Title : See My Heart
Genre : Romance, drama, sad
Author :
Rated: T
Main Cast:
•Kim Tae Hyung(BTS-Boy)
•Joen Jungkookie(BTS-Girl)
other cast:
-Park Jimin(BTS)
-Hoesok(BTS)
-Kai(exo)
-Hoshi(seventeen)
-Taeyang(Bigbang)
-others
Ide dan alur cerita murni dari penulis sendiri. jika ada kesamaan bukanlah kesengajaan.
Happy Reading...!
Mata yang selalu melihatnya tanpa disadari telah mengikat wajahnya dalam memori ingatanku. Suaranya yang terdengar olehku tanpa izin juga telah terekam dengan indah. Bahasa tubuhnya, caranya bicara, berjalan dan menatap begitu sempurna dalam pandangan. Pengakuan yang begitu besar dan mendalam dari hatiku untuknya yang sebenarnya hanyalah laki-laki biasa diantara yang lain. Namun, hati yang penuh mencinta begitu lemah untuk bicara kata 'cinta'. Kekuatan terbesar yang aku punya hanyalah menjinakkan hatiku yang seakan menjadi bom yang siap meledak karena menahan perasaan yang begitu besar. Perasaan yang entah bagaimana semakin hari semakin tumbuh hingga menyesakkan hati bahkan tubuhku. Dan sekarang, aku benar-benar tidak tahu sampai kapan pertahanan hatiku ini akan bertahan. Entah hari ini, esok, lusa atau mungkinkah hingga akhir? Semuanya aku serahkan pada garis kehidupan yang membawaku.
Seperti biasa aku melihatnya dengan tatapan yang terlihat begitu santai seolah tak terjadi apa-apa. Entah ia menyadari atau tidak bahwa selama ini hatiku selalu terpikat padanya, yang pasti tidak pernah ada yang berubah.
Srrrh… Darahku mengalir deras seperti biasa setiap kali aku melihatnya diiringi detakkan jantung yang seakan mau lompat keluar dari tubuhku dan mengejarnya. Hmmm… Ini adalah kebiasaan yang bahkan sekarang menjadi kebutuhan bagiku. Setidaknya bisa menjadi pacu jantung kehidupanku meski ku belum tahu pasti kemana arahnya.
Dia dan hidupnya adalah daya tarik baginya dan beberapa orang disekitarnya. Sesorang yang tidak punya waktu untuk sendiri atau menyendiri selama yang aku tahu. Dengan memegang satu buku ditangan kanannya sambil berbincang dengan tiga orang teman laki-lakinya dan dua orang teman perempuan. Pembicaraan yang terlihat begitu akrab dan hangat serta sekali-kali mereka tertawa. Sebenarnya aku tidak begitu tertarik dengan kehidupan seperti itu. Yah memang pergaulan yang diharapkan banyak orang, tapi entah kenapa terasa ada kebohongan didalamnya. Perasaan yang aneh yang tidak pernah bisa ku mengerti sejak dulu. Yang aku tahu pasti ,aku hanya tertarik padanya, aku bisa menerima seperti apapun kehidupan yang dia jalani karena aku juga gak punya alasan untuk membenci cara hidup seperti itu.
Kim Tae Hyung. Namja yang sejak 4 tahun lalu menyita perhatian dan fikiranku. Waktu itu aku masih kelas 2 SMA. Ia menjadi murid pindahan ke sekolahku karena alasan pekerjaan orangtua. Meskipun aku dan dia berada dikelas yang berbeda, entah kenapa pandanganku selalu tertuju padanya sejak kali pertama melihatnya. Ia bagaikan magnet yang begitu kuat menarik diriku padanya, tapi kenyataanya aku bahkan belum pernah bicara 1 patah katapun padanya. Mungkin karena aku memang tidak begitu suka bergaul seperti yang lain. Aku lebih senang menghabiskan waktu sendiri dengan fikiranku dan parahnya lagi aku gak pernah percaya dengan yang namanya sahabat. Sebuah pemikiran yang tak harus ku pertahankan, tapi juga tak bisa kulepaskan. Dan sekarang kami sudah semester 2, berada di universitas dan jurusan yang sama yaitu Teknik Informatika namun kesempatan untuk berada dikelas yang sama masih sebuah angan. Dan ini bukanlah kebetulan aku memang sengaja mengambil jurusan ini supaya aku tetap bisa melihatnya. Aku benci jika harus mengakuinya, tapi aku memang lebih mementingkan ego perasaanku melebihi apapun. Karena egoku itu juga yang membuat sesak cinta dalam hatiku tak pernah menurun.
