Aku cuman minjem characternya aja, Naruto hanya milih Mashasi seorang.

.

Crush

I like you, I just like you.

.

.

.

.

.

"Sasuke-kun, a-aku menyukai Sasuke-kun. Aku mau jadi pa-"

Langkah ku berhenti ketika melihat gadis dari kelas satu itu menyatakan perasaanya terhadap Sasuke, aku sembunyikan tubuhku di belakang tembok untuk mendengar pembicaraan mereka. Uchiha Sasuke, laki-laki yang memiliki garis ketampanan di atas rata-rata, di tambah otaknya yang pintar dan berasal dari keluarga terkaya se asia, yang membuat gadis mana saja tunduk di depannya.

Sayang di sekolah ini dia di cap nakal. Dalam sebulan dia hanya masuk 4-5 kali, selalu tertidur di kelas, berkelahi, dan cabut dalam pelajaran. Tidak bisa di pungkiri ada gadis yang berani menembaknya, padahal banyak orang yang takut padanya.

"Aku menyukai orang lain,"

DEG.

Eh?

"..."

"Lupain aja perasaan itu, cari yang lebih pantas karena aku tidak akan menyukaimu,"

Jahat..

Gadis itu hampir menangis di tempat ketika Sasuke pergi meninggalkannya.

Pasti rasanya malu dan sakit di tolak seperti itu, pikirku.

Karena aku memiliki perasaan yang sama seperti gadis itu.

.

.

.

"Sakura!"

Eh?

Aku menoleh menatap sahabat pirangku yang cerewet tengah mengerucutkan bibirnya, menatapku dengan malas.

"Melamun lagi, eh?"

Aku hanya menggaruk tengkuk yang tidak gatal dan tertawa garing. "Hehe, gomen, Ino."

"Apa kau melamunkannya lagi?" Tanya Ino dengan senyum misteriusnya.

"Hmm?"

"Sa-su-ke,"

Blush.

"A-ano i-itu-"

Ino tertawa kencang hingga tergoncang-goncang melihat muka ku yang memerah, di tambah aku yang mulai gagap seperti Hinata. Jika dia bukan sahabatku mungkin aku sudah menendang pantatnya.

"Ne, Sakura-chan. Tell me!"

Aku menatapnya horror, apa-apaan itu "Sakura-chan", ia bisa memanggilku seperti itu jika ada yang ia inginkan dariku. Hah... berbohong pada Ino juga tidak ada gunanya.

"Aku melihat Sasuke menolak seorang gadis," ucapku datar.

Ino sedikit terkejut, dia meminum minumannya yang tinggal setengah. Ah ya, sekarang kami ada di kantin yang ramai karena sekarang jam istirahat.

"Benarkah? Tidak biasanya ada yang berani menembaknya,"

Aku mengangguk setuju, "gadis itu junior kita. Dan Sasuke menyuruh gadis itu untuk melupakan perasaanya karena–"

Ino menatapku perasaan. Aku sengaja menggantung kata-kataku karena aku tak sanggup menerima kenyataan yang kemarin ku dengar.

"–karena Sasuke menyukai gadis lain."

"Waw,"

"Apa?"

Aku menatap gadis Ino bingung yang tersenyum penuh arti terhadapku.

"Mungkin saja itu kau,"

BLUSH.

"Itu tidak mungkin!"

Kenapa aku mudah sekali deg-degan sih?

"Terbukti, kau kan sudah menjadi temannya sejak kecil, Sakura. Mungkin saja Sasuke selama ini memiliki rasa yang sama dengan mu." Balas Ino dengan seringainya.

Teman masa kecil ya?

"Apa yang kau maksud selalu datang ke acara resmi keluarga setiap 6 bulan sekali, tanpa pernah sekalipun bertatap muka bahkan mengobrol itu namanya teman kecil?"

Keluarga ku dengan keluarga Sasuke memang selalu bertemu setiap 6 bulan sekali, karena keluarga kami termaksud salah satu perusahaan terbesar se-Asia. Jadi aku selalu bertemu dengannya sejak umur kami 10 tahun meskipun dia tidak pernah melihat ke arahku. Tapi 2 tahun ini dia tidak lagi datang ke acara perusahaan terbesar se-Asia, entah kenapa aku tidak tahu. Jika seaandainya aku dekat dengannya mungkin aku bisa menanyakan hal tersebut.

Ah ya seaandainya aku dekat dengannya...

