Warning : BL(of course), RatioxBirthday, Typo(s), Gaje, berbelit-belit, OOC, no-beta, dll.
By : Arina Ash
Saya menolak menyesali keberadaan fic ini.
OooOooO
Ratio tahu dirinya bertindak sangat tidak dirinya. Apalagi bila itu menyangkut Birthday. Bagaimana bisa seluruh antensinya tertarik pada satu orang yang bahkan tidak peduli dengan kesehatannya disaat dimana dia memiliki penyakit yang hampir tak bisa disembuhkan.
Awalnya Ratio berpikir bahwa ini hanyalah perasaan dimana dia merasa terselamatkan dari kutukan dapat melihat kematian. Dulu dia tak tahu bahwa dirinya memiliki kemampuan khusus. Dirinya yang merupakan bocah ingusan menelan mentah-mentah pernyataan umum bahwa dirinya bisa melihat kematian.
Seolah memukulnya dengan palu kesadaran. Bocah itu, Birthday memiliki aura kematian yang begitu pekat. Ratio baru pertama kalinya melihat hal itu. Jadi dia mengutarakannya. Pernyataan dari bocah polos yang dipercaya membawa kutukan.
Tapi Birthday menyangkalnya dengan penuh keyakinan.
Setelah berjam-jam menunggu operasi yang menegangkan. Ratio mendapati dirinya menangis di depan bocah yang bergelak tawa setelah mempertaruhkan nyawa.
Ratio tahu dirinya bertindak selalu berlebihan. Hentikan itu Birthday. Jangan makan itu atau perutmu akan sakit. Jangan bermain hujan. Tapi tak sekalipun dia ingin mengatakan tentang penyakit Birthday. Itu karena dia tahu, meski hanya segaris yang tipis. Birthday menampilkan sebuah ekspresi sedih yang tertutup sempurna dengan topeng sok mood maker-nya.
Mungkin karena percaya, Birthday adalah penyelamatnya. Maka dia harus menyelamatkan Birthday bagaimanapun juga. Tidak ada yang boleh melukai Birthday. Mungkin itulah pikiran awalnya, namun itu semua berubah entah sejak kapan. Berubah menjadi tidak ada yang boleh menyentuh Birthdaynya. Namun bagaimanapun caranya dia berpikir. Sungguh Ratio tak menolak hal itu.
Malam itu bulan sedang dalam keadaan benderang. Birthday terbaring di bangsal rumah sakit. Dan itu salahnya.
Seluruh kemampuan dan perhatiannya ia taruh sepenuhnya pada pemuda yang saat itu menutup matanya. Seluruh peralatan siap sedia di ruangan khusus yang dia ciptakan untuk Birthday. Seluruh kemampuannya dia kerahkan. Segalanya. Demi Birthday. Namun matanya tak kunjung membuka.
Para anggota Hamatora datang bergantian, namun Ratio tak bergeming. Beberapa mencoba bicara pada Birthday yang tertidur. Namun dia tidak merespons. Hajime meletakkan burger di nakas Birthday. Namun Hajime sendiri tahu. Ketika esok dia datang bukan Birthday yang memakan burger itu. Nice memberi banyak kata semangat, tapi Birthday tak memiliki daya untuk menemaninya menjadi mood maker. Murasaki memberi wejangan baik pada Birthday, maupun dirinya. Namun hal itu sama sekali tak tersampaikan. Baik pada Birthday yang tak mendengar. Atau Ratio yang tak merasa.
Berminggu-minggu Ratio berusaha membuka kelopak yang menutupi iris Birthday. Namun tak ada sedikitpun hasil yang tercapai. Art datang berkala dengan berbagai informasi. Akan tetapi tidak ada yang berguna.
Ratio bertanya-tanya, apakah akhirnya Birthday menyerah pada kematian?
Dan sebuah keajaiban terjadi,
Disaat semuanya hampir putus asa, Birthday terbangun dan duduk menatap pantulan dirinya di kaca. Ratio hampir menumpahkan segalanya lagi. Birthdaynya telah bangun.
Birthday tertawa saat mendapati wajah berantakan Ratio, "Kau masih cengeng saja, Ratio."
"Kau terlalu lama tidur, bodoh." Ratio memaki. Namun mulutnya tersenyum. Matanya menangis haru. "Okaeri."
"Tadaima~" Birthday berdendang.
Ratio memang dapat bertindak di luar dirinya jika menyangkut Birthday. Itu semua karena Eksistensi Birhday adalah sesuatu yang tak ternilai harganya.
END
Efek WB. Malah bikin ffn singkat di Hamatora XD
Gomenne, tapi pair ini sweat banget sih. Wkwk
Thanks for Read.