"Jungkookie…!"
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara yang memanggil namaku keras. Dia adalah Park Jimin teman 1 kelasku.
"Hmm… Jimin. Ada apa?". Aku menjawab dengan menarik nafas panjang karena walau bagaimanapun ia benar-benar mengagetkanku.
"Apa kamu udah ngumpulkan tugas makalah algoritma kemaren?".
"Owh… Belum. Wae? " aku bertanya dengan sedikit heran.
"Wah… Kosmanya tadi bilang tugasnya terakhir dikumpul hari ini. Kalau nggak, gak bisa ikut UTS besok. Tepatnya 1 jam lagi. Mendingan kamu temuin pak Taeyang sekarang diruangannya " Jelas Jimin.
"OK. Kalau gitu aku nemuin bapak dulu" jawabku dengan santai.
"Kok kamu santai banget? Emangnya kamu udah selesai?"
"Belum sama sekali. Tapi… Ya udah.. aku pergi dulu."
Sudah menjadi kebiasaanku, tidak mencemaskan sesuatu yang harusnya dicemaskan. Aku dengan santai pergi keruangan dosen.
"Pak, bisa kasih saya tambahan waktu pak untuk tugasnya? Saya belum ada progress pak. Saya janji akan mengumpulkannya besok. Tolong beri saya kesempatan.". Hoesok memohon dengan nada penuh cemas pada pak Taeyang.
Ternyata ia juga belum menyelesaikan tugasnya sama sepertiku. Meskipun ia bukan murid yang pandai tapi ia selalu berusaha melengkapi tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen. Jadi dia begitu memperhatikan nilai.
"Kamu tahu, saya tidak bisa mentolelir waktu. Bukankah saya sudah memberi waktu 2 hari? Bagaimana mungkin kamu bisa tidak mendapatkan info?" jawab pak Taeyang dengan tegas.
"Maaf pak, teman-teman gak ada yang beritahu saya"
"Kalau begitu seharusnya kamu yang bertanya. Nggak perlu nunggu teman kamu duluan yang ngasih tahu. Dan saya tidak menerima alasan apapun. Yang saya tahu tugas itu harus sudah terkumpul paling lambat 1 jam dari sekarang". Tegas pak Taeyang lagi.
"Iya. Permisi pak". Hoesok pergi dengan wajah yang menyedihkan.
Aku masih berada diruangan dosen saat Hoesok pergi, dan tiba-tiba salah seorang yeoja langsung masuk dan berbicara dengan pak Taeyang.
"Pak, tugasnya boleh ya dikumpul besok. Saya belum ngerjakan pak, soalnya kemaren saya ada urusan keluarga pak. Boleh yah?!". Hoshi memelas dengan centil pada pak Taeyang.
Hoshi memang termasuk mahasiswi yang cantik dan disenangi beberapa dosen terutama dosen laki-laki. Namun, walau bagaimanapun aku tidak menyukai sifatnya yang seperti itu, ia hanya mengandalkan wajah dan harta untuk mempermudah urusan.
"Owh gitu. Apa segitu pentingnya sampai-sampai mengesampingkan tugas perkuliahan?". Jawab pak Taeyang datar.
"Iya pak. Orang tua memaksakan saya untuk ikut juga, jadi saya gak bisa menolak."
"Ok. Tapi ingat ya, Cuma 1 hari. Kalau besok tidak selesai maka tidak ada kesempatan lagi". Pak Taeyang bicara sambil tersenyum.
"Makasih… makasih banyak ya pak. Bapak memang terbaik"
Sudah kuduga pak Taeyang pasti memberi Hoshi kesempatan yang seharusnya juga ia berikan pada Hoesok. Melihat keadaan yang terlanjur seperti ini aku mengulurkan niatku untuk meminta kompensasi pada pak Taeyang. Aku pergi meninggalkan ruangan tanpa bicara apapun. Sebenarnya aku tidak begitu peduli dengan nilai seperti halnya yang lain. Bagiku itu bukan masalah besar, jika tidak lulus pada semester ini masih ada tahun depan untuk mengulang. Aku belum menargetkan apapun. So, santai aja.
