Hai, ini Aoiyuki. Hm, well ini fanfic pertama di fandom pertama saya. Jadi, intinya saya newbe di sini (bener gitu kan nulisnya?). Karena itu, mohon dengan sangat review yang membangun. Kritik dan saran please. And happy reading.

Ah, dan maaf bila segala macam masalah yang ada di sebuah fanfic hadir di sini. Bila ada kesamaan ide cerita, tidak disengaja. Ini terinspirasi dari fantasi aneh saya :)

Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujumaki

Love of childhoodfriend by Aoiyuki-Bluesnow


Pertemuan pertama yang kau tahu…

mungkin bukan pertemuan pertama yang sesungguhnya

Love of Childhoodfriend

Chapter 1

"Hello (Again?)"

Ah, atsu. Apa jepang memang sepanas ini ya? Aku ingin pulang, lalu makan es serut dan menyalakan kipas angin dengan kecepatan maksimal. Ah, berendam air dingin juga bagus. Apapun itu, aku ingin segera bebas dari panasnya hari ini.

"Kyaaa! Mitte-mitte. Itu anggota regular tim basket. Kyaaaaaaaaaa!"

Tiba-tiba saja suasana di depan gerbang menjadi ramai. Menyebalkan. Sudah panas, sekarang akan makin panas kan. Dasar. Apa hebatnya sih tim basket itu?

"Tentu saja mereka hebat."

Dengan malas kulirik cewek sok tahu yang suka sekali muncul tiba-tiba dan mengatakan hal yang anehnya seperti membaca pikiranku.

"Haaa, so ka. Hm, seperti biasa terima kasih untuk informasi tak penting yang susah payah kau berikan Mai.", kataku dengan nada malas dan berjalan pergi meninggalkannya.

"Dinginnya. Sasuga na snow princess.", Mai mengacungkan jempol dan mengedipkan sebelah matanya.

Aku tak mempedulikan tingkah konyolnya, yang menurut kebanyakan orang terlihat sangat imut. Saat berjalan melewati kerumunan berisik tadi mau tak mau mataku melirik pada apa, atau lebih tepatnya siapa yang menjadi pusat kerumunan itu.

Sekilas terlihat rambut berwarna biru gelap dari seorang cowo yang tinggi yang kulitnya juga berwarna gelap. Selain itu ada rambut berwarna putih dan hitam juga terlihat di antara kerumunan tadi. Dan kalau tak salah lihat ada warna pink yang samar-samar terlihat tenggelam di antara cewek-cewek yang mengerumuni cowok-cowok tinggi tadi.

Begitulah pertemuan pertama kami di Toou gakuen ini. Meskipun tak satupun dari kami mengetahui bahwa inilah pertemuan pertama kami di sekolah ini. Dan ini bukan pertama kalinya.


Love of Childhoodfriend © bluesnow


"Ayolah. Kami mohon."

Dua, ah tidak, lima atau enam orang sedang berlutut di hadapanku.

Bukan.

Aku memang mendapat julukan snow princess dari Mai, tapi aku bukan pemimpin tiran yang memperbudak banyak orang. Yah meski bagian pemimpin itu ada benarnya.

Yup, aku adalah wakil ketua yang lebih banyak menjalankan tugas seorang ketua dari klub kebudayaan. Yah meskipun namanya klub kebudayaan, yang kami lakukan lebih seperti bermain setiap berkumpul dan terkadang berburu makanan tradisional. Mai sebagi ketua hanya mau menjalankan tugasnya untuk memilih permainan. Sedang sisanya dia limpahkan padaku. Seperti sekarang.

"Jadi, kalian ingin melakukan petak umpet di sekolah, begitu?", tanyaku dengan nada yang menyiratkan penolakan terhadap ide aneh dari ketua-garis-miring-pengatur-rencana kami.

"Yep-yep.", jawab si ketua-garis-miring-pengatur-rencana-dengan-ide-aneh dengan singkat, tidak jelas dan tidak menjawab pertanyaan.

