LOOP
−Oneshot−
Author : bagguettes
Cast : Park Chanyeol dan Byun Baekhyun
Genre : Hurt/Comfort, Romance, and Tragedy
Part I
Kebahagiaan semu.
Dimana ia−sebagai seorang pemain ulung menerima berbagai pujian santun atas keberhasilan yang diterimanya. Secara cuma-cuma, kedua tangan yang semula kosong pun telah dipenuhi bingkisan-bingkisan manisan dan buket bunga berukuran besar, merupakan selebrasi kecil-kecilan yang diberikan dari beberapa rekan kerjanya selama dua tahun belakangan ini.
Byun Baekhyun memberikan senyum manis terbaiknya.
.
.
"Mengenalmu sama saja mengikatku dengan kutukan,"
Senyum jenaka kali itu ia tampakkan. Mengetuk hati seseorang yang semula sedingin es, saat itu, Baekhyun hanya bisa membalas kembali dengan sentuhan lembut pada punggung tangan pemuda di hadapannya.
"Mengapa begitu?"
Jeda sesaat.
"Karena aku tahu takdirku akan selalu bersamamu,"
Tawa kecil terselip diantara dua bibir tipis Baekhyun. Sungguh ajaib. Pemuda tampan yang tujuh tahun mendampingi hidupnya, menemani kekosongan, dan menjaga keutuhan puing-puing hati dalam diri Baekhyun−setelah bertahun-tahun, tepat di hari ini, mengucapkan peryataan penuh kejujuran yang sudah lama diketahuinya sejak mereka saling berbagi kontak satu sama lain di pertemuan kedua mereka pada malam itu.
Berada di ujung tanduk kehidupan bukanlah hal buruk, pikir Baekhyun.
"Jangan pergi dariku, Baekhyun…"
Emosi pemuda tersebut kembali membiru. Raut wajah riang secerah sinar mentari pada pagi hari ini telah berubah berkerut, mengekspresikan berbagai luapan perasaan yang terbendung dalam hati. Getaran tubuh akibat desakan air mata yang tertahan, setiap hembusan nafas pun lama tersendat, dan rapalan-rapalan nama Baekhyun yang mengalun bagai memanjatkan doa permohonan.
Sudah ke berapa kalinyakah Baekhyun selalu mengulang adegan ini?
"Sungguh egois, eh?"
Kaki Baekhyun melangkah mundur secara perlahan namun pasti, seolah hapal dengan jelas tujuan akhir manakah yang ingin dicapainya. Tanpa menghiraukan teriakan pemuda yang memanggil namanya penuh putus asa, untuk terakhir kalinya, Baekhyun memberikan senyum penyesalan disertai bisikan kecil hanya untuk pemuda tersebut.
Pemuda yang menjadi asal muasal penentuan kebahagiaan serta kesengsaraan dialami oleh Baekhyun.
−Park Chanyeol.
Sekali tegukan, harga manis mengulurkan panjang tali mendayu yang sangat menggoda. Memporak-porandakan kesadaran miliknya yang kini mulai melayu terbawa oleh mabuk angin malam. Bibir dan gelas saling bertemu, membawa satu tegukan terakhir untuk memberikan sensasi ledakan-ledakan kecil pada tenggorokannya. Menyisakan sedikit cairan pekat terukir pada sela-sela gelas kaca, binar mata dipenuhi gemerlap cahaya temaram tersebut semakin memadam.
Benar-benar membuang waktu.
Satu tahun telah terlewati namun keraguan yang dimilikinya tetaplah sama.
"Jika benar kamu mencintainya—bukankah memutuskan hubungan akan menjadi lebih mudah?"
Rintikan demi rintikan pun membasahinya. Sulit baginya melepaskan untaian tali takdir melingkar pada jari manis yang seharusnya tidak pernah ada.
.
.
"Anehkah bila aku mengatakan rindu padamu?"
Percakapan berlanjut menuju kebisuan. Gemerlap lampu taman diramaikan oleh riuhnya angin malam serta sahutan keras bunyi kendaraan. Baekhyun terhenti di titik temaram tanah tempat Chanyeol berpijak. Terpaku terhadap kekuatan magnet bola mata coklat kemerahan, sedikit pun ia enggan membalas kerinduan yang Chanyeol sebutkan barusan.
"Kutuk saja bila ocehan ini mengganggumu, Baekhyun. Mulutmu itu−sedikit saja tolong ucapkan sesuatu kepadaku,"
Guratan emosi terpancarkan melalui bahasa tubuh Chanyeol yang lama sekali ia hapal. Bibir tipis Baekhyun berkedut. Sedikit saja bilamana kebohongan ini terhenti, masa depan seperti apa yang menanti mereka di kemudian hari?
"Aku pun begitu,"
Chanyeol tertegun sesaat.
"Kata-katamu itu hanya kosong belakang, bukan?"
Baekhyun menggelengkan kepalanya. Dalam diam ia pun membawa kedua tangan yang terbaluti sarung tangan berbahan wol itu mendekati wajah tampan Chanyeol—menyalurkan kehangatan yang takkan pernah bisa dirinya sampaikan secara lugas. Yang selama ini dicarinya adalah kata-kata, namun perasaanlah yang selalu Chanyeol berikan hanya untuknya.
"Rindu tidaklah berbahaya diantara kita, Chanyeol. Jika itu cinta−jawabannya pun pasti sudah kamu ketahui, bukan begitu?"
Karena jarak antara akal sehat dan kebodohan tidak jauh berbeda seperti pipihnya kertas putih.
Baekhyun dapat meyakinkan itu.
To Be Continue
