berbalik. "Malaikat?" Tanya Ino polos sambil terus menatap patung yang sedang di pegangnya.

Tak jauh dari sana, Naruto menatap kakek Jiraiya yang sedang mengobrol tentang malaikat dengan Ino. Malaikat? Pikiran Naruto berputar lagi kekenangannya 10 tahun yang lalu.

Apa dia malaikat? Tiba-tiba seperti ada yang menghantam kepalanya, Naruto harus memegangi kepalanya karena rasa pusing yang dashyat mulai menyerang saraf otaknya.

Malaikat bersayap putih, tetapi dia tidak memiliki sayap putih… lagi-lagi rasa pusing memaksanya untuk membungkuk menahan rasa sakit dengan tubuh gemetar.

Sayapnya berwarna hitam, itu berarti dia bukan malikat…. Keringat dingin bercucuran di wajah tan miliknya.

Sial, kenapa kepalaku menandak sakit begini disaat aku harus mengingat namanya… Naruto menggenggam erat dinding yang tidak dapat dicengkram, dia memaksa diri untuk berjalan keluar dari ruangan itu. Mungkin sedikit istirahat dapat membantunya pulih.

Siapa namamu… yang Naruto ingat hanya tatapan kosong dan kesepiannya, bibirnya yang terbuka membisikkan sebuah nama.

Apa…? Namamu siapa... Aku tidak dapat mendengarnya…. Naruto memegangi kepalanya yang sudah agak baikan.

.

"Kakek…. Kalau yang bersayap hitam apa namanya?" Tanya Ino kepada Kakek Jiraiya yang asyik mendongeng. "Namanya Lucifer, Ino sayang." Kakek Jiraiya menjawab dengan enteng pertanyaan cucu perempuannya tanpa menyadari ada orang yang terbelalak kaget mendengar nama itu.

Lucifer…. Naruto masih bereaksi dengan nama itu, dia masih dalam keadaan kaget yang entah kenapa langsung membuatnya lupa tentang sakit kepala yang mengganggunya.

Naruto bergegas ke luar ruangan sambil menarik Iruka-san, sang butler untuk pergi bersamanya, dia harus segera pulang untuk menjernihkan pikirannya. Shizune yang berada di depan rumah hanya kaget begitu tuan mudanya ini menyuruhnya mengatakan alasan kepada kakek Jiraiya bahwa dia sedang tidak enak badan dan ingin segera pulang, jadi terpaksa meninggalkan pertemuan keluarga itu. Shizune hanya mengangguk mengiyakan sambil melihat kepergian Porsche hitam milik Naruto meninggalkan rumah Jiraiya.

XxxXxxX


Di tempat lain, yang juga tidak bisa di bilang ramah karena tempat itu hanya khusus untuk bagi sebagian orang.

Tempat berkawah api dengan tanah yang terus mengeluarkan jilatan api yang tak pernah padam, uap panas dan racunlah yang menggantikan peran oksigen disana, bangunan yang lebih mirip tumpukan batu kasar mengisi kekosongan di wilayah itu, suara teriakan dan ratapan mirislah yang jadi lagu doa disana.

Tempat yang bagi manusia mengerikan dan bersumpah tidak akan pernah ingin berada disana. Sebuah Neraka yang selalu dihuni oleh para makhluk terkutuk dan terbuang. Di sana berdiri megah sebuah bangunan mengerikan yang disebut para makhluk halus sebagai kerajaan milik Raja Iblis.

.

"Kau melamun, Sasuke?" Sebuah suara berat mengganggu ritual suci seorang Pangeran Neraka yaitu menatap jendela yang menampilkan para setan berkeliaran, batu-batu kasar yang menghiasi permukaan tanah berapi dan teriakan minta tolong dari jiwa yang berdosa.

"Mau apa kau orang tua." Ciri khas Sang Pangeran, angkuh dan arogan, padahal yang dihadapinya adalah Sang Raja Iblis yang juga merangkap menjadi ayah kandungnya yaitu Uchiha Fugaku.

Raja Iblis masuk ke kamar anaknya itu, kemudian matanya beralih ke arah kasur yang penuh dengan para wanita iblis yang telanjang terlelap disana.

"Kau selalu bermain ya, Sasuke." Kata Ayahnya dingin, Sasuke hanya diam, dia terlalu malas menanggapi orangtua itu. Mata Sasuke beralih menatap para wanita iblis yang terlelap tidur, tsk… mainan rusak…

"Aku tidak bermain." Jawab Sasuke yang tak kalah dinginnya.