Ketika aku melangkah keluar aku merasakan suasana yang berbeda. Perlahan aku melangkah ke tempat yang luas untuk melihat langit. Tak seperti biasanya, segerombolan awan hitam menari-nari diantara bayang-bayang sinar matahari. Padahal beberapa menit yang lalu sebelum aku memasuki ruang dosen langit tampak begitu cerah. Perputaran angin juga berbeda dan membawa sensasi takut pada tubuhku. Dan tiba-tiba aku menjadi merinding. Angin itu terasa akan turut membawa hidupku dalam putarannya. Selintas terfikir dibenakku, andaipun akan terjadi perputaran, aku harap itu adalah hal yang baik.
Karena cuaca yang mulai meredup dan sebentar lagi sepertinya akan turun hujan lebat aku memutuskan untuk pulang. Apalagi aku sudah tidak memiliki jadwal lagi. Namun ketika aku ingin melangkahkan kaki untuk pulang.
"Hey…" Seseorang memanggilku.
Suara yang tidak asing. Suara yang membuat desiran darah dan detakkan jantungku seakan bertarung. Sampai-sampai tubuhku terasa begitu lemas menahan medan pertempuran dalam tubuhku. Jika hatiku adalah kaca sudah pasti akan pecah saat ini. Jika hatiku adalah bom maka pasti meledak. Jika hatiku adalah besi pasti akan meleleh. Jika hatiku tak sekuat itu, aku pasti akan sudah melompat kearahnya. Tapi tidak, aku adalah wanita yang mengataskan harga diri diatas yang lainnya.
"Yah…".Jawabku dengan dengan berbagai macam perasaaan yang tak bisa kupastikan apa itu. Semua yang telah berlalu melintas dalam fikiranku, setelah banyak waktu yang kulalui, ini adalah pertama kalinya dia memanggilku dan pertama juga untukku menjawab panggilannya. Ini adalah pertama kali kami benar-benar bertatapan mata dengan jarak yang begitu dekat, tak lebih dari 1 meter didepanku.
"Apa ini bukumu?". Sambil melihat buku ditangan kanannya padaku.
"Ah… Iya. Gomawo." Dengan sedikit gemetar dan gugup aku mengulurkan tangan dan mengambil buku itu.
"Sama-sama". Tae Hyung membalas ucapanku dengan senyum.
Akupun membalas senyumannya. Untuk pertama kalinya dia tersenyum benar-benar padaku.
Ternyata aku tidak sengaja meninggalkan buku ditempat dudukku tadi, ketika aku ingin menemui pak Taeyang. Tapi bagaimana bisa? Dia? Kim Tae Hyung? Sungguh terasa seperti mimpi yang indah. Bahkan aku ingin sekali menghentikan waktu saat ini. Dan melihat dengan jelas wajahnya. Hem… aku sangat bahagia.
"Emmm… Apa kamu ada waktu luang sekarang?". Tanyanya dengan nada bicara yang terdengar sulit.
"Hah….". jawabku spontan karena kaget.
Srrrhhh…. Darahku seketika mengalir lebih deras dari biasanya.
"I i…Iya. Ada yang bisa aku bantu?". Aku menjawab dengan berat dan penuh kebinguan.
"Ruang 401. Aku harap kamu bisa datang". Tae Hyung bicara dengan santai sekarang dan pergi.
"Owh… OK"
Aku kembali memandangi langit sejenak dan merasakan hembusan angin yang berbeda itu. Dalam hatiku berkata " Aku harap perputaran cuaca ini adalah pertanda baik untukku". Meskipun aku tahu itu bukanlah cuaca bagus.
Dengan berbagai perpaduan perasaan dalam hati, senang, kaget, takut dan harapan memenuhi fikiranku. Aku bahkan tidak bisa berfikir jernih untuk saat ini. Tanpa memikirkan berbagai kemungkinan aku hanya melangkahkan kaki menuju ruang 401 sambil membayangkan wajahnya yang sambil tersenyum padaku tadi.
Setelah berjalan sekitar 3 menit akhirnya aku sampai di depan kelas itu. Aku berhenti sejenak, setidaknya aku harus menata sedikt hati dan fikiranku yang kacau tadi agar aku tidak bertindak sembrono. Aku menarik nafas panjang dan memasuki ruangan dengan langkah tenang. Dan aku melihat 2 sosok laki-laki yang berdiri di ruang itu. Mereka adalah Tae Hyung dan Kai.