"Ano ne, bukankah kita sudah terlalu besar untuk main petak umpet dan penggunaan ruang untuk tempat tersembunyi terbatas. Kau tak mungkin meminta izin mendadak untuk penggunaan ruang di seluruh sekolah, apalagi dengan alasan tidak jelas seperti ini.", jelasku panjang lebar, berharap untuk kali ini Mai mau mendengarkanku dan mengakhiri ide anehnya ini.

"Ck, ck, ck. Justru itu, dengan ruang yang terbatas maka pencarian bukanlah hal mustahil. Lagipula kita melakukannya saat kegiatan klub, jadi kelas sudah usai dan tidak akan ada yang terganggu kan?"

Untuk pertama kalinya aku membenarkan ucapan dari Mai. Tapi tetap saja.

"Well, itu masuk akal tapi—"

"Kau juga mengakuinya kan? Sudahlah, sebagai ketua aku kan memang punya kuasa untuk mengatur acara kegiatan kita."

Cih, disaat seperti ini saja baru dia bersikap seperti ketua. Lagipula siapa yang mau ikut "Dan jangan coba-coba untuk tidak berpartisipasi ya, akan ada hadiah untuk yang tertangkap.", tambahnya seperti bisa membaca pikiranku untuk menyerahkan diri secepatnya.

Dan seperti itulah, permainan ini dimulai. Mai menjadi oni dan marah-marah tidak jelas selama 5 menit merutuki batu yang dikeluarkannya.

Ah, sembunyi di mana ya? Dasar Mai, bisa-bisanya dia memberi batsugame yang seperti itu. Sekarang aku harus serius sembunyi kan.

Hm, sepertinya atap tempat yang bagus. Yosh, semoga anak-anak lain terlalu takut untuk melanggar aturan. Ya benar di Toou gakuen ini datang ke atap itu melanggar peraturan. Tapi kalau kepepet tidak apa-apa kan?

Begitu membuka pintu cahaya dari matahari hampir membutakanku. Wah, ternyata atap sekolah itu seperti ini ya.

"Mou, Dai-chan kamu berencana bolos latihan lagi kan?"

Eh? Lho? Kok, ada suara cewek di sini. Kuedarkan pandangan ke seluruh penjuru atap, lalu berhenti di atas. Yup, tingkat kedua yang biasanya untuk menampung air. Di sana bisa kulihat rambut berwarna pink dari seorang cewek dan ada seseorang lagi yang dalam posisi tidur di dekatnya.

"Kau berisik sekali Satsuki. Bukankah sudah kukatakan, yang bisa mengalahkanku hanya aku."

Sepertinya orang yang tiduran itu adalah seorang cowok. Yah apa peduliku. Yang penting mereka tidak menggangguku atau melaporkanku ke guru. Toh mereka juga melanggar peraturan karena berada di atap kan?

"Tidak bisa begitu Dai-chan, lawan kita selanjutnya termasuk tim yang kuat. Kita harus mempersiapan diri sebaik-baiknya."

"Diamlah Satsuki. Tenang saja, kita pasti menang. Dan tolong bergeserlah, kau menghalangi sinar. Aku jadi tidak bisa melihat Mai-chan kan."

Ugh, sepertinya pasangan ini sedang bertengkar. Asal mereka tidak mengganggu petak umpetku saja sudah bagus. Kalau mereka seberisik ini mungkin saja salah satu anak di klub akan memeriksa atap kan.

"Mou, terserah kau saja! Dasar gangkuro! Aku benci Dai-chan!", teriak cewek tadi. Lalu terdengar derap langkah. Oh sial, sepertinya dia mengarah ke sini.

"Huaaaa!"

Belum sempat aku berpindah tempat cewek yang tadi sudah ada di hadapanku, bahkan hampir menabrakku (dan menjerit terlalu keras di depanku kalau boleh kutambahkan).

"Ssst.", ucapku reflek sambil menempelkan jariku di mulut yang artinya tolong diam.

"Aaa, bikurishita. Sedang apa di sini?", tanya cewek berambut pink yang berdiri di hadapanku.

