konnichiwa senpai...
watashi wa atarashii no author desu...
fic pedana nih...
jadi mohon di puji yah...
ehehehehehe... ;p
MAMORI'S HEART
Eyeshield 21 Fanfiction
Disclaimer : Not Mine but Murata sensei & Inagaki sensei
Rating : K+
CHAPTER 1
Sehari setelah pertandingan Seibu melawan Hakushu yang mematahkan lengan Kid, Hiruma berpikir sendirian segala kemungkinan yang akan terjadi ketika Deimon melawan Hakushu seminggu lagi di ruang klub. Hiruma mengacuhkan anggota Devil Bats yang diam-diam mengintipnya.
"Yaa..! Kira-kira apa yang dipikirkan You-nii, ya?", tanya Suzuna.
"Sssstt….!", sahut yang lain.
"Suzuna, bicaranya jangan keras-keras…", ujar Sena berbisik.
"Ups, maaf…", balas Suzuna sambil berbisik juga.
Anggota Devil Bats mulai mengeluarkan pendapatnya, dengan berbisik, tentunya. Mereka cukup heran dengan Hiruma yang agak aneh hari ini. Hiruma tidak menembaki, memaki, ataupun memberikan latihan neraka pada mereka.
GRAK! Tiba-tiba pintu ruang klub terbuka dan Hiruma muncul.
"GYAAA!", teriak tim Devil Bats kaget dan panik.
"Ng? Sedang apa kalian di sini?", tanya Hiruma.
"Ti, tidak sedang apa-apa kok, Hiruma-san!", jawab Sena takut-takut.
"Oohh….", komentar Hiruma. Lalu dia beranjak pulang diiringi pandangan aneh anggota Devil Bats.
"Hanya itu saja?", tanya Suzuna.
"Eeehh…? Cuma itu saja?", balas Monta bingung.
"Ti, tidak tahu….", ujar Sena.
"Aneh!", sahut Jumonji.
"Sangat aneh!", sambut Kuroki.
"Setan itu bertingkah aneh!", balas Togano.
"Ahaha….", monolog Taki.
"Apa Hiruma-kun tidak apa-apa, Musashi-kun?", tanya Yukimitsu.
"Hmmm…. Entahlah….", jawab Musashi asal.
'Hiruma-kun….', batin Mamori khawatir.
Keesokan harinya, di kelas, Hiruma tiba-tiba menghampiri Mamori yang sedang berbicara dengan teman-temannya.
"Oi, Manager sialan!", panggil Hiruma.
"Namaku bukan itu, Hiruma-kun!", balas Mamori.
"Sebelum latihan aku mau bicara! Aku juga ingin menyerahkan sesuatu padamu!", ujar Hiruma menghiraukan protes Hiruma.
"Eh? Bicara?", tanya Mamori. Tapi Hiruma langsung meninggalkan Mamori yang terpaku bingung dan langsung duduk di kursinya. Sedangkan teman-teman yang lain memandang tak percaya pada Hiruma dan Mamori bergantian. Mereka penasaran, tapi tidak berani angkat bicara.
Selama pelajaran, Mamori yang duduk di belakang Hiruma, memandangnya cemas. Hari ini Hiruma sangat tenang, membuat para guru heran sekaligus takut. Hiruma hanya terlihat menulis sesuatu dan terdiam lama.
'Hiruma-kun kenapa ya? Apa yang ingin dia bicarakan denganku?', batin Mamori.
Mamori menunggu waktu sebelum latihan dengan tidak sabar. Setelah akhirnya waktu perjanjian dengan Hiruma tiba, Mamori langsung menuju tempat perjanjian mereka, locker sepatu. Di sana terlihat Hiruma telah menunggunya.
"Hiruma-kun, apa yang ingin kamu bicarakan?", tanya Mamori. Hiruma tidak menjawab dan menyerahkan sepucuk surat pada Mamori.
Anggota kelas 1 Devil Bats beserta Suzuna yang ingin latihan tidak sengaja melihat mereka berduaan dan langsung mengintip mereka. Mereka melihat Hiruma memberikan surat pada Mamori dan menjadi heboh.
"Surat cintaa!", teriak Kuroki, Togano dan Suzuna histeris.