"Terimakasih karena sudah mau datang. Jungkookie." Tae Hyung memulai pembicaraan dengan senyuman.
Sebuah senyuman yang terasa menyakitkan untuk aku lihat sekarang. Aku merasakan ada yang salah disini. Meski dia belum mengatakan apa-apa, tapi aku sepertinya tahu kemana arah tujuannya sekarang.
"I…ya." Jawabku dengan nada yang terasa berat dan sulit untuk diucapkan. Bahkan aku tidak mampu melihat wajahnya saat ini.
"Kamu pasti kenal Kai kan?" Sambil melihat kearah Kai. "Aku sengaja meminta kamu buat datang kesini karena ada sesuatu yang Kai ingin sampaikan ke kamu tapi ia nggak berani bicara langsung. Nah.. sekarang kalian punya waktu berdua aku harap semua akan menjadi hubungan baik buat kalian". Jelas Tae Hyung tentang alasan kenapa dia meminta aku untuk datang kesini.
Meskipun aku sudah tahu itu ketika memasuki ruangan ini, tapi tetap saja mendengar langsung dari dia membuat hatiku benar-benar remuk dan tercabik-cabik. Pecahan-pecahan kaca seakan menusuk di sekujur tubuh. Perasaan yang terlihat indah dalam pandangan berubah suram dan menakutkan seperti halnya langit yang ku lihat tadi. Rasa ini benar-benar menyakitkan. Tubuhku terasa kaku dan beku. Kedua tanganku mengepal dengan kuat, mulutku membisu dan gigiku terasa menyatu. Aku serasa mati rasa.
Tae Hyung mulai melangkah untuk pergi meninggalkan ruangan dan membiarkan waktu untuk aku dan Kai berdua. Terasa begitu aneh dan asing. Fikiranku tak menentu. Dalam hitungan detik lagi iya akan pergi dan melewati diriku. Entah dalam keadaan sadar atau tidak, tanganku tergerak memegang pergelangan tangannya dan langkahnya pun terhenti. Tangan yang terasa begitu dingin.
"Ada apa?" Tanyanya heran sambil melihat kearahku.
Waktu terasa terhenti sejenak. Aku menarik nafas sambil memejamkan mata untuk mempersiapkan diri menjawab pertanyaanya.
"Aku gak punya waktu untuk ini. Apa kamu fikir aku cewek gampangan. Aku bahkan gak pernah tahu siapa dia dan nggak mau tahu tentang dia. Artinya aku nggak tertarik sama sekali dengannya" Jawabku dingin dan ucapan yang terdengar kasar. Tak pernah terfikir olehku akan menghadapi situasi yang seperti ini. Ucapanku itu hanya keluar begitu saja.
"Bukan begitu maksudku, kamu bisa memberi waktu untuk kalian berdua saling mengenal. Saling menyatukan hati satu sama lain dan…"
"Kenapa kamu nggak gunakan keinginan menyatukan itu untuk diri kamu sendiri? Kamu bahkan nggak bisa melihat hati orang lain. Jadi jangan pernah bicara soal hati orang lain lagi… didepanku." Aku memotong pembicaraannya dan bicara dengan tegas. "Maaf, kamu sudah tahukan jawaban apa yang akan ku berikan?. Kamu berhak mendapatkan yang layak buat kamu" lanjutku sambil melihat kearah Kai.
Perlahan aku melepaskan tangan Tae Hyung dan bergegas pergi dari tempat mencekam itu. Tanpa memperdulikan keadaan Kai. Aku sama sekali nggak peduli. Kali ini aku benar-benar hancur. Meski Kai bahkan Tae Hyung menganggap aku wanita yang kejam dan tidak berperasaan. Tidak ada yang bisa ku perbuat. Bendungan yang ku rakit selama 4 tahun ini hancur sudah hanya dalam hitungan detik. Berakhir sudah.