Tapi dengan melihatnya setiap hari di sekolah aku sudah cukup senang, kami satu sekolah sejak SMP. Mungkin dia tidak menyadarinya atau tak pernah tau bahwa aku satu sekolah dengannya.

"Bukan sih, hehe" ucap Ino nyengir kuda. "Ah, Sakura."

"Hmm?"

"Apa tidak ada rasa menyerah untuk terus meyukai Sasuke?"

Menyerah?

Ada sih..

"Haruno,"

Aku tersentak kaget mendengar suara khas laki-laki yang memanggil marga keluargaku. Aku terkehut ketika menoleh yang memanggil ku tadi adalah Sasuke.

Sasuke!?

"Ada apa?"

Dia memberikan ku sebuah undangan resmi dengan lambang Uchiha di tengah Undangannya. Aku membukanya, ternyata undangan ulang tahun perusahaan Uchiha. Ketika aku ingin menoleh kembali ke Sasuke dia sudah menghilang, ku tolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri mencarinya.

"Dia sudah pergi," ucapi Ino tiba-tiba.

Ah ya mana mungkin dia mangajak ku bicar, bahkan dia memanggil nama belakangku.

"Jadi itu undangan apa? Kencan?"

BLUSH.

"INO!"

.

.

.

"UCHIHA ITU MEMBOLOS LAGI! KURANG AJAR DIA SAMA SEKALI TIDAK MENGHARGAIKU SEBAGAI GURU!?"

Aku menutup telingaku mendengar suara Orochimaru-sensei marah-marah ketika dia bertemu dengan ku di lorong kelas dan menanyakan ku tentang keberadaan Sasuke. Uhh Sasuke.. kau dalam masalah besar.

Aku hanya tersenyum paksa lalu berjalan pelan meninggalkan sensei galak itu pergi menuju kelas ku. Bukannya aku membolos juga seperti Sasuke, tapi tadi aku izin untuk ikut rapat Osis, karena aku wakil ketua Osis.

Aku mendesah pelan memikirkan Sasuke yang bolos lagi, padahal tadi aku melihatnya –ketika memberikan ku undangan. Kemana lagi Uchiha tampan itu?

"Loh? Sakura-chan?"

Eh?

"Oh Hai, Konan-sensei," aku tersenyum ketika melihat guru kimia ku.

Dia tersenyum canggung,"Sakura-chan, jangan panggil aku seformal itu, panggil aku seperti biasa saja. Aku merasa tua jika di panggil seperti itu."

Senyumku semakin lebar. Konan ini salah satu anak dari perusahaan terbesar se-Asia. Aku sering bertemu dengannya di acara perusahaan, dan dia selalu menjadi teman ku ngobrol jika aku bosan di acara, bisa di bilang aku mengenalnya sejak kecil. Umurnya lebih tua 7 tahun dari ku, umurnya masih cukup muda untuk menjadi guru, oleh karena itu kadang-kadang dia merasa tidak enak di panggil sensei oleh ku.

"Ne.. ne.. Konan-nee," aku terkekeh geli melihat pipinya yang memerah, dia memang sangat manis. Aku melihat ada noda putih di ujung bibirnya, eh? "Konan-nee, ada noda putih di dekat bibir mu.

Dia terlihat gelagapan menghapus bibirnya dengan telapak tangan, mukanya semakin memerah malu. "Ah, Sakura-chan apa yang kau lakukan di lorong kelas di saat pelajaran berlangsung? Kau membolos eh?"

Aku cepat-cepat menggeleng, "Lie, aku habis rapat osis,"

Konan-nee tersenyum, lalu mengacakak kepalaku gemas, "Ne, terus berprestasi ya Sakura-chan! Ganbatte!"

Aku mengangguk semangat, lalu tersenyum.

"Kawaii! Seaandainya kau adik ku Sakura-chan! Kau sangat manis!" ucapnya girang, benar-benar tidak seperti guru. "Sepertinya aku harus kembali ke ruang guru, jaa Sakura-chan!?

"Jaa, Konan-nee,"

Lalu dia pergi menghilang di belokan.

Hah sebaiknya aku kembali ke kelas.

Aku kembali berjalan dan tiba-tiba ada suara derap kaki yang sangat cepat dari arah Konan-nee jalan tadi. Tunggu dulu sepertinya aku kenal rambut pantat ayam itu, eh Sasuke?

Deg.

Deg.

Deg.

Kenapa deg-degan gini?

Dia terus berjalan, mata onyx hitamnya turus menatap lurus ke depan. Dan dia melewati ku.