"Tidak bisa dimaafkan, muukkii!", sahut Monta.
"Sepertinya bukan seperti yang kalian bayangkan, deh…", ujar Sena.
"Sstt…! Kalian diamlah!", perintah Jumonji. Lalu mereka terdiam dan menguping pembicaraan Hiruma dan Mamori.
"Apa ini, Hiruma-kun?", tanya Mamori setelah menerima surat itu.
"Itu berisi instruksi pergantian pemain. Jangan pernah membukanya! Baca itu bila saatnya tiba!", perintah Hiruma.
"… Bila saatnya tiba itu maksudnya saat kamu meninggalkan pertandingan karena cedera serius bukan, Hiruma-kun?"
"Kau sudah tahu, jadi jangan tanya lagi!"
"…. Berhentilah membuat asumsi seperti itu!", ujar Mamori sambil merobek surat itu.
"Kau, manager sialan…!"
"Aku tahu. Aku sudah gagal menjadi manager ketika aku merobek surat ini tanpa membacanya.", potong Mamori.
"Makanya, jangan sampai mendapat luka serius!", lanjut Mamori dengan mata berkaca-kaca dan kemudian pergi meninggalkan Hiruma yang berdiri terpaku.
Anggota kelas 1 Devil Bats terdiam mendengar pembicaraan Hiruma dan Mamori. Dan mereka pun membulatkan tekad.
"…. Ayo kita pergi latihan, teman-teman!", ajak Sena.
"Osh!", jawab yang lainnya.
'Kami akan melindungi Hiruma-san! Pasti!', batin mereka semua. Dan mereka memulai latihan keras mereka tanpa perlu diperintah.
Sepeninggal Mamori, Hiruma merenung memandangi robekan surat yang dibuang Mamori. Lalu perlahan-lahan dia memungut robekan surat itu dan menyimpannya. Kemudian Hiruma pergi dari locker sepatu menuju ruang klub.
Sementara itu, di belakang ruang klub Amefuto, Mamori sedang diam-diam menangis. Dia sangat sedih dan kecewa akan keputusan Hiruma.
'Bodoh! Hiruma-kun bodoh! Kenapa dia selalu memutuskan semuanya sendirian!', batin Mamori sambil terisak-isak.
Hiruma yang saat itu sudah kembali ke ruang klub, mendengar isakan lirih dari arah belakang ruang klub. Kemudian dia keluar dan melihat Mamori sedang menangis sambil berjongkok.
Hiruma yang bingung dengan keadaan Mamori, dia ingin mendekat tapi urung melakukannya. Akhirnya Hiruma pergi meninggalkan Mamori yang masih menangis dan berlatih untuk menghadapi pertandingan nanti.
'Tidak boleh! Aku tidak boleh terpuruk begini!', batin Mamori.
'Bukan saatnya menangis seperti ini! Aku harus mengurus anak-anak itu! Ayo, bangkit Mamori! Baiklah, nanti aku akan mengajak Musashi-kun, Yukimitsu-kun dan Hiruma-kun berdiskusi tentang pertandingan minggu depan! Agar Hiruma-kun tidak menanggung semuanya sendirian!', putus Mamori bersemangat.
"YOSH! SEMANGAT!", teriak Mamori memberi semangat pada dirinya sendiri.
"Kau kenapa, Anezaki?", tanya Musashi yang baru datang bersama Yukimitsu.
"Eh, Musashi-kun, Yukimitsu-kun…."
"Kenapa matamu sedikit bengkak, Anezaki-san?", kali ini Yukimitsu yang bertanya.
"Eh? Ti, tidak kenapa-kenapa, kok. Hahaha….", ujar Mamori panik seraya mengusap matanya.
"Kau menangis?", tanya Musashi lagi.
"Ah, tidak kok. Oh ya, Musashi-kun, Yukimitsu-kun, hari ini aku tidak bisa mengurus kalian. Ada yang harus kulakukan. Tolong gantikan aku hari ini, ya!.", pamit Mamori yang segera pergi melesat.
Musashi dan Yukimitsu hanya terpana melihat kepergian Mamori. Tapi mereka tidak mau ambil pusing dan segera berlatih.
