Rated: K
Genre: General
Published: 9 December 2006
Story-ID: 3280413

Disclaimer:
I don't own them.
Naruto © Masashi Kishimoto
Acceptance © Hiki-chan


ACCEPTANCE
Hiki-chan


"Dia menerimaku, dia membenciku, dia menerimaku, dia membenciku..." Naruto lanjut memetik kelopak-kelopak lembut dari bunga matahari di tangannya.

Sayang rasanya ia melakukan ini pada bunga yang terlihat paling terang dan cantik. Atau setidaknya memang inilah bunga yang paling cantik menurutnya.

"Dia benci aku..." Jemari Naruto mengelus kelopak itu dengan ibu jari dan telunjuknya sebelum ia menariknya hingga tercabut dan meneruskan, "Ia menerimaku, ia—"

"Dobe, apa yang kau lakukan?"

Naruto bahkan tidak berusaha untuk berbalik dan menghadapi rivalnya. Tentu saja dia juga tidak akan menerimai bahwa jantungnya sempat melompat sedikit saat suara Sasuke terdengar di tengah udara pagi yang dingin.

"Mencabuti bunga."

Perlahan Sasuke memosisikan dirinya untuk duduk di sebelah si pirang di atas gundukan tanah yang berlapis rumput itu. "Aku bisa lihat itu."

Naruto menghela napas pelan saat kesunyian itu kembali. Ia tahu rivalnya itu tak akan bertanya. Tapi apa salahnya bertanya lagi? Untuk menunjukkan bahwa dia setidaknya peduli?

"Dia benci aku, dia menerimaku..." Naruto melanjutkan kegiatannya, mengabaikan tatapan penuh tanya yang Sasuke lemparkan kepadanya.

"Siapa?" Ah, sepertinya rasa penasaran mengalahkan dia juga pada akhirnya.

"Kau."

Dia tahu Sasuke terkejut dengan itu. Siapa yang tidak? Bahkan dia sendiri kaget dia melakukan ini sekarang. Tapi dia tidak tahu harus melakukan apa dengan bunga ini dan toh bunga ini akan mati juga nanti. Jadi dia pikir, inilah yang bisa ia lakukan karena bunga ini, tadinya, memiliki banyak kelopak.

"Apa yang kau lakukan sekarang persis seperti gadis yang sedang jatuh cinta tahu, dobe." Sasuke sepertinya sudah berhenti dari keterkejutannya dan sudah kembali dengan sebuah balasan.

Naruto mengedikkan bahu, "Tapi kau tahu aku bukan cewek yang lagi jatuh cinta. Dia menerimaku..." Jemari Naruto berhenti memetik. Hanya ada dua kelopak yang tersisa. Itu artinya, kegiatannya akan berakhir dengan sebuah 'ia menerimaku'.

Sasuke sepertinya menyadari ini juga saat mata oniks hitamnya tertuju pada dua kelopak bunga yang tersisa, "Jadi aku menerimamu, eh?"

"Memangnya begitu?"

Mata oniks terbuka dan menemukan dua bola mata biru langit sedang menatapnya dengan khawatir.

"Apa ini sebegitu pentingnya untukmu, dobe?"

"Ya."

Sasuke terkejut, lagi. Si pirang ini bahkan tidak membalas tentang Sasuke yang memanggilnya dobe. Apa ini sebegini seriusnya? Dia bisa bilang apa?

"Ayo, dobe, Kakashi dan Sakura sudah menunggu kita."

Naruto tidak bergerak. Butuh beberapa waktu baginya untuk menyadari bahwa Sasuke menghindari pertanyaan itu sebelum akhirnya ia berdiri dan membersihkan celananya, meninggalkan kuntum bunga matahari dengan dua kelopaknya yang tersisa di tanah.

"Oke, ayo pergi."

Sasuke mengamati sejenak bunga matahari itu sebelum meraihnya dari tanah, dan kemudian memetik dua kelopak terakhir, satu demi satu. Kemudian ia berdiri sementara Naruto menatapnya, bingung sekaligus penasaran kenapa Sasuke berbuat begitu.

Satu hal yang Naruto tak sangka, adalah Sasuke yang menggamit tangannya, mengaitkan jari-jari mereka, dan menarik tangan Naruto agar mulai melangkah.

Naruto tersenyum, Sasuke tidak melepaskan tangan mereka hingga mereka sampai ke tujuan.

'Dasar si brengsek dan kebisuannya yang punya banyak arti.'

FIN—