Ohayou Minna, kenalkan saya HikariNoMikan author baru di , yoroshiku ne~
Sebenarnya saya telah menjadi silent reader selama bertahun-tahun dan pernah mencoba mempublish fanfic dengan akun Flowrin Dragneel, tapi entah kenapa dengan serangkaian cerita yang sulit dijelaskan akhirnya akun itu terlupakan~
Jadilah saya membuat akun baru dan jika boleh ingin mempublish fanfic yang dulu saya publish di akun lama saya, jadi jangan tuduh saya plagiat ya jika semuanya menemukan fanfic yang sama dengan akun lama saya XD
Sebenarnya saya akan membuat pairiing NaLu, tapi jika dilihat Natsu tidak cocok dengan personaliti yang saya beri, dan rambutnya terlalu, ehm, unik untuk dunia yang saya buat jadi dunia nyata di fanfic ini.
Tanpa banyak cingcong, inilah saya persembahkan fanfic FAIRY TAIL ROMANCE GRAYLU (GrayxLucy) ^_^
Disclaimer : Daya tidak memiliki Fairy Tail dan saya jelas bukan Hiro Mashima, jika jika iya pairing NaLu akan bertebaran dimana-mana
Warning : AU, OOC (saya rombak sifat dan karakter pemainnya) , Geje, misstypo, garing, dsb
Love and Lucky
Sebuah Kedai kopi yang terletak di kota Magnolia dikenal sangat nyaman bagi semua kalangan, mau dia mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, pasangan muda yang berkencan, Business man yang mengadakan pertemuan, maupun orang yang sedang bersantai.
Kedai tersebut tidak mematok harga yang tinggi, meskipun pamornya semakin meningkat, penataan ruangnya juga tidak pernah dirubah, kedai kopi tersebut sudah baik apa adanya.
Nama kedai tersebut adalah Love and Lucky. Katanya sih sesuai dengan namanya banyak orang yang sudah merasakan manis pahitnya cinta maupun keburuntungan di sana, makanya banyak yang percaya kedai tersebut bukan kedai biasa dan semakin banyaklah orang yang datang ke sana.
Tapi seorang pelanggan Love and Lucky sama sekali tidak percaya hal seperti itu, ia sering datang kesana karena suasananya yang nyaman, ia adalah Lucy, seorang gadis yang acuh dan sedikit kasar, ia biasanya duduk di kursi pojok dekat jendela yang menampilkan pemandangan jalan raya kota Magnolia sambil membaca buku dan menyesap kopi kesukaannya.
Tak terkecuali di hari Minggu yang cerah ini, Lucy berjalan dengan tenang kearah kedai tersebut dengan menenteng tas selempangnya. Ia kemudian membuka pintu yang dipasang lonceng pintu sehingga setiap kedatangan konsumen dapat diketahui.
Ia berjalan ke arah counter dan antri untuk memesan, saat akan gilirannya ia melihat bahwa Barista untuk hari ini adalah seorang pemuda tampan dengan rambut berantakan yang tertutupi topi dan menggunakan celemek kedai berwarna hijau.
Lucy sering sekali melihatnya bahkan setiap ia kesana selalu pemuda itu yang melayaninya, terkadang ia berpikir apa tidak ada karyawan lain disana. Ia mendengus, setidaknya pelayanan dan tempatnya bagus, pikirnya.
"Selamat pagi, anda mau pesan apa nona?" seseorang berkata dengan sopan, gadis yang ditanya tersentak dari lamunannya, ia melihat pemuda yang jadi bahan lamunan sekarang dihadapannya dan memandanginya dengan sopan. "Uh iya, Vanilla Latte satu." Ia menjawab agak kasar.
Barista tersebut tersenyum. "Baiklah, Vanilla Latte satu, segera datang!" serunya bersemangat. Seperti biasa ia berjalan ke belakang dan mulai menyiapkan pesanan Lucy, sedangkan gadis itu berjalan ke Serving Table, tempat dimana Barista memberikan pesanan pelanggan supaya tidak membuat pelanggan lain menunggu terlalu lama, karena saat seorang Barista melayani seorang pelanggan, Barista lain akan menggantikannya dan melayani pelanggan selanjutnya, begitu juga seterusnya.
Lucy melirik kearah Barista lain yang sekarang sedang melayani pelanggan selanjutnya, ia seorang gadis berambut hitam pendek dengan wajah ramah, gadis itu juga memakai baju putih dan celemek dan topi hijau seperti pemuda tadi, ia terlihat sangat manis.
'Kenapa aku selalu dilayani oleh laki-laki tadi padahal ada Barista lain? Kalo kupikir-pikir aneh juga.' Pikir Lucy heran. Kemudian ia melihat pemuda tadi kembali dengan membawa Vanilla Latte kesukaannya.
"Silakan, Vanilla Latte satu totalnya 50J." kata si Barista sambil mengetik sesuatu di Cashier Machine. Lucy memberikan uangnya yang pas dan mengambil Latte tersebut. "Trims," katanya pelan, sedikit takut karena pikirannya tadi tentang 'kebetulan karena selalu dilayani oleh orang yang sama.'
Tak melirik lagi, ia berjalan ke mejanya yang sedikit terpencil, sehingga jarang ditempati kecuali oleh dirinya, Lucy duduk dan mengeluarkan buku bacaannya hari itu. Semuanya kemudian berjalan seperti biasa.
"Bagaimana?" Seorang gadis berambut pendek bertanya pada temannya. "Apa maksudmu?" Jawab seorang pemuda di sampingnya, ia kelihatan salah tingkah dengan pertanyaan gadis itu.
"Jangan bilang kau masih tidak berani." Kata gadis itu dengan nada mengejek, ia berjalan kea rah bahan toppingan di dapur kedai tersebut dan menaburkan choco granule ke cappuccino yang ia pegang sedang si pemuda pura-pura sibuk mengocok milkshake Stroberi di tangannya.
"Aku benar kan? Sampai kapan kau akan begitu Gray? Sudah ajak saja ia berkenalan." Gadis itu berjalan kembali ke dekatnya dan memandangnya dengan kesal. Pemuda bernama Gray menghela napas. "Sudahlah, aku janji suatu saat akan mengajaknya berkenalan. Tenang saja." Ia menjawab sambil menuang milkshake tersebut ke sebuah gelas besar.
"Selalu itu yang kaukatakan! Dasar pengecut, aku sudah capek selalu harus minggir supaya kau dapat melayani gadis itu saat ia datang, sudah setengah tahun kau begini, jika kau suka padanya cepat dekati dia!" Gadis itu menatap temannya dengan tajam, dahinya berkerut. Gray sama sekali tidak takut, dengan dingin ia menatap temannya ."Sudahlah Lisanna, jangan campuri urusanku, tuh pelangganmu menunggu," dengan itu Gray mendorong gadis bernama Lisanna itu membuatnya hampir menumpahkan Cappuccino di tangannya.
"Hei hati-hati aku nanti harus membuatnya ulang!"