"Oi, Kakek sialan, Botak! Mana Cewek itu?", tanya Hiruma pada Musashi dan Yukimitsu yang sudah tiba di lapangan.
"Cewek itu siapa maksudmu?", balas Musashi.
"Manager sialan itu!", jawab Hiruma ngamuk.
"Dia punya nama. Kenapa kau tidak memanggilnya dengan namanya saja?"
"Jangan cerewet, Kakek sialan! Beritahu saja kemana Manager sialan itu!"
"Anu, Anezaki-san tadi pergi sebentar…", ujar Yukimitsu menengahi pertengkaran Hiruma dan Musashi.
"Cih! Berani-beraninya dia pergi disaat seperti ini!", maki Hiruma.
"Jangan salahkan dia! Katanya dia ada urusan yang penting. Seharusnya kau bersyukur Anezaki mau menuruti keegoisanmu, Hiruma!", bela Musashi.
"…."
"Heh… Kau memang tidak pernah jujur ya. Biarpun itu terhadap dirimu sendiri…", ujar Musashi lagi sambil tersenyum.
"Kau berisik, Kakek sialan! Daripada mengomentariku, lebih baik kau pakai waktumu untuk menendang!", sahut Hiruma.
"Iya, iya…", jawab Musashi yang kemudian pergi berlatih menendang.
Di saat bersamaan, Mamori terlihat menaiki bus. Di dalam bus, dia sedang sibuk menelepon dengan seseorang.
"Aku mohon, tolong bantu aku ya…. Ah, iya aku mengerti. Akan kutraktir nanti…. Iya, minta bantuan Sara juga. Terima kasih ya, Ako! Besok kita ketemu di rumahku!", lalu Mamori menutup telepon karena dia sudah sampai di tujuannya.
Akhirnya, sekarang Mamori berdiri di depan gerbang sekolah Ojo. Kemudian dia segera pergi ke ruang latihan Ojo White Knights.
"Lho? Bukannya itu Manager Deimon?", ujar Sakuraba.
"Mau apa kau ke sini, orraaa!", tanya Ikari yang tiba-tiba saja sudah menghadang Mamori. Mamori tidak gentar menghadapi serangan Ikari. Dia dengan tenang tersenyum dan bertanya.
"Maaf, bisakah aku bertemu dengan Wakana-chan?", tanya Mamori tenang.
"Mau apa kau dengan manager kami? Kau mau menyelidiki kami ya? Dasar cura…. Ukh!", ucapan Ikari terpotong karena anggota Ojo yang lain langsung merantainya.
"Ah, maafkan dia ya, umm…", ujar Sakuraba yang berusaha mengingat nama Mamori.
"Anezaki, namaku Anezaki Mamori.", ujar Mamori memperkenalkan dirinya.
"Ah, iya. Anezaki-san! Ada perlu apa manager Deimon sampai repot-repot datang kesini?", tanya Sakuraba.
"Aku ingin bertemu dengan Wakana-chan. Apa dia ada?", jawab Mamori.
"Wakana ya…? Shin, kau tahu dimana Wakana?", tanya Sakuraba pada Shin.
"Pergi.", jawab Shin.
"Aku tahu dia pergi…. Tapi, dia pergi kemana, itu maksudku…", ujar Sakuraba.
"Wakana pergi membeli perlengkapan latihan!", Shogun, pelatih Ojo menggantikan Shin menjawab.
"Ada perlu apa dengan Wakana, Manager Deimon?", lanjutnya.
"Ada yang ingin kubicarakan dengan Wakana-chan. Dan juga dengan Sakuraba-kun, Shin-kun dan Pak Pelatih, bila kalian bersedia.", pinta Mamori serius.
"Bicara apa?", tanya Sakuraba.
"Ah, Mamo-nee!", panggil Wakana yang sudah pulang berbelanja.
"Baiklah. Ayo kita bicara di ruang klub!", putus Shogun.
"Shin, ayo ikut!", lanjutnya mengajak Shin pergi. Kemudian Shogun pergi menuju ruang klub Ojo diikuti Mamori dan Shin.
"Eh, ada apa?", tanya Wakana yang masih bingung.