Bodoh kalo dia berhenti menyapaku.

"Haruno,"

"Eh?"

Aku menoleh ke arahnya yang melihatku dengan pandangan datar. Apa dia berhenti berjalan untuk mengobrol dengan ku?

"Apa kau melihat Konan?"

Pemikiranmu bodoh Sakura..

Aku sudah bilangkan Konan-nee itu salah satu anak perusahan terbesar di Asia kan? Sasuke dan Konan juga sering bertemu, dan boleh ku akui mereka cukup akrab. Dengan sikap Konan-nee yang mudah bergaul sudah pasti dia gampang dekat dengan Sasuke.

Tapi tunggu dulu...

Buat apa Sasuke mencarinya?

"Tadi dia lewat ke arah sana," tunjukku ke arah tempat Kona-nee pergi menghilang. Lalu dia berjalan pergi begitu saja tak memperdulikanku yang menatap punggungnya sedih.

"Sasuke..."

Dia bahkan tak menatapku..

"Baka, setidaknya ucapkan terima kasih,"

.

.

.

Acara keluarga Uchiha terlihat sangat ramai, posisiku sekarang terasingkan jauh di pojok aula dekat dengan balkon yang mengarahkan ke arah halaman belakang. Aku menghela nafas bosan, di saat seperti ini aku membutuhkan teman mengobrol. Dan ngomong-ngomong sejak tadi aku tidak melihat Sasuke, dimana dia?

Aku memutuskan untukpergi kebawah, ke halaman belakang untuk menyegarkan pikiran dari acara membosankan ini. Mungkin dengan jalan-jalan berkeliling mencari angin bisa membuatku segar kembali.

Tap.

Aku berhenti di depan labirin, mataku sedikit membulat melihat kejadian dimana Itachi-nii –kakaknya Sasuke– dan Konan-nee berciuman mesra di depan labirin yang ada di halaman belakang. Aku cepat-cepat pergi dari tempat itu dan berhenti di kolam air mancur sekitar situ.

Deg..deg..deg..

Kenapa aku deg-degan gini melihat mereka berciuman? Aku merasakan pipiku memerah. Ah memalukan!

Brak!

Tiba-tiba aku mendengar suara benda jatuh di dekat semak-semak, uhh aku jadi merinding gini, malam-malam berjalan-jalan di halaman belakang adalah ide yang sangat buruk. Aku lupa kalau aku cewek yang sangat penakut. Jadi kuputuskan untuk menghiraukannya saja.

Eh tapi penasaran juga sih.

Aku mulai berdiri dan berjalan mendekati suara tersebut itu berasal, mengabaikan rasa takutku yang sekarang terkalahkan dengan rasa penasaran.

Srek!

Eh?

Kotak?

Kotak pink yang sangat manis di hiasi dengan berbagai macam gambar unicorn. Aku mengambil kotak berukuran kecil itu dan membersihkannya dari tanah. Aku ingin membukanya tapi itu bukan hak ku, karena itu bukan milikku. Aku melihat ke kanan dan kiri mencari sang pemilik mungkin saja masih di sekitar sini, siapa tahu pemilik kotak ini mencarinya. Tidak ada orang. Lalu pandangan ku atas balkon yang jaraknya tidak jauh dari barang ini terjatuh. Dan aku melihat...

Eh?

Sasuke?

Wajahnya tak terlihat karena tubuhnya yang menutupi sinar malam, tapi aku bisa mengetahui itu Sasuke dari rambut pantat ini kotak miliknya? Tapi untuk siapa?

Srek!

Sasuke yang tadinya pandanganya lurus ke depan ke arah labirin, kini beralih kepadaku. Cepat-cepat aku menunduk, aku begitu takut melihat wajahnya entah kenapa. Jantungku berdetag dengan cepat, uhh Sasuke. Saat aku melihat ke atas lagi, Sasuke sudah tidak atas di tempat. Eh? Dia hilang kemana?

Jadi kuputuskan untuk membawa kotak itu dan kembali duduk di dekat air mancur. Nanti bila aku bertemu dengan Sasuke itu, aku akan mengembalikannya. Akhirnyaaku tau topik apa yang akan kubicarakan dengan Sasuke nanti. Tanpa sadar aku tersenyum.

"Oi!"

"WAAAAA!"

Aku melompat kaget kita mendengar suara yang begitu dekat di telinga ku. Ketika aku menoleh aku mendapatkan Sasuke yang menatapku dengan tatapan menahan tawa. Eh Sasuke? Sungguh memalukan.