Aku berlari menjauh dari tempat ini menuju parkiran motor maticku. Bergegas pulang menerobos curahan hujan yang begitu lebat dalam suasana hari yang mulai gelap karena mendung. Disertai sambaran dan suara petir yang saling bersautan diangkasa. Semua ini seakan mewakili perasaanku saat ini. Ditemani hujan gelap aku mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Tangisanku akhirnya pecah bersamaan dengan air hujan. Tidak pernah aku menangis seperti ini sebelumnya. Hati yang mencinta akhirnya tergores… ah tidak, bahkan hancur lebur. Bukankah seharusnya ini indah? Tak harus menyakiti seperti ini. Aku… apa yang akan terjadi padaku setelah ini?.
Setelah beberapa menit aku akhirnya tiba dirumah. Untungnya aku tinggal sendirian di rumah ini. Jadi aku bisa menangis sepuasnya tanpa takut dilihat ataupun didengar orang lain. Sesampainya dirumah, dengan tubuh yang membeku karena hujan aku membuka pintu dan masuk. Setelah menutup pintu tanpa menguncinya, aku berdiri sambil menyandarkan tubuhku kepintu. Seketika tangisanku pecah lagi. Aku benar-benar tidak bisa menahannya kali ini. Aku menangis lepas. Bahkan sepertinya aku juga melepaskan bom yang selama ini tersegel di hatiku. Aku berfikir kalau aku akan benar-benar gila.
"Aaaaahh…" Teriakku keras.
"Kenapa kamu lakukan ini semua padaku? Aku masih bisa terima jika itu orang lain. Tapi mendengarnya keluar langsung dari mulutmu. Aku benar-benar sakit. Dimana letak hatimu? Apa hatimu benar-benar buta? Apa kamu tidak bisa melihat hati yang selama bertahun-bertahun selalu terpikat padamu? Hati yang bahkan tak bisa diukur seberapa besar perasaan yang membebani aku selama ini. Hati yang bahkan tidak mengharapkan balasan selagi aku masih bisa melihatmu. Itu sudah cukup menjadi kebahagiaan yang terbaik untukku. Tolong jangan ambil kebahagiaan terbesar hidupku. Tolong…! Hiks…hiks…hiks…" Kata-kata yang terucap dengan emosional dalam tangisan.
Selama sekitar 2 jam aku duduk menyandar dipintu sambil menangis. Aku bahkan tidak mengeringkan pakaian sama sekali. Awan gelap yang menyelimuti hatiku sepertinya sudah mulai membuka celah seperti halnya hujan yang mulai mereda. Tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu satu kali yang terdengar sedikit pelan dan berhati-hati. Tanpa berfikir panjang aku membuka pintu.
Betapa mengejutkan melihat apa yang ada dihadapanku saat ini. Iya. Tae Hyung. Aku benar-benar terkejut melihat dia bisa berada di rumahku. Aku melihat dari ujung rambut hingga kaki. Aku mulai berfikir apa aku sekarang sedang bermimpi? Atau berhalusinasi? Aku tidak tahu. Yang pasti dia berpakaian basah kuyup namun sudah terlihat mulai mengering seperti halnya baju yang ku kenakan.
"Jungkookie…!" Tae Hyung memanggilku. Dengan suara gemetar karena kedinginan. Dan menyadarkan aku bahwa ini nyata.
Aku hanya bisa menatap kosong kearahnya.
"Jungkookie, aku minta maaf soal kejadian…."
"Bagaimana kamu bisa sampai kesini". Aku menyela perkataannya.
"Ehmm… Maaf, aku mengikuti kamu"
"Itu artinya…." Aku langsung tersadar tentang ucapanku tadi.
Jika memang dia mengikuti pasti dia mendengarnya. Aku langsung mencoba melarikan diri dengan masuk kerumah dan mengunci pintu. Namun sayangnya, aku tidak bisa melawannya. Tae Hyung menahan pintu dan berhasil masuk.
"Kalau begitu kamu pasti mendengar semuanya". Aku bicara sambil membalikkan badan dari arahnya.
"Ya. Aku mendengar semuanya."
Aku hanya bisa menundukkan kepala. Dan menanyakan pada diriku sendiri. Inikah akhir dari semua yang aku lakukan? Haruskah berakhir dengan memalukan seperti ini? Setidaknya kalaupun harus berakhir, aku ingin mengakhiri dengan indah.