"Sudahlah! Ayo kita ikuti mereka. Anezaki-san ingin bicara pada kita.", ajak Sakuraba pada Wakana yang kebingungan. Dan mereka mengikuti Shogun, Mamori dan Shin yang sudah berjalan duluan.
'Bicara? Apa yang mau Mamo-nee bicarakan, ya?', batin Wakana.
Sesampainya di ruang klub, Wakana segera menyuguhkan teh pada Mamori.
"Terima kasih, Wakana-chan.", ujar Mamori.
"Lalu, apa yang ingin kau bicarakan pada kami?", tanya Shogun langsung.
"…. Seperti yang kalian tahu, minggu depan adalah pertandingan antara Deimon melawan Hakushu…", jawab Mamori menggantung.
"Lalu?", lanjut Shin.
"Aku ingin memohon bantuan kalian!", pinta Mamori tegas.
"Bantuan kami?", tanya Sakuraba bingung.
"Iya! Aku ingin kalian memberitahuku data-data tentang Hakushu yang kalian ketahui.", pinta Mamori lagi.
"Jadi maksudnya, kau ingin menyelidiki Hakushu dengan melihat data-data mereka yang ada pada kami, begitu?", tanya Shogun.
"Benar! Aku pikir Wakana-chan, tidak, Ojo pasti punya data-data Hakushu. Karena itu, aku ingin kalian memperlihatkan data-data itu padaku."
Shin, Sakuraba, Wakana dan Shogun terdiam mendengar permintaan Mamori. Mereka kagum dengan keberanian Mamori yang langsung mendatangi mereka untuk meminta bantuan.
"… Kalau memang kalian keberatan, aku bisa mengerti alasannya. Baiklah, maaf sudah mengganggu waktu latihan kalian.", pamit Mamori yang bersiap-siap bangkit dari tempat duduknya.
"Tu, tunggu sebentar, Mamo-nee!", larang Wakana.
"Sakuraba-senpai!", lanjutnya memohon pertolongan Sakuraba.
"Yah, aku sih mau saja memberi tahunya data-data Hakushu. Tapi, itu terserah keputusan pelatih dan kapten.", ujar Sakuraba sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Pelatih! Shin-senpai!", panggil Wakana dengan mata berharap.
"Hmm…. Shin! Bagaimana menurutmu?", tanya Shogun meminta pendapat Shin.
"Hakushu Dinosaurs pasti telah banyak menyelidiki Deimon Devil Bats dan mereka punya banyak data tentang Deimon. Sedangkan Deimon pasti hanya sedikit mempunyai data tentang Hakushu.", ujar Shin berspekulasi. Mamori mengangguk menjawab pandapat Shin.
"Sudah sewajarnya kalau sebuah tim menyelidiki tim lainnya. Kesalahan Deimon adalah, mereka tidak punya cukup waktu dan orang untuk menyelidiki data tim lawan mereka. Dan kita punya banyak data tentang Hakushu.", lanjut Shin.
"Apa maksudmu, Shin? Langsung saja, jangan bertele-tele seperti itu…", pinta Sakuraba.
"Aku tidak ingin melihat Deimon yang berhasil mengalahkan kita dikalahkan tim pendatang baru seperti Hakushu.", jawab Shin.
'Itu masih bertele-tele, Shin…', batin Sakuraba putus asa.
"Jadi….?", tanya Wakana dan Mamori.
"Pinjamkan saja data itu padanya! Tapi itu kalau pelatih menyetujui.", jawab Shin.
"Wakana, ambil data-data tentang Hakushu dari gudang data, dan pinjamkan itu pada Manager Deimon!", putus Shogun. Senyum Wakana dan Mamori mengembang mendengar keputusan Shogun.
"Baik, pelatih!", sahut Wakana bersemangat. Kemudian dia berlari meninggalkan ruangan untuk mengambil data tentang Hakushu.
"Syukurlah ya, Anezaki-san…", ujar Sakuraba sambil menepuk pundak Mamori.
"Te, terima kasih banyak! Pelatih!", ucap Mamori sambil membungkuk dalam-dalam.
Tak lama kemudian Wakana dating membawa setumpuk data tentang Hakushu. Dan dia pun menyerahkannya pada Mamori. Kemudian Wakana, Shin dan Sakuraba mengantar Mamori sampai ke pintu gerbang.