"Respon mu berlebihan, pink,"

Hah?

Pink?

Aku menatapnya bingung. Dengan gugup aku berusaha berdiri dan menormalkan detag jantungku, lalu kembali duduk di kursi tempat aku duduk tadi.

Dan..

Sasuke ikut duduk di sampingku.

Beberapa menit kita hanya diam dalam keheningan. Ini tidak seperti diriku yang biasanya cerewet dan bawel. Uhh aku bingung harus berbicara apa. Eh tunggu dulu! Kotak itu!

"Sa-Sasuke,"

"Hn?"

Wah respon yang bagus.

"Tadi aku menemukan kotak ini terjatuh, apa ini milikmu?" Aku menunjukan sebuah kotak pink yang tadi kutemukan.

Dia menatapku tajam dan aku bisa melihat rahangnya mengeras. Ada apa? Apa aku salah?

"Buatmu saja," jawabnya ketus.

"Eh?"

Untukku?

Yang benar?

"Baiklah," ucapku gugup. Aku menunduk dan tak berani menatapnya yang sejak tadi memandangi air terjun dengan tajam. "Ada perlu apa kemari?"

Dia menoleh dan melihatku, sontak pipiku memerah karena tatapannya begitu datar dan tajam menatapku. Aduh.. pipi sialan.

"Haha–"

Eh Sasuke tertawa?

Sasuke tertawa pelan, memang dasar Uchiha, tapi ini pertama kali aku melihat Sasuke yang tertawa. Biasanya kami tidak pernah sekali pun mengobrol, bahkan sedekat ini pun tidak.

"Mukamu gampang memerah," Apa maksudnya? "Setiap aku melihatmu berbicara dengan teman pirangmu, mukamu selalu memerah. Apa kau punya penyakit?" lanjutnya polos.

Apa-apaan itu?

Eh.. Tapi.. Berarti Sasuke memperhatikan ku dong. Apa dia gasadar, hal yang membuatku 'memerah' itu adalah dirinya?

KYAAAA!

"Hn, pink, kau ada di kelas mana?" tanyanya tiba-tiba.

Eh tapi kalau dia memperhatikan ku masa dia tidak tahu kelasku. Hah...

"11-B, kau?" sebenernya aku sudah tau dia kelas berapa. Ini hanya basa-basi biasa.

"11-A," iyalah kau kan pintar Sasuke.

Tiba-tiba Sasuke berdiri dan menghela nafas. Dia menatapku sejenak lalu menyentil jidatku yang ekhm... lumayan lebar. Membuat diriku meringis sakit.

"Duluan, pink."

Dan Sasuke meninggalkanku dengan muka yang sempurna memerah juga detag jantung yang tidak bisa normal terus berpacu cepat.

.

.

.

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, tapi aku masih sibuk si bangkuku membereskan buku-buku yang masih berserakan di meja. Rasanya ingin cepat-cepat pulang dan beristirahat.

"Sakura! Ada yang mencarimu tuh!" teriak Kiba teman sekelasku dari depan pintu kelas.

Siapa?

Dengan cepat ku rapikan semua barang-barangku dan berjalan keluar kelas.

EH? Sasuke?

Tiba-tiba Ino menarik lenganku dan membisikan sesuatu yang membuatku memerah,

"Sakura, aku butuh penjelasan."

Lalu Ino menghilang begitu saja setelah mengedipkan sebelah matanya ke arahku, membuatku jijik.

Oh ya Sasuke.

"Ada apa Sasuke?"

Sasuke tampak salah tingkah tetapi dia tetap menatapku datar, "Kau kenal Konan kan? Temani aku ke rumahnya dia sakit hari ini."

Aku mengerjap bingung, "O-oke,"

Dan aku merutuki jawaban ku tadi, Oke? Apa-apaan itu?

.

.

.

"Naik sepedah?"

Meskipun aku dan Sasuke bisa di bilang ekhm.. lumayan kaya. Tapi kami tidak pernah membawa kendaraan umum ke sekolah. Aku menggunakan angkutan kota seperti bus dan kereta. Kadang aku melihat Sasuke membawa sepedah atau dia jalan kaki untuk pulang. Karena jarak rumah kami dari sekolah memang cukup dekat.

"Hn. Kau yang mengayuh pedalnya."

"Hah?"

"Tenang saja aku tidak berat," ucapnya di ikuti seringai yang menurutku sexy itu.