Tiba-tiba tanpa aku sadari, waktu saat itu terasa terhenti. Begitu hening, tidak ada sepatah katapun yang dia ucapkan begitupun aku. Tae Hyung yang berdiri di belakangku hanya terdiam paku. Entah apa yang sekarang difikirannya, tapi yang pasti aku tidak punya kekuatan untuk menjelaskan semua ataupun melakukan pembelaan diri. Akalku sudah mencapai batasnya sekarang, bahkan untuk membalikkan badan terasa sulit. Namun dengan sedikit kekuatan yang tersisa dengan perlahan dan berat aku membalikan diri kearahnya. Sekarang dia benar-benar didepanku, tapi aku belum sanggup menatap matanya.
Tiba-tiba aku melihat Tae Hyung menggerakkan kaki kanannya dan perlahan mendekati aku. Aku hanya bisa tertunduk diam. Tanpa aku sadari tiba-tiba tubuhku terasa begitu hangat. Ternyata, Tae Hyung memberikanku pelukan. Tangan kanannya menekan kepalaku agar bersandar ditubuhnya seolah memberikan isyarat untukku melepaskan semua beban. Tangan kirinya menyentuh pundak kiriku seakan mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Dan memang, pelukan itu mampu membuatku merasa begitu nyaman dan tubuhku sekarang menjadi seringan kapas. Sesak yang selama ini memenuhi diriku seakan goyah tanpa rasa sakit.
"Maaf… Maafkan aku Jungkookie. Aku benar-benar nggak tahu apa yang harus aku katakan sekarang. Aku begitu bodoh. Aku tidak bisa melihat hatimu selama ini. Aku nggak pernah tahu apapun. Maaf, untuk perasaan yang begitu dalam untukku. Juga… terimakasih untuk setiap waktu yang kamu habiskan dengan memikirkan aku. Setiap detik yang berlalu untuk melihatku. Dan terimakasih untuk setiap hari yang kamu lalui dengan selalu mempertahankan rasa itu untukkku. Aku tahu itu pasti berat untukmu. Aku berjanji, pasti akan melihat hatimu lebih dalam dan mencoba untuk memahaminya.". Tae Hyung memberikan pernyataan dengan begitu yakin tapi masih terdengar nada kaget yang keluar dari ucapannya. Mungkin hal ini tak pernah terfikirkan sama sekali olehnya. Dan aku bisa mengerti itu.
Setelah beberapa saat ia mulai melepaskan pelukannya. Aku masih belum bisa berkata apapun. Aku bahkan belum bisa memastikan perasaan yang seperti apa sekarang mendominasi diriku. Entah perasaaan senang, kaget, takut atau mungkin segalanya bercampur.
"Kamu nggak perlu berjanji. Dari awal aku tidak pernah mengharapkan apapun. Lagian…Meskipun kamu udah tahu perasaan aku ke kamu, bukan berarti kamu benar-benar sudah bisa melihat hatiku." Jawabku datar. Dan sekarang aku bicara sambil menatap matanya.
"Aku tahu itu. Tapi karena aku sudah terlanjur berjanji maka pasti akan aku tepati. Aku pasti bisa melakukannya bahkan lebih dari itu". Tae Hyung menjawab dengan penuh keyakinan sambil tersenyum." Tapi sepertinya sekarang aku harus pulang. Aku harap kamu nggak sakit dan bisa melihatmu besok." Ucapan selamat tinggal yang begitu manis buatku disertai senyuman yang meneduhkan hatiku.
Kenyataan yang tidak pernah terfikir olehku selama ini. Ia yang begitu jauh bagiku sekarang begitu dekat dan menghangatkan. Akan begitu tak pantas jika aku masih mengharapkan sesuatu yang lebih dari ini. Tapi aku tetap bahagia mengetahui dia adalah laki-laki yang lebih hebat dari yang aku fikirkan.
-o-
Maaf ceritanya mungkin garing and gaje juga aneh mohon dimaklumi ya. Soalnya ini adalah ff pertama ku jadi belum berpengalaman dan banyak sekali kekurangan. Jadi mohon pengertian and bantuannya juga.
Ea, fanfic ini akan berlanjut sesuai reviewnya. Karena sebenarnya ini baru permulaannya ajha. Jadi buat yang ingin ff ini dilanjutin please reviewnya ya.
aku juga mau ngucapin selamat buat Uri Bangtan yang udah melakukan kerja keras dan memberikan penampilan terbaik sepanjang tahun 2015. semoga tahun ini mereka bisa lebih bersinar lagi.
Gomawo and salam kenal Army...
Fighting