"Kalian harus menang, Mamo-nee!", ujar Wakana memberi semangat.
"Iya! Kami akan berusaha!", jawab Mamori.
"Data-data itu bisa kalian kembalikan kapan saja.", tambah Sakuraba.
"Shin-kun, Sakuraba-kun, Wakana-chan! Sekali lagi, aku ucapkan terima kasih banyak!", ujar Mamori sambil membungkuk lagi.
"Ah, Mamo-nee…. Jangan sungkan-sungkan seperti ini…", pinta Wakana canggung.
"Kau bisa berterima kasih dengan menang!", ujar Shin.
"Benar!", tambah Sakuraba.
"Iya! Aku mengerti! Baiklah, aku permisi dulu…", pamit Mamori.
Kemudian Mamori menaiki bus kembali. Tapi dia tidak langsung pulang, melainkan mendatangi sekolah Bando dan menemui Akaba dan Kotaro.
Sama seperti Ojo, Mamori bermaksud meminjam data tentang Hakushu yang Bando ketahui. Akaba dan Kotaro dengan mudahnya meminjamkan data-data itu pada Mamori, bahkan mereka memberi masukan strategi yang bisa dipakai melawan Hakushu. Mamori berterima kasih berkali-kali pada mereka.
Setelah mendapat cukup banyak data tentang Hakushu, Mamori pulang dengan hati senang. Dia merasa senang karena dia bisa sedikit membantu Hiruma.
"Hiruma-kun…. Sedang apa kamu disini?", tanya Mamori yang kaget karena Hiruma ada di depan rumahnya.
"Sudah lama menunggu? Kenapa tidak masuk ke dalam saja? Ayo, silakan masuk.", ajak Mamori pada Hiruma.
"Oi, Manager sialan! Dari mana kau hari ini?", tanya Hiruma langsung.
"Heh?"
"Apa yang kau bawa itu?", tanya Hiruma menunjuk kantung yang di bawa Mamori.
"Oh, ini data-data tentang Hakushu. Aku tadi ke Ojo dan Bando untuk meminjam data-data ini. Lihat, mereka bahkan memberi masukan stra.."
"Cukup!", potong Hiruma.
"Dengar, Manager sialan! Jangan bertindak seenaknya! Kau cukup bertindak sesuai instruksiku, itu saja!"
"Instruksi Hiruma-kun? Instruksi strategi yang akan diberlakukan kalau Hiruma-kun mengalami cedera parah, begitu?"
"Kau sudah tahu, jadi jangan bertanya!"
"Tidak! Kau salah, Hiruma-kun! Seharusnya kita membuat strategi yang bisa membuatmu terhindar dari cedera."
"Aku tahu dengan pasti segala kemungkinan dan seberapa besar kemampuan Devil Bats! Jadi, jangan pernah mencoba mengubah strategi yang kubuat!"
"Kau salah! Hiruma-kun, Devil Bats sekarang tidak sama dengan Devil Bats yang dulu lagi. Sekarang, Devil Bats tidak terdiri dari para pemain tambahan, melainkan sudah punya anggota regular yang mempunyai keinginan untuk menang. Kamu tidak perlu menanggung semuanya sendirian, kini kami akan selalu ada di sampingmu. Dan aku juga…"
"Kau tidak tahu apa-apa, Manager sialan!", potong Hiruma.
"Hiruma-kun, kenapa kamu selalu berpikir kalau kamu sendirian? Kamu bisa meminta pendapat dari orang lain. Ada aku, Musashi-kun, Kurita-kun, Yukimitsu-kun, Doburoku-sensei, dan anak-anak itu. Kau bisa bergantung pada kami…."
"Cukup! Sia-sia saja aku bicara padamu!", ujar Hiruma. Lalu dia pergi meninggalkan Mamori.
"Hiruma-kun…. Kenapa kamu tidak mempercayai rekan-rekanmu sendiri?", tanya Mamori. Hiruma menghiraukan pertanyaan Mamori dan terus berjalan.
*End of Chapter 1*
Yoshaaa...!
chapter 1 selesai...
mind to RnR?
onegaishimasu... *puppy eyes*