"Aku dapat laporan dari Sai, katanya kau selalu bermain-main di dunia manusia. Kau mengerti itu tidak diperbolehkan'kan, Sasuke. Kalau terjadi kerusakan antara dunia neraka dan manusia hal itu akan memicu kemarahan Tuhan." Kata Fugaku lagi sambil berjalan menuju sisi anak bungsunya ini.

"Sai… selalu dia yang jadi masalah. Dia hanya penjaga portal." Kata Sasuke dengan nada sedikit emosi. "Sasuke…. Sai bukan hanya penjaga portal dua dunia. Dia~…" Fugaku menghentikan kalimatnya ketika melihat Sasuke diselimuti amarah, matanya menatap tajam ke arah Fugaku.

"Jadi, aku yang bermasalah? Aku hanya mencari ketenangan yang tidak kudapatkan disini. Lihat! Disini hanya ada langit yang bahkan lebih gelap dari black hole, udara yang membuat pernapasanku sesak, dan pemandangan menjijikan setiap harinya. Kau ingin aku mendapat ketenangan dari sini? Jangan bercanda orangtua…" Sasuke berjalan keluar dengan cepat tanpa mempedulikan bahwa dia menabrak pundak ayahnya.

"Sasuke…" Fugaku menatap kepergian anaknya dalam diam. Aku harap anak itu tidak berbuat tindakan ceroboh…


Sasuke mengepakkan sayap hitamnya di langit malam dunia manusia setelah melewati Sai si penjaga portal. Kini, perasaanya mulai agak membaik tidak seperti tadi. Amarahnya pun mulai menguap ketika melihat kilauan sinar lampu bangunan di bawahnya.

Sasuke memutuskan beristirahat di salah satu bangunan gedung tinggi yang memilik atap lumayan luas. Sayapnya melipat perlahan ketika Sasuke mendarat dengan mulus dan tanpa suara di tepi atap gedung.

Matanya menatap para manusia yang berkeliaran di bawah, menatap keceriaan di wajah mereka, menatap kesedihan dan perasaan lain milik manusia. Pikirannya berusaha me-flas back kembali kenangan yang terpatri disana selama 10 tahun.

Kenangannya yang begitu berharga mengenai siapa namanya dan siapa dirinya, pertanyaan yang sederhana yang dilontarkan anak berumur 9 tahun. Anak dengan wajah bodohnya yang berusaha ingin dekat denganku, memberikanku cengiran bodohnya ketika memperkenalkan dirinya, menggembungkan pipinya ketika kesal, pipi yang memiliki tiga garis di masing-masing pipinya sebagai tanda lahir.

Yang paling kuingat adalah rambut emasnya yang begitu berkilauan ketika ditimpa matahari dan mata birunya yang begitu indah seperti langit seakan-akan aku bisa terbang di dalamnya.

Sasuke tersenyum ketika mengingat kenangan itu, matanya menampakkan kilauan kesepian sang Onyx.

Matanya beralih menatap bulan yang saat itu memang sedang bulat sempurna, menyorotkan lampu pucat ke tubuh Sasuke, sehingga mata Onyxnya tenggelam lebih ke dalam perasaan kesepiannya. Anak itu… sekarang sedang apa… apakah dia juga menatap bulan sepertiku…

-BRAAK-

Suara pintu atap gedung terbuka dengan kasar. Suara yang membuat Sasuke langsung berbalik dengan sikap waspada kemudian beralih menjadi sikap yang tertegun sesaat.

Tidak mungkin… mata onyx Sasuke melebar ketika menatap sesosok manusia dihadapannya yang sedang terengah-engah mengatur napasnya yang tidak beraturan.

Tidak mungkin itu dia… Sasuke masih tertegun dengan sosok laki-laki dihadapannya yang kini menyeka keringatnya sambil menyunggingkan senyum untuknya. Senyum terbodoh yang pernah dilihat oleh Sasuke.

.

.

"Akhirnya aku menemukanmu juga, Tuan Lucifer…"

.

~TBC~

Haloo... saya author baru di fandom ini ^_^

waaahhh... aku bingung mw bikin fic yang seperti apa lagi... hahahaha

bagi para senpai, mohon bimbingannya... apakah fic ini layak untuk di update lgi ato enggak... makasih...

review plis senpai... saya tidak tahu kekurangan saya... hehehehe