Are? Bukankah harusnya bukan itu yang ditanyakannya? Maksudku, kenapa dia bertanya seperti itu? Aaah, maksudku, dia tidak marah atau curiga aku menguping pembicaraannya dan cowoknya?

"E~to"

Ah, aku melupakannya. Ya ampun, dari tadi aku nyuekin cewek ini nih?

"Ah, gomen. Tapi, bisakah kau diam dulu, aku sedang sembunyi.", eh? Apa yang baru saja kukatakan? Ini pasti terdengar aneh. Tapi ternyata reaksi cewek itu lebih aneh lagi.

"So ka? Ja, ssst.", ucapnya sambil meletakan jari telunjuk di depan bibir dan entah kenapa cewek ini terlihat sangat imut.

Setelah di perhatikan lagi cewek ini memang manis. And she's got the nice body. Sial.

Setelah terbengong cukup lama aku mengangguk. Cewek berambut pink itu tersenyum lalu pergi sambil bersenandung.

"Cih dasar Satsuki. Selalu mencemaskan hal kecil."

Bisa kudengar suara kasar cowok yang mengumpat, tapi tak urung juga ada nada senyum di dalam makiannya tadi. Mungkin. Ini mungkin saja ya. Apa dia termasuk tipe tsundere?

Dan karena penasaran itulah aku melirik sosok yang sedang tiduran tadi. Lalu detik itu juga aku meragukan pemikiranku. Karena buku yang sedang dibacanya sama sekali tidak pantas dibaca anak dibawah umur.

Ya, bukan berarti anak SMA masih termasuk anak di bawah umur. (Atau memang termasuk? Yah aku sendiri tak tahu sih.) Ya, aku juga tahu kalau kebanyakan cowok memang membaca majalah semacam itu. Tapi tetap saja, membaca majalah yang covernya seorang wanita topless dengan pose menggoda di sekolah itu hal yang lain kan? Oh, dan aku menyesal sudah melirik apa yang dibaca seorang cowok yang membolos dari sesuatu di atap sekolah.


Love of Childhoodfriend © bluesnow


Hening.

Sangat.

Ini sudah berapa menit ya? Yang terdengar sejak tadi hanya suara kertas yang dibalik. Aku sudah merasa tidak nyaman duduk diam di atap sekolah dengan seorang cowok yang belum tentu sadar aku ada di sana. Lalu kusadari suasana menjadi benar-benar hening, suara kertas dibalik juga tak terdengar.

Dengan perasaan was-was kulirik tempat cowok tadi berbaring, hanya untuk mendapati sepasang mata beriris dark blue sedang menatap lurus ke arahku.

Crap, sudah berapa lama dia melihatku? Kenapa aku tidak sadar sih. Dan mata itu, sampai berapa lama mau melihat ke sini?

Setelah beberapa detik yang terasa seperti berjam-jam, mata itu beralih kembali ke majalah mesumnya. Begitu saja. Yup, hanya seperti itu. Tanpa pertanyaan "Sedang apa kau di sini?" atau "Sejak kapan kau di sini?" atau yang lebih buruk yang bisa kupikirkan "Apa kau menguping sejak tadi?" yang bisa juga menjadi "Kau itu stalker ya?". Ajaibnya, tak satupun keluar dari mulutnya.

Setelah merasa detik-detik yang terlalu lama untuk menatap cowok-berkulit-gelap-yang-membaca-majalah-mesum-yang-sama-sekali-tak-terganggu-dengan-orang-asing-yang-secara-tidak-sengaja-ikut-bergabung-di-atap-sekolah-bersamanya cukup, aku mengalihkan pandanganku lagi. Kembali ke dalam keheningan yang menemani kami berdua.

Entah kenapa, aku jadi tak membenci ini semua. Cowok ini. Atap ini. Permainan petak umpet konyol ini. Keheningan ini. Mungkin ini yang kucari, tempat tenang untuk diriku sendiri lepas dari kebisingan yang ada.

Mungkin aku akan merindukan semuanya begitu petak umpet ini berakhir. Tetapi, sebelum itu aku akan menikmati kebersamaan aneh dengan cowok aneh dalam kondisi aneh di tempat aneh ini.