Dan kami pergi ke rumah Konan-nee, menggunakan sepedah Sasuke dengan aku yang mengayuh dan Sasuke di belakangnya.

"Wa! Sakura-chan! Sasuke! Sedang apa kalian di sini?" pekik Konan-nee girang ketika melihatku dan Sasuke.

Aku menatap sekeliling rumah Konan-nee, dia tinggal di sebuah kost-an bukan tinggal di rumah megahnya. Katanya dia ingin hidup mandiri menjadi guru tanpa perlu tinggal di rumah megahnya di pusat kota. Lagi pula kos-annya dekat dengan sekolah.

"Hn. Kami menjengukmu."

"Ne, ayo masuk!" ucapnya semangat.

Selama berkunjung ke rumah Konan-nee, percakapan di dominasi oleh Konan-nee dengan Sasuke. Sasuke terlihat banyak bicara dan tidak dingin seperti biasanya. Dan aku bisa melihat Sasuke menatap Konan-nee dengan tatapan lembut.

Apa mungkin Sasuke suka dengan Konan-nee?

Ah aku ingat, waktu Sasuke membolos pelajaran, hari itu adalah ulang tahun Konan-nee. Dan mereka muncul dari arah yang sama saat aku berpapasan dengan mereka, meskipun bukan di waktu yang sama.

Apa kotak itu untuk Konan-nee? Gadis berambut ungu itu sangat menyukai warna pink –oleh sebab itu dia suka mengacak-acak rambut pink-ku–. Dan waktu itu, saat aku melihat Sasuke yang ada di atas balkon, dia menatap ke arah labirin, dimana tempat Konan-nee dan Itachi-nii ekhm... berciuman.

Ah aku mengerti sekarang, Sasuke memang menyukai Konan-nee.

.

.

.

"Jaa! Hati-hati di jalan Sasuke! Sakura-chan!"

Aku kembali mengayuh dengan Sasuke yang ku gonceng. Sasuke mengantarku menuju stasiun tapi tetap saja aku yang mengayuh sepedahnya.

"Hei, Sasuke,"

"Kayuh yang benar pink, aku tidak ingin jatuh," ucapnya dari belakang.

Aku mendengus sebal, menyebalkan!

"Apa kau menyukai Konan-nee?"

"..."

Tidak ada respon darinya, okey, lalu?

"Apa kotak itu untuk Konan-nee?"

Hening.

Aku tidak dapat melihat ekspresinya karena posisi ku yang di depan. Lalu setelah itu selama perjalanan kami hanya berdiam diri tanpa ada satu pun ada yang mengajak berbicara.

Apa aku salah bicara?

10 menit berlalu dan akhirnya kami sampai di stasiun. Aku turun dari sepedah itu dan menatap Sasuke yang ternyata sedang menunduk, akhirnya aku kembali bisa melihat wajahnya.

Dia tidak membalas pertanyaanku tadi..

Hah.. sudahlah..

"Oke, arigatou Sasuke! Jaa!"

"Pink,"

Tanganku di tahan oleh Sasuke, ketika ku menoleh aku melihat Sasuke yang di hiasi garis-garus merah terlihat imut. Sepertinya dia salting, apa ini gara-gara ucapan ku tadi?

"Ya. Aku menyukai Konan,"

Tuhkan benar...

Aku tersenyum sumringan, "Ne.. ne.. sudah ku tebak," lalu aku terkekeh geli melihatnya mendengus malu.

"Jangan bilang siapa pun,"

Aku mengangguk geli melihat tingkahnya yang malu-malu.

Hah... mungkin ini cobaan, mengetahui siapa yang di suka orang yang kamu sukai, tapi aku tidak boleh egois bukan? Mungkin saja dengan ini aku bisa dekat dengan Sasuke.

Berteman saja sudah cukup kok.

Aku menyukainya, memang, hanya menyukainya. Pasif. Tidak berharap. Melihatnya bahagia bukannya membuat kita bahagia juga, bukan?

Tapi kenapa hatiku berdenyut sakit?

.

.

.

.

.

Maaf kan ini ada yang ku edit. Sasuke Sakura gajadi bertunangan karena nanti bakal aneh ceritanya. Menurut kalian gimana? Bagus ga? Kalo reviewnya sedikit aku jadi malas lanjut, bener deh-_-

Kasih saran dong, please.

Oh ya ini wordsnya juga udah aku banyakin jadi 2.500.

Btw thanks ya yg udah baca.

22.59 Saturday, 4 Januari 2014.

FNI.